Badminton Training Centre (High Tech)

(1)

BADMINTON TRAINING CENTRE

(HIGH TECH)

LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh:

HELMY FUAD

03 0406 058

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

BADMINTON TRAINING CENTRE

(HIGH TECH)

LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh:

HELMY FUAD

03 0406 058

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

BADMINTON TRAINING CENTRE

(HIGH TECH)

DISUSUN OLEH :

HELMY FUAD

03 0406 058

Medan, Maret 2009 Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

IR SRI GUNANA MT. YULESTA PUTRA ST, MT

Koordinator TGA – 490

(NIP : 132 206 820)


(4)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR

( SHP2A )

Nama : Helmy Fuad

NIM : 03 0406 058

Judul Proyek Akhir : Badminton Training Centre

Tema Proyek Akhir : Expressionist

Rekapitulasi Nilai:

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No Status Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing II

Koordinator TGA – 490

1 LULUS

LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI

3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG

4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG

5 TIDAK LULUS

Medan, Maret 2009

Ketua Departemen Koordinator TGA - 490

IR. DWI LINDARTO H, MT

(NIP : 132 206 820) (NIP : 132 206 820)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan ridha yang selalu dilimpahkanNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir saya dengan baik. Kemudian salawat serta salam saya haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammmad SAW karena berkat beliau lah kita berada di alam terang benderang ini

Saya menyadari masih banyak kekurangan yang saya lakukan dalam penyelesaian skripsi ini, namun saya tetap bersyukur jika skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya.

Banyak hal yang dirasakan setelah satu semester melalui proses Tugas Akhir ini, dan saya tidak melaluinya sendiri, karena ALLAH SWT menyediakan orang-orang yang mendukung saya untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir saya ini. Karena itu saya mengucapkan terimakasih saya kepada :

Keluarga besar Almarhum Hasroel Noer beserta kedua abang saya dan ketiga kakak saya yang telah membesarkan saya dan juga selalu memberikan support dan dukungan baik materiel maupun spiritual. Juga kepada keponakan-keponakan saya yang selalu memberikan keceriaan dirumah.

Dan tak luupa pula kepada Syarifah Laila Khasmi yang selalu memberikan nasehat dan semangat yang menggebu-gebu dan selalu mendoakan anaknya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Keluarga besar Wahab Abdul Gani yang sudah bersedia memberikan waktu dan tempatnya kepada saya sehingga saya dapat berada di tempat seperti ini

Ibu Ir. Sri Gunana, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan,

semangat, dukungan,waktu juga buat setiap masukan dan apresiasi yang diberikan kepada saya sehingga saya lebih bersemangat dalam mengerjakan Tugas Akhir saya ini.

Bapak Yulesta Putra, ST, MSc sebagai Dosen Pembimbing II atas segala

dukungan, waktu, saran dan masukan yang sangat berarti buat saya dalam mengerjakan Tugas Akhir saya ini.


(6)

Ibu Ir. Nurlisa Ginting, MT, Ibu Ir. Dwira N Aulia, MT dan Ibu Lisa Suryani, ST, MT sebagai Dosen Penguji saya atas segala saran dan masukan

dan dukungan dalam pengerjaan Tugas Akhir saya ini.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT sebagai Ketua Jurusan Departemen

Arsitektur dan Koordinator Tugas Akhir.

• Para Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik

• Sahabat-sahabat ajaibku Brell, Novira, Liak, Qiqi, Eka, Zumie, Dilot, Muti, kak Eno. Terimakasih buat support dan waktu yang telah kalian berikan ketika aku membutuhkan kalian dan atas traktiran kalian semua hehe.

• Harianto Simanjuntak dan Andry P Tondang, yang selalu menemaniku dan memberikan semangat. Aku bersyukur telah diberikan kesempatan untuk menjadi sahabat dihati kalian berdua, meskipun dalam segala keterbatasan yang ada diantara kita.

