Persepsi guru Sekolah Dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013.
Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 diterapkan oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu sampai dengan Desember 2014. Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013. Pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013 (2) persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi (3) upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari partisipan yang terkait dengan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkripsi, organisasi data, analisis, interpretasi, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritis. Secara teori, konsep ideal Kurikulum 2013 itu bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya. Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.
(2)
Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Perception of the primary school teachers of Manchester against the learning of curriculum 2013.
The Curriculum 2013 has been applying by the Government of Indonesia in July 2013 and up to December 2014. The education practitioners welcome the pros and the cons on the implementation of the curriculum 2013. A different experience and a different ability of thinking probably cause the different perception between one teacher and other teachers in giving perception about the curriculum 2013. Based on the background, this study attempts to describe: (1) the primary school teachers Manchester’s understanding about the purpose of the curriculum 2013 (2) the primary school teachers Manchester’s perception relate to the learning of the curriculum2013 from the process of planning, the implementation, and the evaluation (3) the effort of the primary school teachers of Manchester in supporting the application of the curriculum 2013.
This research is descriptive case study research with a qualitative approach. The data collection method used is observation in-depth interviews, and documentation study. The information obtained from the participant associated with a learning process. The data analysis technique used in this research is a transcription, an organization data, an analysis, an interpretation, and a conclusion.
The result shows that the perception of the primary school teachers of Manchester relate to the learning of the curriculum 2013 is positive in terms of the theoretical side. In the theory, the ideal concept of the curriculum 2013 is good, but the implementation is not as easy as the theory. The teachers already tried various things to support the implementation of the curriculum 2013 by joining a training or workshop, preparing RPH whenever they want to teach, using reference books to support the material that does not exist, divide tasks with other teachers to cope with the amount of an administration, and engage the students in learning.
(3)
i
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR MANCHESTER
TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: Oktaviani Chandra Dewi
111134111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kedua orangtuaku tercinta (Sugiyanto dan Sri Wiji Eni) yang selalu
menyemangati peneliti dan selalu mengorbankan banyak hal untuk peneliti. Segenap keluarga besarku
Fadhilatul Nurkonita, terima kasih untuk kebersamaan kita, doa dan semangat yang tak henti-hentinya diberikan kepadaku.
Annisa Zulfah, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terima kasih sudah menjadi tempatku berkeluh kesah.
(7)
v MOTTO
Janganlah kamu putus asa, kalau daya upayamu tidak lekas memperlihatkan hasil yang nyata.
( Tan Malaka)
Ia membuat segalanya indah pada waktuNya (Pengkhotbah 3:11)
Ketika hidup berubah menjadi semakin sulit, ubahlah dirimu menjadi semakin kuat
(8)
(9)
(10)
viii ABSTRAK
Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 diterapkan oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu sampai dengan Desember 2014. Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013. Pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013 (2) persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi (3) upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari partisipan yang terkait dengan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkripsi, organisasi data, analisis, interpretasi, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritis. Secara teori, konsep ideal Kurikulum 2013 itu bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya. Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.
(11)
ix
ABSTRACT
Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Perception of the primary school teachers of Manchester against the learning of curriculum 2013.
The Curriculum 2013 has been applying by the Government of Indonesia in July 2013 and up to December 2014. The education practitioners welcome the pros and the cons on the implementation of the curriculum 2013. A different experience and a different ability of thinking probably cause the different perception between one teacher and other teachers in giving perception about the curriculum 2013. Based on the background, this study attempts to describe: (1) the primary school teachers Manchester’s understanding about the purpose of the curriculum 2013 (2) the primary school teachers Manchester’s perception relate to the learning of the curriculum2013 from the process of planning, the implementation, and the evaluation (3) the effort of the primary school teachers of Manchester in supporting the application of the curriculum 2013.
This research is descriptive case study research with a qualitative approach. The data collection method used is observation in-depth interviews, and documentation study. The information obtained from the participant associated with a learning process. The data analysis technique used in this research is a transcription, an organization data, an analysis, an interpretation, and a conclusion.
The result shows that the perception of the primary school teachers of Manchester relate to the learning of the curriculum 2013 is positive in terms of the theoretical side. In the theory, the ideal concept of the curriculum 2013 is good, but the implementation is not as easy as the theory. The teachers already tried various things to support the implementation of the curriculum 2013 by joining a training or workshop, preparing RPH whenever they want to teach, using reference books to support the material that does not exist, divide tasks with other teachers to cope with the amount of an administration, and engage the students in learning.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Sri Agustini S., M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Eny Winarti, Ph.D., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi., Dosen Pembimbing Akademik.
7. Kepala Sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Manchester yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk material maupun moril serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis.
