FAKTOR PSIKOLOGIS PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI HANDPHONE BLACKBERRY DI PLAZA MARINA SURABAYA.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manjemen
Diajukan Oleh:
Firman Nur Andriansyah
0712010023 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Firman Nur Andriansyah
0712010023 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
rahmatNya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang
Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk
menyelesaikan skripsi dengan judul “FAKTOR
PSIKOLOGIS
PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM
MEMBELI
HANDPHONE BLACKBERRY DI PLAZA MARINA
SURABAYA.”
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Drs. EC. Nur Mahmudah, MM selaku Dosen Wali di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5.
Bapak Sugeng Purwanto, SE, MM, Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
(4)
memberikan doa restunya, dorongan dan bantuan materiil serta
pengorbanan sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
8.
Teman-teman satu jurusan yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Anton, Nanunt, Rendra, Rizal, Gatra, Ian,
Sony, Gilang.
9.
Teman-teman 3 elang yang senantiasa menyemangati saya dalam
menyelesaikan skripsi ini, Nano, Doni, Rozy, Probo, Agung, Mambrut,
Heri, Andi, Andre, fadil.
10.
Semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2011
(5)
PERSETUJUAN UJIAN LISAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR……….. i
DAFTAR ISI……….………... .iii
DAFTAR TABEL……….... .vii
DAFTAR GAMBAR……… .x
DAFTAR LAMPIRAN……….xi
ABSTRAKSI………...xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian……….. 1
1.2
Rumusan Masalah……….……… 7
1.3
Tujuan Penelitian……….……….. 8
1.4
Manfaat Penelitian………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hasil penelitian terdah.ulu………... 9
2.2 Landasan Teori……….. 11
2.2.1 Pengertian pemasaran………... 11
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran………... 15
(6)
2.3
Pengaruh hubungan kausalitas……….…..35
2.3.1Pengaruh Psikologis terhadap keputusan membeli………..…. 35
2.4
Kerangka konseptual……….………. 37
2.5
Hipotesis……….……….………. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Definisi Operasional dan pengukuran Variabel………39
3.1.1 Definisi Operasional……..……….. 39
3.1.2 Pengukuran Variabel………... 42
3.2
Tehnik Penentuan Sampel…………..……….. 43
3.3
Tehnik Pengumpulan Data.……..……….40
3.3.1Jenis Data……….. 44
3.3.2 Sumber Data………. 45
3.3.3.Pengumpulan Data ………….………. 45
3.4
Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis………. 46
3.4.1 Asumsi Model (SEM)……….. 49
3.4.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausalitas…….………...52
3.4.3 Pengujian Model Dengan
One Step Approach
……….52
3.4.4 Pengujian Model Dengan
Two Step Approach
……….53
(7)
4.1.2 Karakteristik Responden (Umur dan Jenis Kelamin)………... 63
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian……….……… 63
4.2.1 Variabel Psikologi Konsumen (X)….….………..64
4.2.1.1 Motivasi (X1)………. 64
4.2.1.2 Persepsi (X2)………...64
4.2.1.3 Pembelajaran (X3)……….………..…. 65
4.2.1.4 Sikap Serta Keyakinan………..………. 66
4.2.2 Variabel Keputusan Membeli (Y)………... 66
4.2.2.1 Keputusan Tentang Merek (Y1)……… 66
4.2.2.2 Keputusan Pemasok (Y2).………. 67
4.2.2.3 Keputusan Kuantitas (Y3)………….……….68
4.2.2.4 Keputusan Waktu (Y4)……….………. 68
4.2.2.5 Keputusan Metode Pembelian (Y5)….………. 69
4. 3
Uji Kualitas Data………. ………….…70
4.3.1 Uji Outlier………...………….….70
4.3.2 Uji Reliabilitas.………..………...71
4.3.3 Uji Validitas………. ……....72
4.3.4 Uji Normalitas………..……….……... 73
4.4
Uji Hipotesis……….. 74
(8)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan…….………... 80
5.2
Saran………... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
Tabel 1.1
Market Share Merek Handphone Di Indonesia Tahun
2009-2010………..
4
Tabel 3.1
Goodness of Fit Index………..
………
60
Tabel 4.1
Karakteristik Responden (Umur dan Jenis Kelamin).………..
63
Tabel 4.2
Jawaban Item Pada Variabel Psikologi (Motivasi)…………..
64
Tabel 4.3
Jawaban Item Pada Variabel Psikologi (Persepsi)…………..
64
Tabel 4.4
Jawaban Item Pada Variabel Psikologi (Pembelajaran)……..
65
Tabel 4.5
Jawaban Item Pada Variabel Psikologi (Sikap serta
Keyakinan)………
66
Tabel 4.6
Jawaban Item Pada Variabel Keputusan Membeli (Keputusan
Tentang Merek)……….
66
Tabel 4.7
Jawaban Item Pada Variabel Keputusan Membeli (Keputusan
pemasok)………
67
Tabel 4.8
Jawaban Item Pada Variabel Keputusan Membeli (Keputusan
Kuantitas)………..
68
Tabel 4.9
Jawaban Item Pada Variabel Keputusan Membeli (Keputusan
Waktu)………
68
Tabel 4.10
Jawaban Item Pada Variabel Keputusan Membeli (Keputusan
Metode Pembelian)………
69
Tabel 4.11
Hasil Uji
Outliers
………...
70
(10)
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Evaluasi Kriteria
Goodness of Fit indices……….
Uji Kausalitas………
75
76
(11)
Gambar 2.1
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler………...
21
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual………...
37
Gambar 3.1
Pola Pengukuran skor Interval………....
43
Gambar 3.2
Model Pengukuran Psikologi Konsumen………...
47
Gambar 3.3
Gambar 4.1
Model Pengukuran Keputusan Membeli………....
Model Pengukuran Kausalitas
One Step Approach
…………....
48
74
Gambar 4.2
Model Pengukuran Kausalitas
One Step Approach
…………....
75
(12)
Oleh:
Firman Nur Andriansyah
0712010023 / FE / EM
Perkembangan teknologi khususnya teknologi handphone pada jaman sekarang ini
memang layak mendapat perhatian, hal ini dikarenakan hampir semua batasan umur
mengenal handphone, bahkan hampir semua lapisan masyarakat menggunakan handphone
dalam kehidupannya sehari-hari, sehubungan dengan itu, blackberry zaman sekarang ini
mulai menjadi trend dalam masyarakat Indonesia, Surabaya pada khususnya. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganilisis pengaruh dari motivasi, persepsi,
pembelajaran, sikap serta keyakinan dalam keputusan membelinya, objek dalam penelitian ini
adalah konsumen yang menggunakan handphone blackberry di plaza marina Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden
(pengguna blackberry), serta data sekunder yang diperoleh dari perusahaan yang
bersangkutan.untuk memenuhi tujuan penelitian, hipotesis diuji dengan analisis jalur path
(Path Analysis) atau Structural Equation Model (SEM) merupakan kumpulan tehnik analisis
statistik memungkinkan pengujian suatu hubungan antara satu atau lebih variable
independen dengan satu atau lebih variable dependen yang diestimasi secara simultan.
Dari uji Structural Equation Model dapat disimpukan bahwa faktor psikologis tidak
mempunyai pengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli handphone blackberry,
karena terdapat pengaruh lain dalam keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
handphone blackberry di plaza marina Surabaya selain faktor psikologis. Memang sedikit
berbeda dengan teori Kotler yang menyebutkan tentang adanya pengaruh psikologis terhadap
keputusan membeli konsumen.