• Teman-teman satu kelompok sidang Tugas Akhir (Adam, Ruth, Rivanti, Ostovia, Kartika), terimakasih buat kebersamaan, semangat serta suasana Tugas Akhir yang menyenangkan dalam kelompok kita.

• Teman-teman peserta Tugas Akhir angkatan XXVI Semester A

T.A.2008/2009, buat suasana studio Tugas Akhir yang menyenangkan, menegangkan dlsb semuanya meninggalkan kesan yang tak terlupakan.

• Teman-teman anarkotig, buat Panal, Bangun, Yono, Aol, Brajat, Gaga, Togap, Deek Emm, Maghel, Cimek, Tungken, Adhit, Ompiung, Medot, Nyonyong, Via kecik, Nopa, Una, Vicka, dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk segala bantuan dan dukungan yang diberikan, juga buat Surya yang telah membantu dalam pengerjaan maket saya.

• Adik-adikku tersayang, buat Deny, Suria. Thanks atas supportnya dan bantuannya selama Tugas akhir ini dan juga buat Dewi yang selalu siap mengabari kedatangan buk nana. Thanks for All

• Teman-teman alumni Smunlie angkatan 03 juga makasih atas kebersamaan waktunya diantara kita semua.

• Buat teman-teman di KISS FM juga thx atas diizinkannya aku menjadi bagian pada diri kalian selama beberapa tahun terakhir ini terutama pada bang Anca, bang Iie, bang Randy. Thx bang.


(7)

• Buat semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua dukungannya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur.

Medan, Maret 2009

Penulis,

(Helmy Fuad) NIM. 030406058


(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………...………...i

Daftar Isi………...………...ii

Daftar Gambar………..……...iii

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...1

1.2. Maksud dan Tujuan……….…...3

1.2.1 Maksud perancangan ...……….…....3

1.2.2 Tujuan perancangan ...………...4

1.3. Permasalahan perancangan...………....…4

1.4 Pendekatan...………...5

1.5. Lingkup Batasan Proyek………...5

1.6 Kerangka berfikir ...6

1.7. Sistematika laporan………....……….….…..7

BAB. II. DESKRIPSI PROYEK 2.1. Terminologi Judul...………...8

2.2. Tinjauan Kasus Proyek………...8

2.2.1. Gedung Bulutangkis...………... ..8

2.2.2. Sejarah Bulutangkis ...………...….….. 9

2.2.3. Bulutangkis di Indonesia...………….…….…..11

2.3. Tinjauan Kelayakan Proyek...…...…………...12

2.3.1. Kelayakan Funsional...………...12

2.3.2. Kelayakan proyek..……...………...13

2.3.3. Kelayakan lokasi..………...………...14

2.4. Lokasi………...15

2.4.1. Kriteria pemilihan lokasi...15

2.4.2. Analisa pemilihan lokasi...18


(9)

2.4.4. Deskripsi kondisi lokasi...24

2.4.5. Lokasi proyek terhadap Kota Medan...25

2.5. Tinjauan fungsi...25

2.5.1. Deskripsi pelaku dan kegiatan...25

2.5.2. Deskripsi kebutuhan ruang………...……….26

2.5.3 Kebutuhan Ruang...30

2.5.4. Deskripsi persyaratan lapangan futsal dan tribun……….37

2.6. Studi banding proyek sejenis...44

2.6.1 Saitama Super Arena...44

2.6.2 Cez Arena...48

2.6.3 Staples Centre...50

BAB. III. ELABORASI TEMA 3.1. Arsitektur High Tech ...………...52

3.1.1 Tinjauan Khusus ………...52

3.2. Interprestasi tema ...60

3.3. Studi banding tema sajenis...61

3.3.1. Warehouse and distribution center ...61

3.3.2 The great court of british museum ...62

3.3.3. Commerzbank tower ...63

BAB.IV. ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisis Fisik / Tapak...………...67