(13)
(14)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 10
1. Konsep Dasar tentang Persepsi ... 10
a. Pengertian Persepsi ... 10
b. Syarat Terjadinya Persepsi ... 12
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13
2. Pengertian dan Peran Guru ... 15
(15)
xiii
4. Kurikulum SD ... 19
a. Pengertian Kurikulum ... 19
b. Struktur Kurikulum ... 19
c. Komponen Kurikulum ... 21
1) Komponen Tujuan ... 22
2) Komponen Isi ... 25
3) Komponen Metode ... 27
4) Komponen Evaluasi ... 27
B. Penelitian yang Relevan ... 33
C. Kerangka Berpikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Setting Penelitian ... 39
C. Desain Penelitian ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Wawancara ... 41
2. Observasi ... 43
3. Dokumentasi ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Teknik Keabsahan Data ... 45
1. Uji Kredibilitas ... 45
2. Uji Transferabilitas ... 47
3. Pengujian Dependability ... 47
4. Pengujian Konfirmability ... 48
G. Teknik Analisis Data... 48
1. Transkripsi ... 48
2. Organisasi Data ... 49
3. Analisis ... 50
4. Tahap Interpretasi ... 50
(16)
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52
1. Hasil Temuan ... 52
2. Identitas Partisipan ... 54
3. Hasil Wawancara ... 55
B. Pembahasan ... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102
B. Keterbatasan Penelitian ... 103
C. Saran ... 103
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD ... 20
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan ... 24
Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD ... 26
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum ... 22 Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ... 35 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ... 37
(19)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara ... 108
Lampiran 1.2 Transkrip Hasil Wawancara ... 109
Lampiran 1.3 Transkrip Observasi Penelitian ... 130
Lampiran 1.4 Hasil Triangulasi Data ... 133
Lampiran 1.5 Daftar Coding ... 134
Lampiran 1.6 Organisasi Data ... 148
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu permasalahan yang ada dalam penelitian. Batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini yang terlalu luas. Rumusan masalah memuat pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil penelitian yang dilakukan.
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 telah ditetapkan oleh sistem pendidikan di Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu dan sampai dengan saat ini. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, perubahan kurikulum di sekolah-sekolah merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan non-guru, maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena imbasnya secara langsung dari setiap perubahan kurikulum. Menurut Nasution (2009: 252), perubahan kurikulum meliputi tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru pembina
(21)
pendidikan dan guru-guru yang mengasuh pendidikan. Oleh karena itu perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut development (pembaharuan) atau inovasi kurikulum (Arifin, 2012).
Menurut mantan Mendikbud Muhammad Nuh, penerapan kurikulum 2013 penting dan genting terkait bonus demografi pada 2010-2035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013). Mendikbud juga mengatakan pada kurikulum 2013 mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat (www.kemdikbud.go.id/uji public kurikulum 2013). Pengintegrasian ini penting karena anak melihat dunia sebagai suatu keutuhan yang terhubung, bukannya penggalan-penggalan lepas dan terpisah.
Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014. Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, pihak yang kontra menyatakan penerapan kurikulum 2013 pada Juli atau kapan pun dalam format yang ada tampaknya tidak menimbulkan efek kualitatif yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Praktisi pendidikan yang lain mengatakan:
“Sikap pemerintah itu terasa berlebihan karena sejatinya pengaruh kurikulum 2013 tidaklah sedahsyat yang dibayangkan. Asumsi-asumsi
(22)
teoritisnya memang tinggi, tetapi yang riil berubah dan mudah dilaksanakan hanya pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan durasi pembelajaran di sekolah” (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013).
Artinya konsep ideal suatu kurikulum dari pemerintah memang bagus, pandangan teoritisnya tinggi tetapi dalam kenyataannya tidak semua sekolah mampu mewujudkan konsep ideal itu.
Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon pro dan kontra dari praktisi pendidikan merupakan bentuk akibat dari persepsi yang diambil oleh individu. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya.
Adanya stimulus yang sama mengenai pemahaman pembelajaran Kurikulum 2013, tetapi karena pengalaman, kemampuan berpikir, dan kerangka acuan tidak sama, ada kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013.
(23)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu partisipan, beliau mengungkapkan:
“Tujuan kurikulum 2013 bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung,
kesiapan SDMnya tidak mendukung karena terkesan dipaksakan” (Partisipan 4).
Ungkapan ini menunjukkan bahwa persepsi partisipan terhadap tujuan atau konsep dari kurikulum 2013 bagus, tetapi untuk penerapan di lapangan masih mengalami kesulitan. Persiapan perangkat pembelajaran seperti buku ajar dinilai kurang mendukung. Kesiapan guru juga dinilai kurang karena mereka baru mendapat pelatihan sebelum penerapan kurikulum selama 5 hari dengan metode yang kurang sesuai, yaitu mengerjakan lembar kerja dan analisis struktur kurikulum. Metode ini kurang menjawab apa yang ingin diketahui para guru.
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan kurikulum 2013 ini. Hal pertama adalah diklat bagi guru-guru pada satuan pendidikan di sekolah sasaran beserta para kepala sekolah masing-masing dan distribusi buku-buku pegangan untuk siswa. Hal yang kedua adalah pemberian pengertian bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan akademik atau kecerdasan, kompetensi dasar, dan nilai sikap perilaku. Dalam hal ini, proses pembelajaran bisa mengintegrasikan antara kemampuan kecerdasan intelektual atau ranah kognitif, kecerdasan afektif berupa sikap perilaku, dan psikomotoris atau keterampilan (Mulyasa, 2013).
(24)
Berbagai latar belakang dikemukakan oleh pemerintah berkaitan dengan pentingnya penerapan kurikulum 2013 antara lain akhlak generasi muda yang semakin brutal, tidak jujur, tidak disiplin, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Disamping isu moral, juga dikemukakan isu ekonomi, yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan pangan. Sebenarnya ada yang lebih penting dari semua itu. Hal ini sebagaimana diungkapkan mendikbud yaitu bonus demografi-jumlah penduduk yang meledak harus bisa terserap pasar. Artinya pendidikan hanya menciptakan buruh-buruh pabrik- pasar tenaga kerja sistem kapitalisme.