Kata kunci : Motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap serta keyakinan,
perilaku konsumen, keputusan membeli.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan Teknologi dari tahun ke tahun sudah menunjukkan
kemajuan yang sangat dahsyat, sebagai bukti contoh kecil, gadget yang sudah
tidak asing lagi di telinga kita yaitu cellular phone atau
handphone, karena
pada zaman sekarang ini hampir semua kalangan tidak mengenal batas umur,
waktu, ruang dan status sosal baik anak-anak, remaja, orang tua, pebisnis,
pedagang dan lain-lainnya sudah tidak bisa lepas lagi dari yang namanya
teknologi tersebut, kebutuhan hidup untuk bisa selalu terhubung dengan
sesama, bersosialisasi, prastise dan gengsi sudah merupakan suatu alasan.
Kebutuhan manusia akan sarana telekomunikasi nirkabel dan
medianya (multimedia) dalam dekade terakhir ini sangatlah meningkat, dahulu
sebuah handphone hanya dibeli konsumen karena kemampuannya memenuhi
kebutuhan akan telekomunikasi nirkabel atau tanpa kabel yang bisa dibawa
kemana-mana, namun sekarang handphone menjadi sebuah kebutuhan yang
tak terpisahkan dari kehidupan manusia, terlebih lagi fokus kita untuk
Indonesia.
Infrastruktur telekomunikasi yang ada di kota-kota besar serta
metropolitan telah merambah sampai daerah terpencil, menuntut semakin
besarnya peranan telepon seluler atau yang biasa dikenal sebagai ponsel.
(14)
Keinginan masyarakat dalam memilih ponsel karena masyarakat
tumbuh dalam suatu lingkungan yang yang telah mengembangkan teknologi
ponsel dengan seperangkat pemahaman dan nilai konsumen. Dengan adanya
budaya menjalin silahturahmi dalam masyarakat Indonesia membuat
pengguna ponsel semakin ramai. Hampir setiap orang secara tetap melakukan
interaksi dengan orang lain yang secara langsung ataupun tidak langsung juga
akan mempengaruhi minat beli mereka. Budaya masyarakat yang suka
mencoba hal baru dan mengikuti tren dimanfaatkan produsen ponsel yang
dengan gencar meluncurkan produk-produk baru berteknologi tinggi serta
multi fungsional.
Hampir setiap individu menggunakan handphone dalam kehidupannya,
memang diakui sangat sulit untuk tidak menggunakan handphone dalam
jangka waktu sehari saja. Namun lama kelamaan, handphone bukan hanya
sekedar menjadi kebutuhan, akan tetapi juga menjadi alat pengukur tingkat
sosial individu pemakai handphone, sebagai buktinya, sekarang anak muda
dan juga dewasa selalu menenteng handphonenya di tangan, lebih dari 70 juta
remaja di Indonesia memiliki handphone. Konsumen saat ini tidak lagi
membeli handphone semata-mata karena kebutuhan akan telekomunikasi
nirkabel namun juga untuk menunjang statusnya di masyarakat.
Sehubungan dengan itu, agaknya blackberry menjadi sebuah trend
dalam penggunaan handphone, bisa dibilang sebagai demam blackberry,
termasuk anak kecil berumur sekitar 12+ yang kebanyakan sudah menenteng
handphone merek blackberry. Orang-orang pun ramai membicarakan serta
(15)
menggunakan blackberry. Seorang analisis pasar telekomunikasi di
International Data Corporation mengatakan bahwa “Perangkat Blackbery
selalu diasosiasikan sebagai simbol status diantara para pelanggan selular di
Indonesia.” Bahkan sebagaian besar masyarakat pun menganggap bahwa saat
ini blackberry lah yang menguasai pangsa pasar handphone di Indonesia, pada
umumnya anggapan itu ada karena untuk handphone merek lain sudah
dianggap tidak jaman. Apalagi tipe masyarakat Indonesia adalah tipe yang
tertarik akan suatu hal yang baru, termasuk dengan adanya blackberry di tanah
air ini.
(Vivanews.com : 25 November 2010) Namun nampaknya anggapan
bahwa blackberrylah saat ini yang merajai pangsa pasar smartphone agaknya
tidak tepat. Dalam Startup lokal meetup yang ke-6, salah satu sesi diisi oleh
Emmanuel Allix dari InMobi (sebuah perusahaan mobile advertisement). Ia
membawakan presentasi yang cukup menarik, yaitu tentang pasar handphone
di Indonesia dan bagaimana caranya memonetasikan aplikasi mobile. Symbian
OS, OS smartphone yang katanya sedang mengalami kejatuhan ternyata masih
memiliki posisi yang sangat kuat di Indonesia. Dan khususnya untuk merek
Nokia, juga masih jauh berada di atas kompetitor-kompetitornya di Indonesia.
Menurut InMobi, share mobile OS di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Nokia OS (37,7% share)
2.
Symbian OS (23,0% share)
3.
Lainnya (38,2% share)
(16)
Dengan asumsi lainnya adalah gabungan dari iOS, Android,
BlackBerry OS, dan lain-lain, Nokia masih jauh berada di atas para
pesaingnya. Gabungan dua OS dari Nokia meraup 60% lebih share mobile OS
di Indonesia. Dilihat besarnya cakupan Nokia tersebut, sangat menarik
tentunya, InMobi menambahkan statistik dari perusahaan lain yang hasilnya
agak berbeda, namun dari semua statistik pasar handphone di Indonesia,
semuanya memiliki kesamaan, yaitu blackberry masih jauh dari kata
menguasai pangsa pasar handphone di indonesia.
Tabel 1.1:Data Market share merek handphone Indonesia 2009-2010
Company
2010 2009
Market Share Market Share
Units (%) Units (%)
Nokia 111,473.6 34.2 105,413.4 36.8
Samsung 65,320.2 21.1 55,430.1 19.3
LG 29,366.7 9.0 30,497.0 10.7
Research In Motion 11,228.8 3.4 7,678.9 2.7
Sony Ericsson 11,008.5 3.4 13,574.3 4.7
Motorola 9,109.4 2.8 15,947.8 5.6
Apple 8,743.0 2.7 5,434.7 1.9
HTC 5,908.8 1.8 2,471.0 0.9
ZTE 5,545.8 1.7 3,697.9 1.3
G'Five 5,208.6 1.6 NA NA
Others 62,635.2 19.30 45,977.2 16.1
Total 325,556.8 100.0 286,122.3 100.0
(17)
Gambar tabel diatas yang didapat dari sumber yang lain pun
menunjukkan bahwa apa yang dinamakan demam blackberry di Indonesia
masih belum mampu untuk menyentuh level paling atas pangsa pasar
handphone Indonesia. Hal yang cukup menarik adalah data Other (untuk
handphone China) yang mencakup nilai 19,3%, di luar Nokia, Sony Ericsson,
Blackberry, dan Samsung. Memang nampaknya data tentang BlackBerry
belum ada ataupun memang belum dianggap signifikan secara nasional.
Perilaku pembelian konsumen pada dasarnya merupakan proses
memilih, membeli dan menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan.
Perusahaan dalam menjalankan usahanya harus selalu memantau perubahan
perilaku konsumen sehingga dapat mengantisipasi perubahan perilaku
konsumen tersebut untuk memperbaiki strategi pemasarannya, karena pada
hakekatnya tujuan dari pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami
sifat konsumen dengan baik sehingga produk yang ditawarkan dapat laku
terjual dan konsumen loyal terhadap produk yang dihasilkan.