4.1.1. Analisa Lokasi...67

4.1.2. Analisa Tata Guna Lahan...69

4.1.3. Intensitas Pembangunan...70

4.1.4. Analisa Sirkulasi...72

4.1.4.1.Analisa Sirkulasi Kendaraan...72

4.1.4.2. Sirkulasi Pejalan Kaki...75

4.1.5. Analisa Pencapaian...76

4.1.6. Analisa Vegetasi...77


(10)

4.1.8. Analisa Kebisingan dan Polusi Udara...80

4.1.9. Analisa Utilitas...81

4.1.9.1. Pola-pola Penerangan...81

4.1.9.2. Jalur Utilitas...82

4.1.10.Analisa View...83

4.1.10.1. View dari Luar ke Dalam...83

4.1.10.2. View dari Dalam ke Luar...84

4.2. Analisis Non Fisik / Fungsional...………...86

4.2.1. Pelaku dan Aktifitas...86

4.2.2. Program Ruang...94

BAB. V. KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Tapak...104

5.1.1. Zooning dan Tata Ruang Luar...104

5.1.2. Konsep Pencapaian dan Sirkulasi...105

5.1.3. Konsep Parkir...108

5.2. Konsep Perancangan Bangunan...109

5.2.1 Zoning Ruang Dalam...109

5.3. Konsep Massa Bangunan...112

5.4. Konsep Perancangan Utilitas...113

BAB.VI. HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Gambar...115

6.2. Foto Maket...128


(11)

DAFTAR GAMBAR

BAB I

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir ...6

BAB II Gambar 2.1 Alternatif Lokasi 1...18

Gambar 2.2 Alternatif Lokasi 2...18

Gambar 2.3 Alternatif Lokasi 3...19

Gambar 2.4. Alternatif Lokasi 4...19

Gambar 2.5. Lapangan Bulutangkis...38

Gambar 2.6. Net...39

Gambar 2.7. Shuttlecock...40

Gambar 2.8. PB DJARUM...44

Gambar 2.9. Pelatihan PB Djarum...45

Gambar 2.10. Pendidikan PB Djarum...46

Gambar 2.11. Lee Badminton Training Centre………...……….………48

Gambar 2.12. Interior untuk Indoor Lee Badminton Training Centre...49

BAB III Gambar 3.1. Bangunan dengan finishing kaca transparan...58

Gambar 3.2. Ekspos detail struktur bangunan...58

Gambar 3.3 Interior Llyoid’s Building mengekspos jalur sirkulasi...59

Gambar 3.4. Millenium Dome menggunakan warna oranye cerah pada struktur..59

Gambar 3.5. Penggunaan kabel ringan sebagai struktur...59

Gambar 3.6. Penggunaan sistem struktur lama dengan desain baru menampilkan kesan scientific...60

Gambar 3.7. Site Plan Warehouse and Distribution Center for Renault...61

Gambar 3.8. Interior Warehouse and Distribution Center for Renault...61

Gambar 3.9. Sistem struktur Warehouse and Distribution Center for Renault...62

Gambar 3.10. Eksterior Warehouse and distribution Center for renault ...62


(12)

