Pengukuran Sikap Sikap 1 Pengertian Sikap

Ramdhani, 2009: 31 mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku. Katz dan Stolen dalam Ramdhani 2009: 31 mendefiniskan sikap sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang diekspresikan dalam bentuk respons kognitif, afektif, dan perilaku individu. Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Berdasarkan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa: a Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan objek tertentu b Sikap merupakan hasil belajar manusia sehingga sikap dapat tumbuh dan dikembangkan melalui proses belajar c Sikap selalu berhubungan dengan objek, sehingga tidak berdiri sendiri d Sikap dapat berhubungan dengan satu ob jek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet objek sejenis. e Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi Gerungan dalam Notoatmodjo, 2005: 80. Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan assement atau pengukuran measurement sikap. Salah-satu definisi sikap merupakan responss evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Pada buku yang berjudul Principles of educational and Psychological Measurementand Evaluation, Sax 2000: 43 menunjukkan beberapa karakteristik dimensi sikap yaitu: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitasnya characteristics of behaviour are aim, intensity, vastness, consistency, spontanity. Penjelasannya sebagai berikut: 1 Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai objek, 2 Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda, 3 Sikap mempunyai keluasaan,maksudnya kesetujuan atu ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat mencakup banyak sekali aspek yang ada dalam obyek sikap, 4 Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responssnya terhadap objek sikap tersebut, 5 Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.

2.1.1.3 Teknik Pengukuran Sikap

Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap suatu stimulus Azwar, dalam Mar’at 2000: 9. Sikap pada hakikatnya hanyalah merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehingga belum dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktivitas Marat, 2000: 10. Menurut Marat 2000: 10 sikap adalah masalah yang banyak dibahas di dalam cabang Psikologi sosial karena memiliki kegunaan praktis. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk memahami sikap dan perilaku seseorang, yaitu melalui pengukuran measurement dan pengungkapan assesment sikap. Sebagai landasan utama dari pengukuran sikap adalah pendefinisian sikap yang dikemukakan terdahulu dimana sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavourable terhadap objek tersebut. Beragam teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli dalam upayanya untuk mengungkap sikap manusia. Metode-metode pengungkapan sikap, yaitu pengamatan perilaku, wawancara langsung, pengungkapan langsung, dan skala sikap. 1 Pengamatan Perilaku. Pengamatan langsung dilakukan terhadap tingkah laku individu mengenai objek psikologis tertentu. Cara ini penggunaannya amat terbatas, karena amat bergantung dengan jumlah individu yang diamati dan berapa banyak aspek yang diamati. Semakin banyak faktor-faktor yang harus diamati, maka makin sukar serta makin kurang objektif pengamatan terhadap tingkah laku individu. Selain itu juga apabila tingkah laku yang diinginkan terhadap objek psikologis tertentu seringkali tidak terjadi sesuai dengan yang diinginkan, maka hasil pengamatan belum dapat dikatakan menggambarkan keadaan yang objektif Mar at, 1984: 11. 2 Wawancara Langsung. Wawancara langsung digunakan untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang terhadap objek psikologi yang dipilihnya, maka cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan menanyakan secara langsung melalui wawancara direct questioning. Asumsi yang mendasari metode ini ada dua yaitu: individu merupakan orang yang paling tabu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya asumsi keterus-terangan. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap se seorang Azwar dalam Mar’at 2000: 12. Jawaban yang diperoleh dapat pula dikategorikan dimana individu memiliki sikap yang sesuai ataupun sikap yang tidak sesuai dengan objek psikologis ataupun tidak dapat menentukan sikap sarna sekali ragu-ragu. Kelemahan dari cara ini adalah apabila individu yang diberi pertanyaan tidak dapat menjawab sarna sekali sehingga kita tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya Azwar dalam Marat, 2000: 12. 3 Pengungkapan Langsung. Suatu metode pengembangan dari wawancara langsung adalah pengungkapan langsung direct assessment yang dilakukan secara tertulis dengan menggunakan baik item tunggal maupun ganda Ajzen dalam Mar’at 2000: 13. Prosedur pengungkapan langsung dengan item tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pertanyaan sikap secara tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Kebebasan responden lebih dijamin dalam menjawab pertanyaan karena ia tidak harus menuliskan nama atau identitasnya. 4 Skala sikap. Skala sikap attitide scale berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai objek sikap. Dari respon pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkapkan mengenai keleluasan serta konsisten sikap. Penyusuan skala sikap sebagai instrumen pengungkapan sikap individu ataupun sikap kelompok bukanlah hal yang mudah. Salah satu sikap skala adalah isi pernyataan yang dapat berupa pernyataan yang jelas tujuan ukurnya akan tetapi dapat pula berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden. Walaupun responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya tersamar dan mempunyai sikap proyektif. Respon individu terhadap stimulus pertanyaan-pertanyaan sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon yang tampak dapat dinikmati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang, merupakan bukti satu-satunya yang dapat kita peroleh. Itulah yang menjadi dasar bagi kita untuk menyimpulkan sikap seseorang atau kelompok. Aspek yang lain guna memahami sikap manusia adalah masalah pengukuran sikap pada penelitian adalah sebagai berikut: 1 Observasi Perilaku Perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu yaitu: a Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan. b Interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. 2 Penanyaan Langsung a Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri. b Manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. c Orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa

0 34 169

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan keaktifan dan hasil belajar ipa melalui Model snowball throwing pada siswa kelas iv Di sd muhammadiyah 10 tipes Tahun 2015/2016.

0 3 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan keaktifan dan hasil belajar ipa melalui Model snowball throwing pada siswa kelas iv Di sd muhammadiyah 10 tipes Tahun 2015/2016.

0 4 15

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 JOMBORAN, KLATEN Upaya Peningkatan AktivItas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Snow Ball

0 3 19

Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Model Snowball Throwing Kelas IV SDN 3 Gembleb

0 0 6

Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui Model Snowball Throwing

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE TIPE SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8