Perilaku konsumen sangat menentukan dalam keputusan membelinya
yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang
membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan. Faktor
utama mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor kebutuhan seperti
budaya dan kelas sosial. Faktor psikologis seperti motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan juga keyakinan serta sikap.
Menurut Berkowitz (1997:117) terdapat empat faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yaitu pengaruh situasional
(18)
(situational influences), pengaruh psikologis (psychological influences),
pengaruh sosio-budaya (sociocultural influences), dan pengaruh bauran
pemasaran (marketing mix influences). Dari keempat faktor tersebut, faktor
psikologis merupakan faktor yang muncul dari dalam diri konsumen.
Menurut Scihffman dan Kanuk (2008), faktor psikologis yang
mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat dijabarkan menjadi 5
variabel, yaitu motivasi (motivation), kepribadian (personality), persepsi
(perception), sikap (attitude), dan pembelajaran (learning). Kelima variabel
tersebut turut mempengaruhi citra merk di benak konsumen. Menurut Kotler
(2001:361) citra (brand image) sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor yang berkaitan dengan produk itu sendiri, faktor lingkungan maupun
faktor psikologi konsumen.
Menurut Ferrina (2008:3) Manusia membeli bukan karena kebutuhan
semata, namun karena apa yang diinginkan, keinginan merupakan satu bentuk
perasaan atau harapan manusia akan kondisi tertentu. Dengan mengetahui
berbagai faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen produk handphone, maka inovasi yang dilakukan terhadap produk
handphone dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen, sehingga strategi
pemasaran yang direncanakan akan mencapai sasaran.
Konsumen handphone sekarang semakin tidak mudah diprediksi,
bahkan mereka menjadi semakin kritis, semakin menuntut serta dinamis
dengan segala interaksinya dan tidak mudah puas menjadi ciri konsumen di
era sekarang ini. Ragam konsumen secara psikologis tercermin dari motivasi,
(19)
sikap serta keyakinan, pembelajaran dan persepsi mereka sehingga keragaman
ini menghasilkan sebuah variasi dalam informasi pemrosesan konsumen.
Dari kondisi diatas produsen harus semakin jeli melihat kebutuhan
konsumen dan dapat menangkap peluang pasar. Bagi perusahaan strategi
pemasar merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan usahanya,
dimana perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
sehingga konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan,
yang pada akhirnya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.
Menurut Lamb (2001:201), faktor psikologis menentukan bagaimana
individu menerima dan berinteraksi dengan lingkungannya dan pengaruh pada
keputusan yang diambil konsumen, semakin tinggi faktor psikologis yang
diambil oleh konsumen maka semakin tinggi pula keputusan pembelian pada
handphone Blackberry.
Dengan melihat latar belakang diatas, maka penelitian ini diberi judul
“Faktor Psikologis Pengaruhnya Terhadap Keputusan Konsumen Dalam
Membeli Handphone Blackberry di Plaza Marina Surabaya.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
Apakah faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap keputusan
konsumen dalam membeli Handphone Blackberry di Plaza marina
Surabaya?
(20)
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian adalah:
Untuk menganalisis apakah faktor psikologis mempunyai pengaruh
terhadap keputusan membeli Handphone Blackberry di Plaza marina
Surabaya.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan utamanya teori tentang
Manajemen Pemasaran yang berkaitan dengan hubungan antara
pengaruh psikologis konsumen terhadap keputusan membeli.
2.
Bagi perusahaan untuk memberikan masukan berkaitan dengan
kebijakan perusahaan, khususnya bagian pemasar
yang
berhubungan dengan variabel-variabel atau faktor yang
mempengaruhi keputusan membeli.
3.
Bagi penelitian yang akan datang sebagai bahan referensi
khususnya pengaruh psikologi terhadap keputusan membeli pada
zaman sekarang ini.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil penelitian terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dipakai sebagai masukan adalah:
1)
Jurnal media DIKTI Vol. 6 No. 1 Februari 2006 oleh Djoko Dwi
kusumayanto & Willy Dwi Wahyu S “PENGARUH FAKTOR
PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN
DALAM
MEMBELI NOTEBOOK ACER”.
Bahwa dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan :
A.
Terdapat pengaruh yang signifikan faktor psikologis yang terdiri
dari motivasi, persepsi pembelajaran, keyakinan dan sikap secara
parsial atau sendiri-sendiri terhadap keputusan konsumen dalam
membeli notebook Acer. Hal ini ditunjukan dengan nilai
signifikasi t = 0,003 < 0,05 untuk sub variable pembelajaran, dan
nilai signifikasi t = 0,019 < 0,05 untuk sub variable keyakinan dan
sikap.
B.
Terdapat pengaruh yang signifikan faktor psikologis yang terdiri
dari motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap secara
simultan atau bersama-sama terhadap keputusan konsumen dalam
membeli notebook Acer. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi
sebesar F = 0,000 lebih
kecil dari nilai α = 0,05
(22)
2)
Jurnal skripsi oleh Ramdhan Fajar Heru Setiawan “PENGARUH
PSIKOLOGIS, HARGA, DAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP
KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMILIH SARANA
TRANSPORTASI”. bahwa dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan:
A.
Variabel psikologis berpengaruh positif terhadap faktor keputusan
pembelian dapat diterima kebenarannya. Hal tersebutt dapat dilihat
dari probabilitas kausalnya yakni sebesar 0,033
≤ 0,10 yang
bertanda positif dan signifikan.
B.
Variabel harga berpengaruh positif terhadap faktor keputusan
pembelian dapat diterima kebenarannya. Hal tersebut dapat dilihat
dari probabiltas kausalnya yakni sebesar 0,001
≤ 0,10 yang
bertanda positif dan signifikan.
C.
Variabel kelompok acuan juga berpengaruh positif terhadap faktor
keputusan pembelian dapat diterima kebenarannya. Hal tersebut
dapat dilihat dari probabilitas kausalnya yakni sebesar 0,034
≤ 0,10
yang bertanda positif dan signifikan.
Tehnik analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation
Model
(SEM) yang merupakan kumpulan tehnik statistik yang memiliki
kemampuan menguji suatu rangkaian hubungan yang kompleks.
(23)
2.2 Landasan teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dimana kegiatan ini merupakan salah satu
aktivitas penting dari seluruh usaha yang dilakukan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan yang
berorientasi untuk mendapatkan laba dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Bagaimana tidak, meskipun sebuah perusahaan mempunyai
manajemen yang sangat bagus sekalipun, sangatlah percuma kalau
pemasarannya tidak berjalan. Jika perusahaan tidak menjalankan pemasaran,
bagaiman perusahaan bisa mendapatkan pendapatan, pemasaran bukanlah hal
yang bisa disepelekan begitu saja, melakukan jualan adalah hal yang sulit,
karena setiap produk yang ditawarkan pasti mempunyai kelemahan, disinilah
peran penting pemasaran, tentang bagaimana pemasar dapat melakukan
pengenalan terhadap segmentasi pasar dengan segenap kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki sebuah produk, tergantung bagaimana kreativitas
pemasar sehingga produk tersebut dapat diterima sebagian besar masyarakat
yang notabene memiliki selera yang berbeda-beda.
Dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat, penting artinya
pemasaran bagi perusahaan dimana perusahaan harus menentukan strategi
pemasaran yang tepat terhadap produknya, sehingga produk tersebut dapat
menjadi pemimpin pasar, dapat dikatakan bahwa aktivitas terpenting dalam
(24)
pemasaran adalah penjualan, dimana kegiatan tersebut dapat merangsang
ide-ide yang akan menghasilkan produk atau jasa dan bagaimana cara memasarkan
sehingga produk yang dihasilkan dapat dinikmati konsumen hingga merasakan
kepuasan.
Marketing atau Pemasaran adalah suatu perpaduan dari
aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen
serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar
kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan
tertentu. Beberapa pengamat serta ahli pemasaran mempunyai pendapat serta
definisi dan sudut pandang tersendiri mengenai pemasaran, memang pendapat
tersebut berbeda-beda namun semua memiliki maksud tentang arti pemasaran
yang sama.
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a)
Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran.
b)
Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah
sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran
timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c)
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi
(25)
dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan
keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan
perusahaan.
d)
Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
maupun pembeli potensial.
e)
Menurut Lamb (2001 : 6) pemasaran merupakan suatu proses
perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan
distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran untuk memuaskan tujuan individu dan organisasi.
f)
Menurut Swastha dan Handoko (2004 :4) pemasaran adalah
suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang di
tujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa
sehingga dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan
perusahaan terhadap pemasarannya, yaitu:
1.
Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran. Lingkungan ini tidak dapat
dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam
menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan
(26)
pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya
pesaing.
2.
Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh
perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran
(kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen
bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi
(Swastha, 2002).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep paling
pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan dan keinginan manusia.
Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan yang dirasakan untuk ingin
didapatkan oleh seseorang, sedangkan keinginan merupakan suatu bentuk
perasaan atau harapan manusia akan sebuah kondisi tertentu, contoh seseorang
merasa haus sehingga ia membutuhkan minum untuk melepaskan dahaganya,
namun minuman apa yang dipilihnya ditentukan oleh keinginan atau
perasaannya.
Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan,
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun
kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu
lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri,
peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan.
(27)
2.2.2 Pengertian Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) manajemen pemasaran
adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari
program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai
tujuan perusahaan. Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan
(Planning), pengorganisasian (organizing) penggerakan (Actuating) dan
pengawasan.
Sementara itu menurut Sumarni (2002 : 11) manajemen pemasaran
adalah anlisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang
dirancang untuk menciptakan, membentuk, dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan pembelian sasaran (target buyers) untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasional.
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah suatu ilmu
yang mencakup semua kegiatan pemasaran yang terdiri dari analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Serta aspek waktu dari manajemen pemasaran bersifat
jangka pendek dan keputusan yang diambil berkaitan dengan waktu tertentu,
proses keputusan cenderung top-down, serta lingkungan dianggap konstan.
(28)
2.2.3 Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaing. Konsep pemasran merupakan falsafah bisnis yang
berorientasi pada konsumen dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan
bersedia membeli produk dan jasa yang mampu untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia. Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasran
merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya akan mengetahui
adanya cara dan falsafah baru yang terlibat didalamnya.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000 : 6) Konsep
pemasran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Ada 3 tiga unsur pokok konsep pemasaran menurut Swastha dan
Handoko:
1.
Orientasi pada konsumen
Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen
harus:
a.
Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan
dijadikan sasaran penjualan.
b.
Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran
penjualan.
(29)
d.
Mengadakan penelitian pada konsumen, mengukur, menilai,
dan menafsirkan keinginan, sikap, serta perilaku mereka.
e.
Menentukan dan melaksanakan yang paling baik apakah
menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah
atau model yang menarik.
2.
Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan
setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu
usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen,
sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir. Selain itu terdapat juga
penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga, saluran
distribusi, dan proosi untuk menciptakan hubungan pertukaran
yang kuat dengan konsumen. Artinya, harga jual harus sesuai
dengan kualitas produk, promosi harus desesuaikan dengan saluran
distribusi, harga dengan kualitas produk, dan sebagainya.
Usaha-usaha ini perlu juga dikoordinasi dengan waktu dan tempat.
3.
Kepuasan konsumen
Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka
panjang akan mendapatkan laba, banyak sedikitnya kepuasan
konsumen yang akan dipenuhi, ini tidaklah berarti perusahaan
harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan
konsumen.
(30)
Definisi konsep pemasaran menurut Sunarto (2004 : 12) menegaskan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adlah
perusahaan tersebut harus lebih efektif dibandingkan pesaingnya dalam
menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai kepada pasar
sasaran yang terpilih.
Konsep pemasaran dapat diungkapkan dengan berbagai cara, salah satu
pengungkapan konsep pemasaran yang sudah terkenal yaitu:
1.
Temukan keinginan pasar dan penuhilah.
2.
Buatlah apa yang dapat dijual dan jangan berusaha menjual apa
yang dapat dibuat.
3.
Cintailah pelanggan, bukan produk anda.
4.
Lakukanlah menurut cara anda (Burger king)
5.
Andalah yang menentukan (United Airlines)
6.
Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai
uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu dan kepuasan (JC.
Penney).
Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi,
konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran
sosial, dan konsep pemasaran global, penjelasannya adalah:
(31)
I.
Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai
produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah.
Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan
segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan
distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah
memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen
dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas
dengan daya beli mereka.
II.
Konsep produk
Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai
produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang
terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk
berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk
berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri-ciri terbaik.
III.
Konsep penjualan.
Konsep penjualan berpendapat bahwa, konsumen tidak bisa
dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan
upaya penjualan dan promosi yang agresif terhadap konsumen
tersebut.
(32)
IV.
Konsep pemasaran.
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para
pesaing.
V.
Konsep pemasaran sosial
Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi
adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan
pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan
dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripasda para
pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
VI.
Konsep Pemasaran Global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya
memahami semua faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang
mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi
keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
(33)
2.2.4 Pengertian perilaku konsumen
Perilaku pembelian konsumen pada dasarnya merupakan proses
memilih, membeli dan menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan.
Perusahaan dalam menjalankan usahanya harus selalu memantau perubahan
perilaku konsumen sehingga dapat mengantisipasi perubahan perilaku
konsumen tersebut untuk memperbaiki strategi pemasarannya, keinginan dan
kebutuhan konsumen akan suatu produk dan jasa selalu berubah-ubah secara
terus-menerus, hal ini yang menjadi pertimbangan bagi seorang manajer
pemasaran selalu memperhatikan perilaku dan mempelajari perilaku
konsumen dan memberikan kepuasan semaksimal mungkin sehingga
perusahaan dapat menciptakan bauran pemasaran yang tepat.
Menurut Hawkins (2007 : 6) perilaku kosumen merupakan studi
tentang bagaimana individu kelompok dan organisasi dan proses yang
dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan
produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan
dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat, dengan demikian studi
perilaku konsumen mencakup bidang yang lebih luas, karena termasuk di
dalamnya juga mempelajari dampak dari proses dan aktivitas yang dilakukan
konsumen ke konsumen lain maupun masyarakat.
Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk (2007)
bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji tentang bagaimana
individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan
dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang
(34)
nantinya akan dikonsumsi. Para konsumen pun mungkin membeli secara
impulsif, dan dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga dan teman-teman, oleh
berbagai pemasang iklan dan model peran, tetapi juga oleh suasana hati,
keadaan emosi. Semua faktor ini bergabung sehingga membentuk model
perilaku konsumen yang menyeluruh dan mampu mencerminkan aspek
pengertian dan pengetahuan maupun emosional dalam pengambilan keputusan
konsumen.
Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa,
pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan
seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan
(how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition)
barang-barang dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran perlu
didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan
memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja yang
diinginkan konsumen.
Model perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10)
menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi
oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan
yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas
saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan
keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek,
pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian.
(35)
Gambar 2.1
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai
berikut :
1)
Faktor-Faktor Kebudayaan
a.
Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang
yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya
sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian
besar adalah dipelajari.
b.
Sub Budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang
lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas
untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu
kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan
wilayah geografis.
(36)
c.
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap
kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang
sama.
2)
Faktor sosial
a.
Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang.
b.
Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli.
c.
Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan
dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa
satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh
masyarakatnya.
3)
Faktor-Faktor Pribadi
a.
Usia dan Tahap Daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah
selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang
berhubungan dengan usianya.
(37)
b.
Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok
pekerjaan tertentu.
c.
Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan
yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.
d.
Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut
menentukan perilaku pembelian.
e.
Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap
orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
4)
Faktor-Faktor Psikologis
a.
Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap
kebutuhan itu.
b.
Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
(38)
c.
Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku
manusia diperoleh dengan mempelajarinya.
d.
Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan
sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian (Kotler,
1997 : 153 – 161).
2.2.5
Pengertian Psikologi Konsumen
Menurut Erna Ferrinadewi (2008:7) secara umum psikologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang
mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Psikologi meliputi ilmu pengetahuan
mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
yang memenuhi syarat. Sifat jiwa yang abstrak ini tidak dapat dilihat secara
langsung, namun dapat dilihat dapat dilihat melalui gejala-gejalanya.
Gejala-gejala gerakan jiwa tersebut dapat dipelajari oleh pemasar seperti motivasi,
sikap, keyakinan, kepribadian, persepsi, dan pembelajaran.
Masing-masing gejala gerakan jiwa dijabarkan sebagai berikut:
1.
Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere
yang artinya
menggerakkan. Seorang kosumen berkeputusan untuk membeli suatu
produk karena ada sesuatu yang menggerakkan. Proses timbulnya
(39)
dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu produk,
itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi keputusan
membeli namanya motif.
Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam
diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga
pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul
sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi, individu secara sadar
maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan ini
melalui perilaku yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan
mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan
yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Handoko (2001:225) mengatakan bahwa “motivasi adalah
suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan”. Dengan
kata lain, motivasi adalah suatu energy yang berasal dari dalam diri
yang mengarahkan aktivitas seseorang dalam memuaskan kebutuhan
atau mencapai tujuan. Motivasi adalah bagian dari suatu mekanisme
untuk mengontrol usaha-usaha dalam mencapai tujuan
2.
Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka (Robbinson, 2001).
Proses psikologi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali
(40)
dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Schiffman dan
kanuk (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam
proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan
mneginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Suatu
proses persepsi akan diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indera
kita. Stimuli yang menimbulkan persepsi bisa bermacam-macam
bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung mengenai indera
kita, seperti segala sesuatu yang bisa dicium, segala sesuatu yang bisa
dilihat, segala sesuatu yang bisa diraba.
Menurut Lamb, hair (2001:224) persepsi adalah proses dimana
kita memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan tersebut
kedalam gambaran yang memberi makna melekat, singkatnya,
persepsi adalah cara kita memandang dunia di sekitar kita serta
bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan dunia di
sekitar kita serta bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita
membutuhkan bantuan dalam keputusan pembelian.
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih,
menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai
arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi
verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang.
Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi
terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan
komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi
(41)
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang
mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi
atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk.
3.
Sikap dan keyakinan
Schiffman dan Kanuk (2008:222) berpendapat bahwa ada
kesepakatan umum sikap merupakan dipelajari, ini berarti sikap
berkaitan dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil dari
pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang
diperoleh dari orang lain, atau terpapar oleh iklan di media massa,
Internet, dan berbagai bentuk pemasaran langsung (seperti katalog
pedagang ritel). Penting diingat bahwa walaupun sikap mungkin
dihasilkan dari perilaku, tetapi tidak sama dengan perilaku. Sebaiknya,
mereka mencerminkan penilaian yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan terhadap obyek sikap. Sebagai kecendrungan
yang dipelajari, sikap mempunyai kualitas memotivasi, yaitu mereka
dapat mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu menarik
konsumen dari perilaku tertentu, contohnya seorang individu yang
dulunya tidak pernah tahu dan mencoba parfum merek A, akhirnya
mempunyai keputusan untuk membeli parfum merek A stelah
mencoba tester yang dibrikan seorang salesman/woman.
(Solomon, 2002;198) Berpendapat bahwa sebagian konsumen
cendrung memiliki keyakinan bahwa mereka akan berhadapan dengan
situasi yang sama di masa yang akan datang. Sikap menjadi wujud
(42)
dari antisipasi mereka ketika mereka harus berada dalam situasi
tersebut. Sikap merupakan suatu kondisi psikologis yang mendahului
tindakan dan setiap oarang dapat memiliki sikap yang berbeda untuk
sebuah obyek yang sama.
Menurut Fishbein mengemukakan teorinya yang lebih dikenal
dengan
The Theory of Reasoned action (Ajzen & Fishbein, 1980).
Teori ini dianggap mampu memprediksi maksud dan perilaku
dibandingkan dengan model terdahulu karena lebih menekankan pada
pengukuran sikap yang lebih menekankan pada maksud untuk
berperilaku. Teori ini juga menilai keyakinan seseorang yang
membentuk perilaku karena lebih memikirkan akibat dari tindakan
yang dilakukan serta melibatkan variabel lain seperti norma-norma
sosial yang turut berpengaruh pada sikap seseorang.
4.
Pembelajaran
Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak. Seperti halnya
pada proses persepsi, simpul-simpul saraf otak menerima berbagai
stimuli seperti cahaya, suara, bentuk, warna, maupun tekstur dan
kemudian memberi makna pada rangkaian stimuli tersebut menjadi
sesuatu yang berarti. Proses yang dimulai dari penerimaan stimuli
hingga interpretasi makna merupakan proses belajar yang dialami baik
secara sadar maupun tidak sadar maupun tidak sadar oleh konsumen.
Menurut Bower dan Hilgard (dalam Hoch dan Deighton;
1989), belajar adalah proses menguji dugaan intuitif dengan mana
(43)
konsumen menggunakan keyakinan mereka untuk menerima data
baru.
Banyak ahli menawarkan definisi belajar. Atkinson al. (2000)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen pada
perilaku yang terjadi akibat latihan, karena maturasi atau
pendewasaan, atau pengkondisian sementara. Sementara Carlson et al.
(2000) berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptive dangan
mana kecendrungan manusia untuk merubah perilakunya disebabkan
karena pengalaman. Artinya seiring dengan berubahnya kondisi yang
dihadapi maka manusia belajar perilaku baru dan melenyapkan
perilaku lamanya. Oleh karena itu proses belajar selalu melibatkan
memori.
Meskipun masih banyak ahli-ahli psikologi yang menawarkan
berbagai definisi namun Erna ferrinadewi (2008) mengungkapkan
bahwa terdapat piont-point penting didalamnya yaitu:
1.