Gambar 3.12. British museum...63

Gambar 3.13. Tampak atas Great court ...63

Gambar 3.14. Prinsip ekologi pada great court ...63

Gambar 3.15. Commerzbank tower ………...64

Gambar 3.16. Denah Commerzbank tower ………...64

Gambar 3.17. Taman pada Commerzbank tower...64

Gambar 3.18. Sirkulasi udara pada Commerzbank tower ………...64

Gambar 3.19. Interior bangunan……….…..65

Gambar 3.20. Potongan bangunan………...65

BAB IV Gambar 4.1. Key Plan dan Lokasi Proyek...67

Gambar 4.2. Peta Lokasi Proyek...68

Gambar 4.3. Peta land use...69

Gambar 4.4. Peta intensitas pembangunan...70

Gambar 4.5. Analisa sirkulasi kenderaan...73

Gambar 4.6. Analisa sirkulasi kenderaan...73

Gambar 4.7. Analisa sirkulasi pejalan kaki...75

Gambar 4.8. Analisa Pencapaian...76

Gambar 4.9. Analisa Vegetasi...77

Gambar 4.10. Analisa Matahari...78

Gambar 4.11. Analisa Matahari ...79

Gambar 4.12. Analisa kebisingan dan polusi udara...80

Gambar 4.13. Pola Penerangan...81

Gambar 4.14. Jalur Utilitas...82

Gambar 4.15. Analisa View dari Luar ke Dalam...83

Gambar 4.16. Analisa View dari Dalam ke Luar...85

Gambar 4.17. Skema Aktifitas Pengelola...88

Gambar 4.18. Skema Aktifitas Pengunjung dan Pengelola...88

Gambar 4.19. Skema Aktifitas Servis...88

Gambar 4.20. Skema Organisasi Ruang Pemain, Ofisial, Wasit...89


(13)

Gambar 4.22. Skema Sirkulasi Masuk Pengunjung...90

Gambar 4.23. Skema Organisasi Ruang VIP...90

Gambar 4.24. Skema Organisasi Ruang Restoran...90

Gambar 4.25. Skema Organisasi Ruang Pertemuan...91

Gambar 4.26. Skema Organisasi Ruang Kebugaran...91

Gambar 4.27. Skema Organisasi Ruang Retail...91

Gambar 4.28. Skema Organisasi Ruang Pengelola...92

BAB V Gambar 5.1. Konsep Zoning Ruang Luar...104

Gambar 5.2. Sirkulasi Pejalan Kaki...105

Gambar 5.3. Sirkulasi Kendaraan Pemain, Offisial Tim dan Wartawan...106

Gambar 5.4. Sirkulasi Kendaraan Bermotor...107

Gambar 5.5. Konsep Parkir...108

Gambar 5.6. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.1...109

Gambar 5.7. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.2...110

Gambar 5.8. Konsep Zoning Ruang Dalam lt.3...111

Gambar 5.9. Konsep Massa Bangunan...112

Gambar 5.10. Skema Perancangan Utilitas...113

Gambar 5.11. Skema Sistem Pengelolaan Limbah...113

Gambar 5.12. Skema Sistem Penanggulangan Kebakaran...114

Gambar 5.13. Skema Sistem Pendingin Ruangan...114


(14)

BAB I


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai moral dan estetika.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 olahraga terbagi atas :

- Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang

dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

- Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

- Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

- Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.

- Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

- Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseoarang


(16)

Berbicara mengenai olahraga Berprestasi, cabang olahraga yang dapat membuat harum nama bangsa Indonesia adalah cabang olahraga Bulutangkis. Di Indonesia, cabang Olahraga bulutangkis merupakan suatu olahraga rakyat yang sangat digemari oleh berbagai macam usia. Sampai dengan saat ini, perkembangan olahraga Bulutangkis sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Walaupun pusat kekuatan Bulutangkis terpusat di Pulau Jawa, akan tetapi ada beberapa atlet yang berasal dari luar pulau Jawa yang berlatih di Pelatnas cipayung dan membawa harum nama bangsa Indonesia. Salah satunya adalah atlet yang berasal dari Sumatera utara yang mengikuti kejuaran dunia yakni Millicent yang memperkuat Indonesia di kelompok umur 16 tahun

Di Medan, perserikatan bulutangkis didirikan dalam rapat pengurus klub pada tanggal 27 Februari 1951 dengan nama Ikatan Persatuan Olahraga Bulutangkis (IPOB) yang diketuai M Nurdin Datuk Besar, dengan sekretaris Amirsjam Pulungan dan Tengku Lutfi. Salah satu keputusan organisasi ini adalah mengadakan kompetisi, yang secara simbolis ditandai dengan pertandingan eksibisi pada tanggal 11 Maret 1951 di lapangan Balai Prajurit yang diikuti oleh pemain dari 28 perkumpulan termasuk luar kota Medan seperti Besitang dan Pangkalan Brandan. Pemain-pemain kenamaan seperti juara tak terkalahkan Impun, Amir Ketjik, dan Tan, Yap juga ikut serta. IPOB inilah yang mengirimkan pemainnya ke Bandung, dan setelah resmi PBSI berdiri berubah nama menjadi PBSI Cabang Medan (Sumatra Timur).