Perubahan kurikulum, dimana pun, sebetulnya hampir sama, selalu membutuhkan penyesuaian pola pikir para pemangku kepentingan. Demikian pula yang terjadi pada kurikulum 2013 ini, yang hanya mungkin sukses bila ada perubahan paradigma atau lebih tepatnya pola pikir para guru dalam proses pembelajaran (Darmaningtyas dalam Tempo, 10 Juli 2013). Substansi perubahan dari kurikulum 2006 (KTSP) ke kurikulum 2013 ini adalah perubahan proses pembelajaran. Pola pembelajaran gaya bank, yaitu guru menulis di papan tulis dan murid mencatat di buku, serta guru menerangkan sedangkan murid mendengarkan diubah menjadi proses pembelajaran yang lebih mengedepankan murid untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengeksplorasi, mencoba, dan mengekspresikannya. Proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif tersebut hanya
(25)
mungkin terwujud bila pola pikir guru telah berubah. Perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 akan membuat guru tidak lagi memiliki pola pikir bahwa mengajar harus di dalam kelas dan menghadap ke papan tulis. Tetapi mengajar bisa dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan, kebun, tanah lapang, atau juga di sungai. Media pembelajaran pun tidak harus buku, alat peraga, atau komputer. Tanam-tanaman dan pohon di kebun, sungai, dan sejenisnya juga dapat menjadi media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya pro kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014.
2. Pola pikir guru untuk menyesuaikan perubahan kurikulum. 3. Kesiapan guru mengimplementasikan kurikulum 2013.
C. Batasan Masalah
Dalam penulisan penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah agar dalam penjelasannya nanti akan lebih mudah, terarah dan sesuai dengan yang diharapkan serta terorganisir dengan baik. Pembuatan penelitian ini dibatasi hanya pada masalah sebagai berikut :
(26)
Persepsi guru SD Manchester terhadap pembelajaran Kurikulum 2013 terkait buku ajar dan proses pembelajaran serta upaya mendukung penerapan Kurikulum 2013.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013?
2. Bagaimana gambaran persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi?
3. Bagaimana upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013
2. Mendeskripsikan gambaran persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi
3. Mendeskripsikan upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013
(27)
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan kurikulum dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada praktisi pendidikan supaya memperhatikan konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan yang dapat dijadikan kompas bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air.
b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian dan sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kurikulum.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi dalam menghadapi perkembangan kurikulum.
G. Definisi Operasional
Berdasarkan judul dari penelitian, istilah penting yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah:
(28)
1. Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan alat indera yang dimiliki oleh individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima.
2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
4. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
5. Tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema
(29)
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan dibahas tiga sub bab, yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Pada kajian teori peneliti akan membahas tentang Kurikulum SD, serta teori-teori yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap pembelajaran pada kurikulum 2013. Penelitian yang relevan memaparkan tentang penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi guru terhadap pembelajaran Kurikulum 2013. Kerangka pikir pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian yang akan dilakukan.
A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar tentang Persepsi a. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
(30)
Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif, ada juga persepsi negatif, yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara
(31)
yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya.
Persepsi, baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Dalam pikiran seseorang tersimpan persepsi positif maupun negatif, ketika seseorang melihat atau merasakan suatu kejadian dengan alat indera yang dimiliki, maka persepsi itu akan muncul dengan sendirinya, persepsi positif atau negatif tergantung sudut pandang individu tersebut.
Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118). Jalaluddin (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
b. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut: a) Adanya objek yang dipersepsi; b) Adanya
(32)
perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Menurut Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
(33)
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
c) Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan alat indera yang dimiliki oleh individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima. Persepsi muncul jika ada objek yang dipersepsi, alat indera, dan perhatian. Setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal muncul dari dalam diri individu misalnya perasaan,
(34)
sikap, keinginan. Faktor eksternal merupakan hal diluar individu yang dapat mempengaruhi persepsi misalnya latar belakang seseorang, pengetahuan, dan informasi yang diperoleh.
2. Pengertian dan Peran Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Uno (2009) menyatakan guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan unsur dominan dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat (Mustofa, 2007). Guru adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh orang di luar bidang pendidikan.
Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(35)
Miarso (2008) menyatakan guru yang berkualitas atau yang ber-kualifikasi, adalah yang memenuhi standar pendidik, menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses pembelajaran. Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas guru baik melalui pelatihan, seminar, dan melalui pendidikan formal terkait pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Dengan usaha tersebut diharapkan akan meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menjadikan orientasi mutu dan profesionalisme guru sebagai etos kerja mereka dan menjadikannya sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas profesinya (Karsidi, 2005).
Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran.
Berbagai hal yang dilakukan guru dalam dunia pendidikan, dapat diidentifikasi sedikitnya ada 19 peran guru, antara lain guru
(36)
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, “pemindah kemah”, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator (Mulyasa,2009). Peran tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki peran penting dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, membentuk kepribadian anak didik untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat mensejahterakan rakyat, negara dan bangsa. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru (Uno, 2009). Jika kemampuan guru tinggi, maka guru akan cepat menangkap dan beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga kurikulum dapat diterapkan secara maksimal. Namun bila kemampuan guru rendah maka guru tidak akan dengan mudah beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga pelaksanaan kurikulum menjadi terhambat.