Belajar selalu memiliki tujuan tertentu. Dalam dunia
pemasaran, yang menjadi fokus utamanya adalah
masalah pertukaran. Proses belajar konsumen pun
difokuskan pada pemecahan masalah yang dihadapi
dalam proses pertukaran.
2.
Belajar merupakan perubahan dalam perilaku, artinya
dapat berubah menjadi lebih baik atau bisa juga
sebaliknya, lebih buruk.
(44)
3.
Pengalaman merupakan kunci utama dalam belajar.
Konsumen menghimpun bebagai informasi dimasa lalu
dengan mengalami langsung bukan karena usia
konsumen bertambah matang maka konsumen
menunjukkan perubahan perilaku.
4.
Tingkah laku yang mengalami perubahan meliputi
aspek-aspek kepribadian, perubahan fisik maupun
mental seperti kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, perubahan dalam kebiasaan sikap dan
keyakinan konsumen.
2.2.6
Pengertian keputusan membeli
Menurut Lamb (2001:237) proses pengambilan keputusan konsumen
dimulai dengan pengenalan kebutuhan, ketika rangsangan tersebut memicu
kesadaran akan keinginan yang tidak terpenuhi. Jika informasi tambahan
dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan pembelian, maka konsumen
akan berupaya melakukan pencarian informasi tambahan dan membuat
garis-garis- pembelian. Akhirnya, sebuah keputusan pembelian sudah dibuat.
Menurut kotler (2001:222) tahap-tahap proses keputusan pembelian
konsumen melewati lima tahap yaitu:
1)
Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana
pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli
(45)
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang
dinginkan.
2)
Pencarian informasi
Konsumen dapat mencari informasi dari berbagai sumber.
3)
Evaluasi alternative
Suatu tahap ketika konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merek alternative dalam perangkat pilihan
4)
Keputusan membeli
Suatu tahap dimana konsumen benar-benar membeli sebuah produk.
5)
Perilaku pasca pembelian.
Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli oleh
konsumen. Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami
tingkat kepuasan atau ketidak puasan. Tugas pemasar tidak berakhir
pada saat produk telah dibeli, melainkan pada saat periode pasca
pembelian. Pemasar harus terus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian, dan pemakaian atau juga pembuangan
pasca pembelian.
Kotler (2005:228) mengatakan, dalam melaksanakan niat pembelian,
konsumen dapat membuat 5 sub keputusan membeli, yaitu:
1)
Keputusan tentang merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
dibeli. Setiap merek mempunyai perbedaan tersendiri. Dalam hal ini
(46)
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah
merek.
2)
Keputusan pemasok
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk yang
diinginkan akan dibeli. Dalam hal ini menyangkut produsen, pedagang
besar dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih
penjual atau pemasok tertentu.
3)
Keputusan kuantitas
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibeli pada suatu saat. Dalam hal ini perusahaan
harus mempersiapkan banyaknya produk yang sesuai keinginan yang
berbeda-beda dari para pembeli.
4)
Keputusan waktu.
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan mereka harus
melakukan pembelian. Biasanya menyangkut masalah tersedianya
uang untuk membeli suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam penentuan waktu pembelian.
5)
Keputusan metode pembelian
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang akan dibeli, apakah secara tunai atau dengan
kredit. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang
(47)
penjual dan jumlah pembelinya. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.
2.3
Pengaruh Hubungan kausalitas
2.3.1 Pengaruh Psikologis
Terhadap keputusan membeli Konsumen
Kotler (2001:212) menyebutkan bahwa pilihan-pilihan seseorang dalam
membeli dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologi yang penting, yaitu :
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
(Kotler,
1997:153-161)
Menjelaskan bahwa faktor psikologis
mempengaruhi perilaku konsumen, penjabarannya adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan
itu.
b.
Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
c.
Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu
yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia
diperoleh dengan mempelajarinya.
(48)
d.
Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan
sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian.
Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi
terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya
(kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk
mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar
kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan
dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan).
Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi
(pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap
konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali
secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu
produk atau tidak.
Menurut kotler (2002:154) “pengaruh-pengaruh psikologis yang utama
terhadap perilaku konsumen adalah persepsi, kemampuan dan pengetahuan,
sikap serta kepribadian. Motivasi adalah kekuatan energi internal yang
mengarahkan kegiatan sesorang kearah pemenuhan kebutuhan atau pencapaian
sasaran, faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran
serta keyakinan dan sikap mempengaruhi seseorang di dalam melakukan
keputusan pembelian suatu barang dan jasa.
(49)
Psikologis
(X)
Keputusan
membelian
(Y)
2.4
Kerangka konseptual
Gambar 2.2 : kerangka konseptual
(50)
2.5
Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas dan landasan teori yang digunakan
maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Diduga faktor psikologis berpengaruh terhadap keputusan membeli
handphone Blackberry di Plaza marina Surabaya.
(51)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1
Definisi Operasional
Definisi operasi variabel penelitian adalah untuk memberikan petunjuk
tentang bagaimana suatu varibel penelitian diukur. Variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut:
•
Psikologi (X)
Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari
gejala-gejala jiwa manusia. Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai
jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
yang memenuhi syarat, menurut jurnal Djoko dwi kusumayanto (2006)
di indikatori oleh:
a.
Motivasi (X1)
Sebagai proses di mana individu mengenal kebutuhan dan
mengambil tindakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut,
sehingga muncul dorongan bagi individu tersebut untuk
mengambil tindakan tertentu dalam upaya memuaskan
kebutuhannya.
(52)
b.
Persepsi (X2)
Persepsi adalah suatu proses menyeleksi, mengorganisasi
dan menginterpretasi masukan informasi untuk
menghasilkan suatu pengertian dan cara agar tujuan dapat
dicapai.
c.
Pembelajaran (X3)
Belajar merupakan proses yang menghasilkan perubahan
pengetahuan atau perilaku yang bersifat relatif permanen
yang bersumberkan dari pengalaman.
d.
Keyakinan dan Sikap (X4)
Sikap merupakan respon yang konsisten baik itu respon
positif maupun negatif terhadap suatu objek, tentang
bagaimana pemikiran individu, merasa dan bertindak
terhadap apa yang dilihatnya, seperti iklan sebuah produk
ataupun jasa.
(53)
•
Keputusan membelian (Y)
Menurut Nugroho (2003:150) keputusan membeli adalah suatu
proses pemilihan diantara dua atau lebih alterbatif dimana semua aspek
perilaku dan kondisi dilbatkan dalam suatu pengambilan keputusan
konsumen termasuk pengetahuan, arti kepercayaan, perhatian dan
pemahaman akan suatu produk yang ditawarkan. Kotler (2005:228)
mengatakan, dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat
membuat 5 sub keputusan pembelian (sebagai indikator), yaitu:
a.
Keputusan merek (Y1)
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek
mana yang akan dibeli. Setiap merek mempunyai
perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
b.
Keputusan pemasok (Y2)
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk
yang diinginkan akan dibeli. Dalam hal ini menyangkut
produsen, pedagang besar dan pengecer harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih penjual atau pemasok
tertentu.
c.
Keputusan kuantitas (Y3)
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa
banyak produk yang akan dibeli pada suatu saat. Dalam hal
(54)
ini perusahaa harus mempersiapkan banyaknya produk
yang sesuai keinginan yang berbeda-beda dari para
pembeli.
d.
