perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan
studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan
palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 6. Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah negara yang bersangkutan. 7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata
ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat- tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang
diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.
2.16 Ketentuan Bangunan
Perwujudan bangunan tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi. Berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi, penyedia
jasa konstruksi sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen
konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga
harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang
bangungan gedung yang terdapat pada pasal 10 dan pasal 12, yaitu : Pasal 10
- Intensitas bangunan gedung adalah ketentuan teknis tentang kepadatan dan ketinggian bangunan gedung yang dipersyaratkan pada suatu lokasi atau
kawasan tertentu, yang meliputi koefisien dasar bangunan KDB, koefisien lantai bangunan KLB, dan jumlah lantai bangunan.
- Ketinggian bangunan gedung adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi tertentu.
Pasal 12 - Yang dimaksud dengan koefisien dasar bangunan KDB adalah koefisien
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil kavelingblok peruntukan.
- Yang dimaksud dengan koefisien lantai bangunan KLB adalah koefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas
persil kavelingblok peruntukan. - Penetapan KDB, KLB, dan ketinggian bangunan gedung pada suatu lokasi
sesuai ketentuan tata ruang dan diatur oleh Pemerintah Daerah melalui rencana
tata bangunan
dan lingkungan
RTBL.
66
BAB III METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dibutuhkan data-data informasi sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi uraian pembahasan. Untuk menyelesaikan
masalah yang ada dalam sebuah rancang bangun sistem terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tempat dan waktu
penelitian, bahan dan alat penelitian yang digunakan, metode penelitian yang digunakan penulis, dan metode pengembangan sistem yang digunakan.
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pada penyusunan skripsi ini diperlukan data-data serta informasi yang lengkap sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi uraian serta
pembahasan. Oleh karena itu sebelum menyusun skripsi ini, dalam persiapannya terlebih dahulu dilakukan riset atau penelitian untuk menjaring data serta
informasi dan bahan materi yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tiga metode, yaitu :
3.1.1 Studi Literatur
Dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. 2. Putusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No 012 Tahun 2001