Jadi, guru berperan menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Selain itu, keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
(37)
3. Tinjauan Umum tentang Pembelajaran
Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seorang individu berorientasi dengan informasi dan lingkungan (Hidayat, 2013:146). Pembelajaran berarti mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Menurut Yunanto (2004:4) dalam Hidayat (2013:146), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (1986:7) dalam Djamarah (2010:324) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik. Sedangkan Miarso (2004:528) dalam Djamarah (2010:324) mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu. Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Djamarah (2010: 325), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses
(38)
belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4. Kurikulum SD
a. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20/2003). Singkatnya, kurikulum adalah suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk proses pembelajaran.
Menurut Nasution (2009) kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Hamalik (2008) menyatakan kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran namun semua hal yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Kurikulum merupakan suatu prencanaan yang memuat isi dan bahan pelajaran, cara, metode atau strategi pembelajaran, dan merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. b. Struktur Kurikulum
Bunyi Pasal 77B ayat (1) PP No. 32 Tahun 2013 menjelaskan bahwa struktur kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata
(39)
= Pembelajaran Tematik Terintegrasi
pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Struktur kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum. Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan Kewarganegaraan; c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g. Seni budaya; h. Pendidikan jasmani dan olahraga; i. Keterampilan/kejujuran; dan j. Muatan lokal.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD tahun I, II dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Struktur kurikulum SD adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD
Sumber : Draft Kurikulum 2013
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
I II III IV V VI Kelompok A
1. Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5 6 6 6 6 6
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10
Matematika 5 6 6 6 6 6
Kelompok B
1. Seni Budaya dan keterampilan (termasuk muatan lokal)
4 4 4 6 6 6
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
4 4 4 4 4 4
(40)
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten, dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
c. Komponen Kurikulum
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki komponen-komponen penting dan sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Komponen-komponen pembentuk ini satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Komponen satu sama lain ini saling berkaitan (Sudrajat : 2008).
(41)
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
Sumber : Draft Kurikulum 2013
Adapun uraian dari masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut:
1) Komponen Tujuan
Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: a) Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
(42)
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
b) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut. 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
(43)
Jadi, tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di sini diklasifikasikan ke dalam tingkat satuan pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar, menengah, dan menengah kejuruan. Tujuan institusional merupakan cerminan dari standar kompetensi lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).
Pada kerangka kurikulum 2013, rincian dari tujuan tingkat satuan pendidikan, antara lain:
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan
Sumber : Draft Kurikulum 2013
Domain Kognitif Domain Afektif Domain
Psikomotorik Memiliki pengetahuan
faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam disekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya
(44)
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan setiap mata pelajaran akan berbeda-beda, tetapi tujuan kurikuler ini merupakan turunan dari standar kompetensi lulusan.
d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Jadi sama halnya dengan tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran dari setiap bahasan akan berbeda-beda, namun masih merupakan bagian dari tujuan kurikuler.
2) Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut. Bidang studi yang diajarkan pada kurikulum 2013 disajikan pada tabel 2.3.
(45)
Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD
Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas IV-VI)
No Komponen I II III IV V VI
A Kelompok A Tematik
1 Pend. Agama 4 4 4 3 3 3
2 Pend. Pancasila&Kewarganegaraan 5 6 6 4 4 4 3 Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 IPA - - - 3 3 3
6 IPS - - - 3 3 3
B Kelompok B
1 Seni Budaya & Prakarya 4 4 4 6 6 6 2 Pend. Jasmani, OR & Kes. 4 4 4 4 4 4 Jumlah 30 32 34 36 36 36
Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas V-VI)
No Komponen I II III IV V VI
A Kelompok A Tematik
1 Pend. Agama 4 4 4 4 3 3
2 Pend. Pancasila&Kewarganegaraan 5 6 6 6 4 4 3 Bahasa Indonesia 8 8 10 10 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 IPA - - - - 3 3
6 IPS - - - - 3 3
B Kelompok B
1 Seni Budaya & Prakarya 4 4 4 6 6 6 2 Pend. Jasmani, OR & Kes. 4 4 4 4 4 4 Jumlah 30 32 34 36 36 36 Sumber : Draft Kurikulum 2013
Struktur Kurikulum Sekarang
No Komponen I II III IV V VI A Mata pelajaran
1 Pend.Agama 3 3 3
2 Pend. Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 5 5 5
4 Matematika 5 5 5
5 IPA 4 4 4
6 IPS 3 3 3
7 Seni Budaya& Ketrpln. 4 4 4 8 Pend. Jasmani. OR & Kes. 4 4 4
B Muatan Lokal 2 2 2
C Pengembangan Diri 2 2 2
(46)
3) Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Strategi pembelajaran berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka penyampaian tujuan yang telah dirumuskan. Sujana dalam Herry (2003 : 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Komponen Evaluasi
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
(47)
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Tyler dalam Herry (2003 : 1.25) mengemukakan bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu, Taba dalam Herry (2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa mencapai tujuan. Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.
Adanya rancangan kurikulum 2013 ini merupakan bentuk pembaharuan kurikulum, dimana telah dilaksanakannya evaluasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Adapun permasalahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2006, antara lain konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan
(48)
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Kurikulum 2006 dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Selain itu kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
Kurikulum 2006 juga dinilai belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas, menuntut adanya remediasi secara berkala. Menggunakan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. Selain itu, ada pula kesenjangan yang terdapat pada kurikulum 2006 dibandingkan dengan konsep ideal yang diharapkan pemerintah (Tabel 2.4).