Keputusan waktu (Y4)
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan
mereka harus melakukan pembelian. Biasanya menyangkut
masalah tersedianya uang untuk membeli suatu produk.
Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan
waktu pembelian.
e.
Keputusan metode pembelian (Y5)
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode
atau cara pembayaran produk yang akan dibeli, apakah
secara tunai atau dengan kredit. Keputusan tersebut akan
mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah
pembelinya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Skala yang digunakan dalam pnelitian ini menggunakan skala interval
dengan menggunakan metode
Semantic Differential Scale
yaitu metode
pengukuran sikap dengan menggunakan skala penelitian tujuh butir yang
menyatakan verbal dua kutub (bipolar). Sedangkan arah pengukurannya
(55)
menggunakan interval yaitu dengan memberikan skor pada jawaban yang
dipilih responden, dengan pola sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Pola pengukuran skor interval
1
7
Sangat Buruk
Sangat Baik
Dimana tanggapan atau jawaban tersebut dinyatakan dengan memberi
skor yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing
skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 tertinggi.
3.2 Tehnik Penentuan Sampel
A.
Populasi
Populasi adalah seluruh keseluruhan obyek yang diamati. Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Plaza Marina Surabaya.
B.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang mempunyai ciri-ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi. Untuk penarikan sampel
menggunakan tehnik non probabilitas metode
Purposive sampling,
yaitu
tehnik untuk menentukan sampel yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan kriteria atau cirri-ciri tertentu yang mewakili
kriteria dari populasi. Hair dkk menyarankan ukuran sampel minimum
adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimated parameter. Dengan
(56)
minimum adalah 100. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100-200
responden berdasarkan pertimbangan pedoman pengukuran sampel
menurut Augusty (2002:48) yaitu:
1.
100-200 sampel untuk tehnik
Likelihood Estimation.
2.
Tergantung pada jumlah parameter yang di estimasi. pedoman adalah
5-10 dikali jumlah parameter yang di estimasi.
3.
Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila
terdapat 20 indikator, besar sampelnya antara 100-200.
Dalam penelitian ini, maka sampel yang diambil adalah (9 variabel
x 10) = 90 sampel (100 sampel)
3.3
Tehnik Pengumpulan Data
3.3.1
Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
melalui pengisian kuisioner pada konsumen yang pernah serta sedang
ataupun tidak pernah menggunakan handphone merek “blackberry” di
Pusat handphone Plaza Marina Surabaya, berkaitan dengan variabel
peneltian yaitu minat pembelian.
2.
Data sekunder.
(57)
3.3.2
Sumber data
Merupakan asal mula pengambilan suatu data, dalam penelitian ini
data yang diambil berasal dari jawaban kuisioner yang telah diisi oleh
responden.
3.3.3
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai objek
yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut (Nazir, 1999:234):
1.
Metode kuisioner
Yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, tertulis kepada
responden untuk diisi menurut pendapat pribadi sehubungan dengan
masalah yang diteliti.
2.
Metode wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden
3.
Dokumentasi
Pengumpulan data dengan mencatat dokumen yang berkaitan dengan
penelitian untuk bukti adanya permasalahan.
(58)
3.4
Tehnik Analisis Dan Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur path
(Path Analysis) atau Structural Equation Model (SEM) merupakan kumpulan
tehnik analisis statistic memungkinkan pengujian suatu hubungan antara satu
atau lebih variable independen dengan satu atau lebih variable dependen yang
diestimasi secara simultan. Model pengukuran variable bebas (faktor
psikologis dan kelompok rujukan) dan variable terikat (minat pembelian)
menggunakan
Confirmatory Factor Analisys.
Sedangkan penaksiran pengaruh
masing-masing variable bebas terhadap variable terikat menggunakan
koefisien jalur. Langkah-langkah dalam anilisis SEM dalam model
pengukuran dengan contoh faktor psikologis dilakukan sebagai berikut:
Persamaan dimensi faktor psikologis:
X
1 = λ
1 Psikologis + er_1
X
2 = λ
2 Psikologis + er_2
X
3 = λ
3 Psikologis + er_3
(59)
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk diuji Unidimendionalitasnya melalui
Confirmatory Faktor Analisys,
maka model pengukuran dengan contoh faktor psikologis akan tampak sebagai
berikut:
Gambar 3.2: Model pengukuran psikologi konsumen
Keterangan:
X1 = Pertanyaan tentang motivasi membeli produk
X2 = Pertanyaan tentang persepsi terhadap suatu produk
X3= Pertanyaan tentang pembelajaran dalam membeli produk
X4 = Pertanyaan tentang sikap dan keyakinan dalam membeli produk
Er_i
= Error term X1j
Psikologis
X1
X2 X3 X4
er_1
er_2
er_3
(60)
Persamaan dimensi faktor keputusan membeli:
Y1
= λ
5 keputusan membeli + er_5
Y2
= λ
6 keputusan membeli + er_6
Y3
= λ
7 keputusan membeli + er_7
Y
4 = λ8 keputusan m
embeli + er_8
Y5
= λ9 keputusan m
embeli + er_9
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk diuji unidimensionalitasnya melalui
confirmatory factor analysis
, maka
model pengukuran dengan kepoutusan membeli akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.3: Model pengukuran keputusan membeli
Keput usan m em beli
Y 1
Y 2
Y 3
er_5
er_6
er_7
Y 4
Y 5
er_8
(61)
Keterangan:
Y1= Pertanyaan seputar merek yang akan dipilih
Y2= Pertanyaan tentang di mana akan membeli merek produk
Y3= Pertanyaan tentang jumlah yang akan dibeli
Y4= Pertanyaan tentang kapan akan melakukan pembelian
Y5= Pertanyaan tentang bagaimana cara pembayaran transaksi
Er_i=Error term X1j
3.4.1
Asumsi Model (SEM)
Pada permodalan SEM terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi
dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis adalah
sebagai berikut:
1.
Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah
minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan 5
perbandingan observasi untuk estimated parameter, maka minimum
sampel yang harus digunakan adalah sebanyak 100 sampel.
2.
Evaluasi Normalitas dan Linieritas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan
SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat data gambar
histogram data, atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji
normalitas dapat dilakukan dengan mengamati
scatterplots
dengan
(62)
memilih pasangan data dan melihat pola penyebarnya untuk menduga
ada atau tidaknya linieritas. Uji normalitas menggunakan
Critical ratio
yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan
standart
errornya
dan
skewness value
yang biasanya disajikan dalam
statistic
deskriptif
dimana nilai dihasilkan melalui rumus berikut ini:
Nilai – z =
Skewness
6
N
Dimana “N” adalah ukuran sampel
Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa
distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan
tingkat signifikasi yang dikehendaki.
3.
Evaluasi
Outliers
Outliers
adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik
secara
unvariat
maupun
multivariat
yaitu yang muncul karena
kombinasi karakteristik yang dimilikinya terlihat jauh berbeda dengan
observasi lainnya.
Outliers
ini muncul dalam empat kategori yaitu
karena kesalahan prosedur, karena keadaan yang benar-benar khusus
yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain, karena
danya suatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa
penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab
(63)
munculnya nilai ekstrim tersebut,
outliers
dapat muncul dalam
range
nilai tetapi bila dikombinasikan dengan variable lain, kombinasinya
menjadi tidak lazim. Maka inilah yang disebut
multivariate outliers
.
4.
