Kriteria Pemeriksaan Operasional Pengertian Sistem Pembelian Bahan Baku

aktifitas organisasi. Pemeriksaan operasional mengidantifikasi timbulnya penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan yang berisi rekomendasi tindakan perbaikan selanjutnya. Audit operasional merupakan salah satu alat pengendalian yang membantu dalam pengelola perusahaan dengan penggunaan sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan efektif dan efisien.

d. Kriteria Pemeriksaan Operasional

Kesulitan utama yang dihadapi dalam pemeriksaan operasional adalah menemukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai. Adapun beberapa pendekatan untuk menyusun kriteria audit operasional menurut Arens dan Loebbecke 2000:804 1 Historical Performance Kinerja Masa Lampau Kriteria ini ditentukan berdasarkan hasil yang actual dari periode sebelumnya, untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sekarang menjadi lebih baik atau lebih buruk. 2 Benchmarking or comparable performance Kinerja perusahaan sejenis yang dapat diperbandingkan Kriteria ini ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan lain yang bergerak dibidang industri yang sama. 3 Engineering Standarts Standar Teknik Kriteria ini ditetapkan berdasarkan standard teknik, seperti menggunakan time and motion study untuk menentukan tingkat output yang dihasilkan. 4 Discussion and Agreement Diskusi dan kesepakatan Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemeriksaan operasional.

e. Tahap-tahap pemeriksaan operasional

Universitas Sumatera Utara Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan operasioanl, menurut IBK. Bhayangkara 2008:10 1 Audit Pendahuluan Dilakukan untuk mendapatkan informasi lata belakang terhadap objek yang diaudit. Disamping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktifitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperolah untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensional mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dari informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit sementara. 2 Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit , dengan tujuan untuk menilai efektifitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian manajemen pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit yang sesungguhnya, atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup bukti- bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut. 3 Audit Terinci Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. 4 Pelaporan Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen objek audit tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak- pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan. 5 Tindak Lanjut Tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut perbaikan sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Universitas Sumatera Utara

3. Sistem Pembelian Bahan Baku

a. Pengertian Sistem Pembelian Bahan Baku

Sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. Pembelian bahan baku merupakan kegiatan yang menyeluruh dan terfokus pada pengadaan materil suplai dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Bagian pembelian berfungsi dalam menentukan kebutuhan memilih pemasok, kedatangan sesuai waktu, harga, bentuk dan kondisi yang layak, menerbitkan kontrak atau order dan memastikan pengiriman. Aktifitas pembelian bahan baku merupakan aktifitas yang dinamis serta banyak menimbulkan masalah-masalah yang kompleks seperti barang yang dibeli tidak sesuai dengan standard yang diinginkan atau telah ditentukan, tidak tersedianya barang yang tepat waktu yang dapat menghambat proses produksi. Aktifitas pembelian yang tidak baik akan menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan pelanggan, pembelian barang dengan biaya yang rendah tanpa memperdulikan mutunya, menumpuknya persedianan serta tidak adanya proses pengawasan dan pemeliharaan yang baik terhadap barang yang dibeli. Divisi Universitas Sumatera Utara pembelian purchasing harus menjamin bahwa bahan yang diterima tepat waktu dari pemasok, dalam kuantitas semestinya, dengan kualitas yang konsisten. Pembelian bahan baku juga dibedakan kedalam pembelian lokal dan pembelian import. 1 Pembelian Lokal, yaitu pembelian dari pemasok dalam negeri. 2 Pembelian Import, yaitu pembelian dari pemasok luar negeri.

b. Tujuan Pembelian Bahan Baku