(49)
Tabel 2.4 Kesenjangan pada kurikulum 2006
Kondisi saat ini Konsep ideal
A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan 1. Belum sepenuhnya
menekankan pendidikan karakter
2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan
3. Pengetahuan-pengetahuan lepas
1. Berkarakter mulia
2. Keterampilan yang relevan
3. Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pembelajaran B. Materi Pembelajaran 1. Belum relevan dengan
kompetensi yang
dibutuhkan
2. Beban belajar terlalu berat 3. Terlalu luas, kurang
mendalam
1. Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan
2. Materi esensial
3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. Proses Pembelajaran C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat pada guru
(teacher-centered learning)
2. Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks
3. Buku teks hanya memuat materi bahasan
1. Berpusat pada peserta didik (student-centered active learning)
2. Sifat pembelajaran yang kontekstual
3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem
(50)
penilaian serta kompetensi yang diharapkan
D. Penilaian D. Penilaian
1. Menekankan aspek kognitif
2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan
1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional
2. Penilaian tes dan portofolio saling melengkapi
E. Pendidik dan Tenaga kependidikan
E. Pendidik dan Tenaga kependidikan
1. Memenuhi kompetensi profesi saja
2. Fokus pada ukuran kinerja PTK
1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan
Kurikulum 1. Satuan pendidikan
mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum
2. Masih terdapat
kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,
1. Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan
(51)
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah
3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran
pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3. Pemerintah
menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman
Sumber : Draft Kurikulum 2013
Tabel di atas kesenjangan yang terjadi pada kurikulum 2006 dengan konsep ideal yang ada. Kemudian pada penelitian ini peneliti akan menggunakan konsep ideal sebagai acuan dalam pengumpulan data saat ini yang menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, komponen kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya akan menjadi materi pokok peneliti dalam wawancara.
Singkatnya, kurikulum adalah suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk proses pembelajaran. Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan Pendidikan agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu pengetahuan alam, Ilmu pengetahuan sosial, Seni budaya, Pendidikan jasmani dan olahraga, Keterampilan/kejujuran, dan Muatan lokal. Kurikulum mempunyai komponen pembentuk yang saling berkaitan yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi.
(52)
B. Penelitian yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain skripsi yang bejudul “Kompetensi Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013” oleh Atika Tri Widyati (2014). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh guru masih merasa kesulitan mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. Guru belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Hasil wawancara guru berkaitan dengan kompetensi profesionalisme guru pada proses pembelajaran adalah guru berusaha mengembangkan kompetensi profesionalisme dalam setiap pembelajaran dengan menguasai materi, menggunakan metode yang bervariasi, dan memanfaatkan media yang ada di sekitar. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran sudah terpadu tetapi guru masih kesulitan dalam hal penilaian siswa. Peneliti memberikan saran kepada guru dan sekolah agar lebih mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013. Sekolah dapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana bagi guru agar dapat mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dengan lebih baik lagi.
Maghfirah Ngabalin (2014) melakukan penelitian berjudul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara”.Kurikulum
(53)
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik.
Penelitian yan telah dilakukan oleh Ahmad Shofa (2014) dengan judul
penelitian yaitu “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”. Kurangnya pemahaman guru sekolah dasar dalam penilaian yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada persepsi guru terutama dalam hal langkah-langkah penilaian autentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Jepara terhadap perencanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaksanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaporan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, acuan kualitas tugas untuk penilaian unjuk kerja adalah sangat baik, dan kriteria rubrik penilaian unjuk kerja adalah sangat baik. Peneliti memberikan saran kepada guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Jepara untuk memiliki
(54)
bahan referensi dan mengikuti sejumlah kegiatan yang mendukung terkait dengan adanya Kurikulum 2013 sehingga dalam implementasinya di lapangan dapat berjalan secara optimal.
Ketiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti ini mengungkapkan fakta bahwa pembelajaran pada kurikulum 2013 tergantung dari kompetensi profesional guru. Fakta lain yang diungkapkan bahwa guru masih memiliki kesulitan dalam hal penilaian siswa baik penilaian autentik maupun penilaian unjuk kerja. Guru juga belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi guru sekolah dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Berikut bagan literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya:
Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan
Atika Tri Widyati (2014) dengan judul
“Kompetensi
Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan
Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
2013”
Maghfirah Ngabalin (2014) dengan judul
“Persepsi dan Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52
Jakarta Utara”
Ahmad Shofa (2014)
dengan judul “Persepsi
Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran Kurikulum
2013 Kabupaten Jepara”
(55)
C. Kerangka Berpikir
Pengimplementasian kurikulum KTSP dianggap kurang maksimal seiring munculnya anggapan bahwa KTSP hanya berpusat pada kognitif, belum peka pada perubahan sosial dan penilaian belum berbasis kompetensi. Untuk menjawab tantangan jaman dan hasil penelitian PISA serta pemenuhan kompetensi maka pemerintah mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.
Perubahan yang dilakukan pada kurikulum 2013 antara lain penambahan jam pelajaran, pengurangan mata pelajaran, melanjutkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan penilaian berpusat pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Keputusan pemerintah memberlakukan kurikulum 2013 menimbulkan pro dan kontra. Pihak pro mengungkapkan bahwa hasil uji publik lebih dari 50% positif, kebutuhan jaman dalam peningkatan mutu dan pelatihan guru sudah dilakukan sejak pelaksanaan UKG. Sedangkan pihak yang kontra mengungkapkan bahwa persiapan implementasi kurikulum baru terlalu mendesak, perlu ada evaluasi KTSP terlebih dahulu sebelum dilakukan perubahan serta perlu adanya perbaikan mutu guru.
Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama pada penerapan kurikulum 2013 ini pola pikir guru perlu diubah, pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru sekarang menjadikan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Untuk mensukseskan penerapan kurikulum 2013 diperlukan sosialisasi ke setiap
(56)
daerah, perlu kesiapan dan pelatihan guru, persiapan dalam proses pembelajaran dan penyediaan buku ajar. Untuk lebih mempermudah kerangka pemikiran tersebut, penulis gambarkan dalam bentuk bagan kerangka penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.3 Bagan kerangka berpikir
Perubahan Kurikulum 2013
Implementasi KTSP kurang maksimal
1. Berpusat pada kognitif 2. Belum peka
pada perubahan sosial
3. Penilaian belum berbasis kompetensi 1. Tantangan zaman
2. Hasil penelitian PISA
3. Pemenuhan kompetensi
1. Penambahan jam pelajaran
2. Pengurangan mata pelajaran
3. Melanjutkan KBK 4. Penilaian berpusat
pada sikap, pengetahuan, dan ketrampilan Pro
1. Hasil Uji Publik lebih dari 50% positif.
2. Kebutuhan zaman dalam peningkatan mutu.
3. Pelatihan guru sudah dilakukan sejak pelaksanaan UKG
Kontra
1. Persiapan terlalu mendesak. 2. Perlu ada
evaluasi KTSP terlebih dahulu. 3. Perlu adanya
perbaikan mutu guru.
Guru memiliki peran penting
1. Sosialisasi ke setiap daerah 2. Kesiapan dan pelatihan
guru
3. Proses pembelajaran 4. Buku ajar
Analisis pendapat guru terhadap penerapan kurikulum 2013
(57)
38 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian ini akan membahas tentang peneliti sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data. Teknik keabsahan data akan menjelaskan tentang uji kredibilitas, transferabilitas, dependability dan
konfirmability, sedangkan teknik analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini.
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Data hasil penelitian deskriptif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor penelitian
(58)
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati” (Sugiyono, 2008).
Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting karena mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Hal tersebut digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan yang memerlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan teknik pseudonym yaitu penyamaran nama sekolah maupun partisipan yang terlibat dalam penelitian, hal ini digunakan untuk menjaga keamanan privasi agar tidak tercemar maupun disalah gunakan.
Pemilihan pendekatan ini berdasarkan alasan bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah persepsi guru terhadap penerapan pembelajaran kurikulum 2013 pada suatu sekolah (SD Manchester). Penelitian ini mendeskripsikan fenomena implementasi kurikulum 2013 kaitannya dengan pembelajaran. Informasi dalam penelitian ini diperoleh dari guru koordinator kelas pada kondisi yang alamiah atau tanpa rekayasa.
B. Setting Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dilakukan pada semester ganjil, tepatnya pada bulan September sampai November 2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD Manchester yang telah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Sekolah ini terletak di Kabupaten Sleman.
(59)
Sekolah memilki 2 gerbang utama yang berhadapan langsung dengan jalan, tidak jarang terjadi kemacetan ketika pagi hari. Lingkungan sekitar sekolah dikelilingi bangunan seperti kampus, perumahan maupun toko, serta TK yang menjadi satu dengan SD. Sekolah ini memiliki kelas paralel yaitu a, b, dan c. Dalam satu kelas terdapat minimal 26 siswa. Guru-guru yang mengajar di SD Manchester sebagian besar merupakan pengajar muda, mereka mengajar antara 3-9 tahun dan merupakan lulusan S1. Ada 2 guru yang merupakan lulusan SPG SD dan telah mengajar selama 26-33 tahun. Sebagian besar guru yang mengajar merupakan guru tetap. Guru kelas 1, 2, 4, dan 5 yang telah menerapkan kurikulum 2013 serta kepala sekolah SD Manchester akan terlibat pada penelitian ini. Guru yang terlibat adalah masing-masing guru koordinator kelas paralel.
C. Desain Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan.
1) Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah.
a) Melaksanakan observasi awal untuk identifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru, serta pencarian data online dari website resmi Kemendikbud maupun koran online mengenai kurikulum 2013.
b) Menentukan subjek penelitian dan sampel. Peneliti menetapkan SD
(60)
penelitian merupakan kepala sekolah dan guru koordinator kelas yang menerapkan kurikulum 2013.
c) Menyusun instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan berupa
pedoman wawancara. Selain itu didukung pula dengan dokumentasi untuk memperoleh data tentang kurikulum 2013 dari Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan. Dokumentasi juga digunakan sebagai rekap seluruh kegiatan penelitian baik berupa foto kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, bukti guru telah melakukan sosialisasi atau seminar mengenai kurikulum 2013 serta surat ijin penelitian.
2) Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan disalah satu SD di Kota Yogyakarta dengan menggunakan subyek penelitian sebanyak 5 partisipan. Peneliti melakukan observasi, wawancara, dan mengumpulkan dokumentasi dari kepala sekolah serta guru kelas yang menjadi partisipan.
3) Tahap Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Melakukan pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian secara deskriptif dari analisis data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, karena dalam proses pengumpulan data menekankan pada wawancara
(61)
mendalam terhadap partisipan untuk mendapatkan pemahaman sesuai topik penelitian yaitu pembelajaran terkait penerapan kurikulum 2013. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview.