Evaluasi
Multicolinearity
dan
Singularity
Multicollinearity
atau
Singularity
dapat dideteksi dari determinan
matriks kovarians. Nilai determinan kovarians yang sangat kecil
member indikasi hadirnya problem multikolinieritas atau singularitas.
Pada umumnya program SEM ini akan segera memberikan
warning
setiap kali terdapat indikasi multikoliniearitas atau singuaritas. Bila
demikian, cek ulang data dan variabel. Bila multikoliniearitas dan
singularitas ditemukan dalam data, maka salah satu
treatment
yang
dapat diambil adalah dengan menciptakan
Composite Variable
.
5.
Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas menyangkut tingkat yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai suatu akuratnya pengukuran atas apa yang harus diukur.
Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai
dimana masing-masing indikator-indikator itu mengidentifikasi seuah
konstruk umum. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
setiap
latent variable/construct
akan diuji dengan melihat
loading
factor
dan hubungan antara setiap
observed variable
dan
latent
variable
. Sedangkan reabilitas diuji dengan
construct reliability
dan
variable dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(64)
Construct-reliability = (
∑ standardize loading )²
(
∑ standardize loading )² + ∑
j
Variance-extracted =
∑ standardize loading²
∑ standardize loading² + ∑
j
Standardize loading
dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan
melihat nilaian estimasi setiap
construct standardize regression
weights
terhadap setiap butir indikator. Sementara
∑
j dapat dihitung
dengan formula
∑
j = 1- (standardize loading)²
3.4.2
Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausalitas
Pengaruh langsung koefisien jalur dapat diamati dari bobot regresi
terstandar, dengan pengujian signifikasi pembanding nilai CR (Critical Ratio)
yang sama dengan nilai t hitung lebih besar daripada t tabel yang berarti
signifikan.
3.4.3
Pengujian Model dengan
One Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Kemungkinan
terbesar disebabkan terjadinya interaksi antara measurement model dan
structural model yang diestmasi secara bersama-sama (
One Step Approach to
(1)
bertahun-tahun sebelum booming blackberry ada sebuah merek handphone terkenal dengan O.S Symbian atau smartphone andalan yang telah banyak dikenal masyarakat menguasai pasar handphone Indonesia, maka disaat masyarakat mengalami kebosanan itulah blackberry dengan O.S RIM nya mulai memasuki pasar Indonesia dan menawarkan sesuatu yang baru dari produk yang telah lama ada. Kotler (1997) pun menyebutkan bahwa ada Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
1) Faktor-Faktor Kebudayaan
a. Budaya
b. Sub Budaya
c. Kelas Sosial 2) Faktor sosial
a. Kelompok Referensi
b. Keluarga
c. Peranan dan Status 3) Faktor-Faktor Pribadi
a. Usia dan Tahap Daur Hidup b. Pekerjaan
c. Keadaan Ekonomi
d. Gaya Hidup
e. Kepribadian dan Konsep Diri 4) Faktor-Faktor Psikologis
(2)
79
c. Belajar
d. Kepercayaan dan Sikap
Intinya, responden dalam melakukan pembelian Blackberry bukan lagi atas dasar kebutuhan, bukan juga semata-mata untuk mengangkat gengsi, serta tidak karena sepenuhnya mengerti akan produk blackberry ataupun juga tidak karena banyak manfaat yang didapat responden dari memakai blackberry, yang notabene untuk handphone merek lain dengan kemampuan sama pun dapat memberikan manfaat yang sama, bahkan ada yang lebih.
Namun masih ada berbagai pengaruh lain yang memungkinkan konsumen membeli blackberry, terdapat alasan mengapa penilitian ini hanya mengambil satu variabel atau faktor, yaitu salah satunya adalah, dengan melihat jurnal acuan oleh Djoko Dwi kusumayanto & Willy Dwi Wahyu S
yang meniliti tentang “PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP
KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI NOTEBOOK ACER”
pada Tahun 2006, dengan diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh psikologis mempunyai pengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli notebook acer, dimana notabene acer serta blackberry merupakan sama-sama alat elektronik, serta tidak terpikir di dalam penelitian ini sebelumnya bahwa masih ada pengaruh lain yang kuat dalam mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian blackberry.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya adalah:
Pada penelitian ini, psikologis tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli handphone blackberry, faktor psikologis tidak menjadi hal utama yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli handphone blackberry, masih ada pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli handphone blackberry selain faktor psikogis.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya adalah:
a. Motivasi
Perusahaan lebih mengerti tentang apa yang menjadi motivasi serta kebutuhan konsumen untuk menjadikan alasan, mengapa konsumen melakukan sebuah pembelian produk.
(4)
81
b. Persepsi
Perusahaan harus lebih memperhatikan tentang apa yang dikesankan konsumen terhadap produknya/mereknya, sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam melakukan pemilihan sebuah produk.
c. Pembelajaran
Perusahaan aktif dalam melakukan inovasi, sehingga perubahaan zaman yang diikuti oleh perubahaan kebutuhan konsumen semakin dapat terpenuhi tanpa melihat produk lain untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pembelian.
d. Sikap serta keyakinan
Perusahaan benar-benar mengerti tentang apa yang dibutuhkan konsumen dalam kehidupannya berhubungan dengan pemakaian produk bersangkutan, yaitu manfaat yang ada jika memakai produk tersebut.
(5)
Berkowitz, Erin., Roger A. Kerin, Steve W. Hartley and William Rudelius, 2000.
Marketing, ed. The Irwin/McGraw-Hill. New York.
Hair, Jr., Joseph F., 1998, Multivariate Data Analysis, Prentice Hall International, New Jersey.
Ferdinand, Augusty, 2002. Structural Equation Modelling Dalam Pnelitian
Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang
Hair, Jr., Joseph F., 1998. Multivariate Data Analysis, Prentice Hall International, New jersey.
Kotler, Philip, And Gary Amstrong, 2001. Principles Of Marketing, Seventh edition, Prentice Hall International.
Lamb, Hair, MC Daniel. 2001. Pemasran. Edisi Pertama, Jakarta: PT Salemba Emban Patria.
Peter, Paul.J., and Jerry G Olson, 1999. Consumer Behaviour: Concepts,
Controverisies Aplication, Seventh Edition, New Jersey: Pretice Hall, Inc.
Swastha, D.H. Basu dan T. Hani Handko, 2000. Manajemen Pemasaran,Nalisa
Perilaku Konsumen, edisi Pertama, Yogyakarta, Penerbit: BPFE.
Robbins, Stephen P., 2001. Organization Behaviour And Marketing Actin, Fourth Edition, Kent Publishing Company, Boston.
Schiffman dan Kanuk, 2008. Consumer Behaviour, Seventh Edition, Prentice Hall New Jersey, Penerbit: PT. Index
Ferrinadewi, Erna, 2008. Merek dan Psikologis Konsumen, Edisi 3, CV. Graha Ilmu Jakarta.
Darmawan, Didit, 2004, Pengaruh Variabel Psikologis, Harga dan kelompok Acuan Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Minuman Suplemen, Media Mahardika. Vol. 3 No. 1 September 2004.
Setiawan, Fajar Heru, 2004, Pengaruh Psikologis, Harga, Dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Memilih Sarana Transportasi.
(6)
Ajzen, Icek and Martin Fishbein, 1980, Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
Kusumayanto, Djoko Dwi, 2006, Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Notebook Acer, Eksekutif, Vol. 6 No. 1. Februari 2009.
Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice
: A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological
Bulletin. 103 (3) : 411-23.
Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,
Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.
Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20
Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York.