Dalam pelaksanaannya wawancara lebih bebas dan tujuannya untuk menemukan permasalahan lebuh terbuka (Sudjana dan Ibrahim, 2007)
Tujuan dari wawancara adalah peneliti ingin menggali informasi mengenai pendapat guru terhadap penerapan kurikulum 2013 saat ini dengan konsep ideal yang telah ditetapkan pemerintah. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara agar mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus ditanyakan (Lampiran 1.1 : 108). Selain menggunakan konsep ideal kurikulum sebagai pedoman peneliti juga menggunakan pertanyaan mendasar pengembangan kurikulum yang diungkapkan Tyler dalam Herry (2003 : 1.14) sebagai acuan dalam membuat pedoman. Adapun pertanyaan tersebut adalah :
1. What education purpose should the school seek to attain?
2. What education experiences can be provided that are likely to attain these purpose?
3. How can these education experiences be effectively organized?
4. How can we determine wether these purpose are being attained?
Pertanyaan pertama hakikatnya merupakan arah dari suatu program atau tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan
(62)
isi atau bahan ajar yang harus diberikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau penilaian pencapaian tujuan.
2. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari guru yang menjadi sumber data penelitian. Penggunaan observasi partisipan ini akan menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono 2008). Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kelas rendah yaitu kelas I, II dan di kelas tinggi yaitu kelas IV dan V. Peneliti juga terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari guru seperti mengajar, membuat administrasi dan mengoreksi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data seperti peraturan pemerintah dan materi pelatihan guru yang berkaitan dengan pelaksanaan penerapan kurikulum 2013. Dengan studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tujuan, pembelajaran, dan sebagainya. Penelitian ini
(63)
juga menggunakan dokumentasi berupa hasil lembar wawancara dan observasi.
E. Instrumen Penelitian
Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.
Pengalaman peneliti sebelum memasuki lapangan untuk melakukan penelitian diantaranya pada semester 2 peneliti pernah mengajar pramuka di SDK Tegalmulyo selama satu semester. Kegiatan pramuka diadakan seminggu sekali dan dilaksanakan pada hari Sabtu. Pada semester 3, peneliti pernah melakukan bimbingan belajar kelas atas di SDN Tegalmulyo selama satu semester, bimbingan belajar dilaksanakan di kelas 5 setiap hari Senin dan Kamis. Materi yang diajarkan meliputi mata pelajaran pokok yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn. Pada semester 4 peneliti juga melakukan bimbingan belajar kelas bawah selama satu semester. Bimbingan belajar kelas bawah dilaksanakan di desa Sabranglor, Klaten, dan diterapkan untuk anak-anak kelas 1-3. Kegiatan bimbingan belajar kelas bawah dilaksanakan seminggu dua kali pada hari Senin dan Kamis. Pada semester 5, peneliti melakukan program oengakraban lingkungan I (Probaling I), yang bertempat di SDK Jomegatan. Probaling I dilakukan
(64)
selama satu semester, dan diadakan setiap hari Kamis mulai pukul 7 pagi hingga pukul 1 siang. Selama probaling I peneliti berkesempatan belajar mengenai tugas-tugas guru, observasi guru mengajar, praktek membuat RPP dan mengajar mandiri. Pada semester 6, peneliti melakukan program pengakraban lingkungan II (Probaling II) yang bertempat di SDK Sorowajan selama satu semester. Probaling II dilaksanakan setiap hari Kamis mulai pukul 07.00 sampai pukul 13.30. Dalam Probaling II ini, peneliti belajar untuk lebih memahami tugas dan kewajiban Kepala Sekolah. Pada semester 7, peneliti melakukan PPL (Program Pengalaman Lapangan) selama 3 bulan, berproses bersama guru mengenal tentang administrasi sekolah, membuat RPP, mengajar terbimbing dan mengajar mandiri.
F. Teknik Keabsahan Data 1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas sebanyak dua pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan siswa di kelas dengan keberadaan peneliti. Selanjutnya hanya satu pertemuan yang digunakan untuk proses analisis data yang lebih rinci mengenai analisis perangkat pembelajaran yang diimplikasikan dalam proses belajar mengajar.
(65)
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut. c. Bahan referensi
Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk proses pembelajaran guru dan rekaman untuk bukti hasil wawancara. Catatan lapangan dalam penelitan dan perekaman tersebut digunakan untuk mendukung hasil analisis data. Selain itu digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Berbagai teori
(66)
pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji terkumpulnya data tersebut.
2. Uji Transferabilitas
Pengujian transferabilitas atau keteralihan menunjukkan ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke sekolah dimana penelitian dilaksanakan. Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti membuat laporan yang rinci, jelas, dan sistematis. Laporan penelitian ini dibuat dengan rinci dan jelas berisi data-data lengkap mengenai hasil penelitian mulai dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta menggunakan kata-kata efektif dalam penyajian data sehingga mudah dibaca. Laporan hasil penelitian juga dibuat sistematis dengan isi dari laporan disampaikan secara urut sesuai dengan fokus penelitian dimulai dari tujuan, persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013.
3. Pengujian Dependability
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh kedua dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Setiap peneliti melakukan konsultasi, dosen pembimbing melakukan evaluasi secara lisan tentang bagaimana peneliti melakukan penelitian, kesulitan danpengalaman
(1)
148 Lampiran 1.6
Organisasi Data
Masalah : Persepsi Guru SD Manchester Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Sumber : Observasi, wawancara, dan dokumentasi
Tema Deskripsi
Pendekatan pembelajaran tematik terpadu dan saintifik pada Kurikulum 2013
Dokumen Permendiknas menyatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema. Dalam pembelajaran peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Hasil wawancara dengan semua partisipan menunjukkan bahwa SD Manchester menggunakan pendekatan tematik dan saintifik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan semacam ini pernah mereka lakukan pada kurikulum sebelumnya, mereka menggunakan PPR yang dinilai hampir sama dengan pendekatan saintifik. Dalam observasi dan praktek mengajar yang peneliti lakukan, peneliti juga menggunakan pendekatan tematik dan saintifik setiap mengajar. Buku guru dan buku siswa pada pembelajaran Kurikulum 2013 Pemerintah menyediakan buku guru dan buku siswa dalam
(2)
149
Permendiknas. Hasil observasi menunjukkan semua guru menggunakan buku yang disediakan dalam proses pembelajaran. Dari wawancara yang telah dilakukan, semua partisipan mengungkapkan bahwa buku yang disediakan membantu proses pembelajaran, tetapi memang masih ada beberapa kekurangan misalnya materi yang ada dibuku guru dan buku siswa hampir sama, konteks materi yang tidak sesuai dengan sekolah, salah cetak.
Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
Dalam Permendiknas tertulis tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran, diwujudkan dengan penyusunan RPP. Pengembangan RPP di SD Manchester dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengembangan RPP dilakukan secara berkelompok melalui MGMP antar wilayah, Sleman Timur, Sleman Barat, Kota, Gunung Kidul. Selain itu RPP juga dikembangkan dengan kerjasama antar guru paralel, karena SD Manchester terdiri dari 3 kelas paralel. Dari hasil observasi, tidak setiap hari guru membuat RPP tetapi mereka membuat RPH yang berisi langkah-langkah pembelajaran pada buku kerja masing-masing.
Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran, dalam permendiknas tertulis bahwa setiap pembelajaran mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan ini dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik. Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Namun tidak semua materi dapat dilakukan menggunakan pendekatan saintifik, semua disesuaikan dengan materi yang diajarkan saat
(3)
150
itu.
Tahap ketiga adalah penilaian, Permendiknas menjelaskan bahwa penilaian Otentik adalah pendekatan, prosedur, dan instrumen penilaian proses dan capaian pembelajaran peserta didik dalam penerapan sikap spiritual dan sikap sosial, penguasaan pengetahuan, dan penguasaan keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pelaksanaan tugas perilaku nyata atau perilaku dengan tingkat kemiripan dengan dunia nyata, atau kemandirian belajar. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap pembelajaran guru menilai tidak hanya kognitifnya saja, tetapi juga psikomotor dan afektifnya. Mereka juga mengungkapkan bahwa buku guru tidak memberikan panduan yang jelas tentang penilaian sehingga mereka menggunakan buku Bupena sebagai pendukung.
(4)
151 Lampiran 1.7
Contoh Bagan Analisis Data
Catatan Lapangan
Peneliti mengadakan penelitian dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari wawancara dan observasi tentang pembelajaran Kurikulum 2013 kemudian diubah menjadi transkripsi.
Organisasi data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti mengkategorikan atau mentemakan apa yang menjadi temuan peneliti dari hasil pengumpulan data. Peneliti menemukan persepsi dan upaya positif dari guru tentang penerapan pembelajaran kurikulum 2013.
Analisis dan Interpretasi
Hasil yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah munculnya persepsi positif tentang rancangan kurikulum 2013 dari pemerintah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa secara teoritis kurikulum 2013 akan sangat efektif diterapkan, tetapi praktek di lapangan masih ada beberapa aspek yang rancu terkait buku ajar dan penilaian.
Penarikan Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan bahwa guru memahami secara teori maupun praktek tentang penerapan pembelajaran kurikulum 2013. Tetapi tuntutan dan pemahaman yang diberikan dari pemerintah membuat guru terkadang kesulitan dalam praktek di lapangan. Pelatihan guru yang kurang mendalam dan terkesan tergesa-gesa membuat penerapan kurikulum menjadi kurang efektif. Sehingga muncul berbagai persepsi terkait pelaksanaan pembelajaran. Berbagai upaya untuk mendukung penerapan kurikulum 2013 juga sudah dilakukan para guru.
(5)
RIWAYAT PENELITI
Oktaviani Chandra Dewi, lahir di Karanganyar, pada tanggal 17 Oktober 1993. Bertempat tinggal di Nglambang Rt.02/10, Jumapolo, Karanganyar. Peneliti menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1999 hingga tahun 2005 di SDN 03 Jumapolo. Kemudian peneliti melanjutakan ke jenjang menengah pertama pada tahun 2005 hingga tahun 2008 di SMP N 1 Jumapolo. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya di SMA N Jumapolo pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Setelah lulus SMA peneliti memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dibangku kuliah. peneliti terdaftar sebagai mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, peneliti aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan kampus. Berikut adalah daftar kegiatan yang pernah peneliti ikuti selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
No Jenis kegiatan Nama Kegiatan Peran
1. Seminar Umum Seminar Teori Belajar dan Pembelajaran (2011)
Peserta
Seminar public lecture on teaching multiculturalism to young people: Learning from post-war german experience
(6)
(2013)
2. Kuliah umum English Club Peserta
Weekend Moral Peserta
Studium generale Family Problems and Children`s Motivation to Learn (2014)
Peserta
Kuliah umum: Learning from the past for a better future: we and the 1965 tragedy (2013)
Peserta
3. Workshop, Pelatihan dan Lokakarya
Pelatihan "Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar” (KMD)
Peserta
Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II
Peserta
Workshop Montessori Peserta Workshop Bioscience
Pembuatan Awetan Tumbuhan dan Binatang