Perkembangan bulutangkis di sumatera utara terutama di medan berjalan dengan baik. Sejak zaman Hindia Belanda perkembangan cabang olahraga bulutangkis cukup baik di Medan. Pada perayaan PON ke 3 Oei nan nio dan Rosnida nasution/Oei nan nio mendapatkan medali perak dari cabang tunggal puteri dan ganda puteri. Pada Pon ke 4 di Makassar Oei Lian Nio dan Oie Lian Nio/rosnida mendapatkan medali emas di cabang ganda puteri dan tunggal puteri. Pada Pon ke 5 di bandung Rosnida/bangun Siregar mendapatkan medali perak di cabang ganda campuran.

Pada akhir tahun 1991 kota Medan memiliki Gedung Olahraga Bulutangkis PBSI yang dibangun diatas tanah seluas 2.327 m2 yang memuat 1500 orang dengan menelan biaya 1,2 Milyard. Kemudian juga pada tahun 1991 ketua KONI saat itu


(17)

meresmikan pembukaan Pusdiklat Sepha Smith Medan pada tanggal 5 agustus 1991 yang terdiri dari 18 atlit junior yang berlokasi di GOR Kodam 1 Bukit Barisan di jalan Gaperta Medan dengan Bapak angkat perusahaan PT.Mandala Sepha Smith. Hasil terakhir yakni pada PON terakhir di KALTIM atlit sumut berhasil mendapatkan medali perunggu di tangan Indra Bagas yang mengalahkan Ari yuli dari DKI JAKARTA. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa di Sumatera terdapat salah satu gudang atlet bulutangkis baru setelah era atlet legendaris bulutangkis Sumatera Utara yakni Impun nasution, Oei Lian Nio, serta pemerhati bulutangkis setia HM Soedjadi telah berakhir.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.03 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan prasarana olahraga. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet – atlet Bulutangkis yang terdapat di Indonesia pada umumnya dan Medan pada khususnya diperlukan suatu bangunan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan Bulutangkis baru mengingat kondisi terakhir bangunan yang menjadi Gedung Olahraga Bulutangkis itu atapnya sudah bocor dan butuh tempat pelatihan yang baru

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud Perancangan

Maksud dari perancangan Badminton Training Centre ini adalah:

- merancang fasilitas publik yang dapat mewadahi pertunjukan olahraga bulutangkis dan kegiatan apresiasi.

- Menciptakan fasilitas yang saling mendukung sebagai Badminton Training Centre, yaitu asrama atlet, fasilitas komersial seperti Minimarket, ritel, dll, serta fasilitas penunjang.

- Menciptakan suatu gubahan ruang yang tidak hanya mendukung

optimalisasi fungsi-fungsi dalamnya, tetapi menarik juga dari segi estetis, serta mampu memenuhi persyaratan teknis

- Mampu menghasilkan atlet-atlet bulutangkis berbakat yang akan

membantu Sumatera Utara untuk meraih hasil maksimal pada kejuaraan yang berhubungan dengan bulutangkis umumnya dan negara khususnya


(18)

1.2.2 Tujuan Perancangan

- memberikan image baru bagi kota dengan aktivitas kegiatan olahraga bulutangkis.

- Menjadikan kawasan tersebut sebagai suatu pusat komunitas dan rekreasi dimana masyarakat penggemar bulutangkis dapat saling bersosialisasi dan berinteraksi.

- Menciptakan suatu karya bangunan arsitek yang mampu menjawab

tantangan perkembangan dan persaingan dengan negara lain dalam bidang olahraga umumnya dan bulutangkis khususnya

- Menyediakan tempat tinggal yang nyaman berupa wisma bagi atlet dan pelatih khususnya yang berasal dari kota Medan dan sekitarnya

1.3 PERMASALAHAN PERANCANGAN

- Bagaimana agar citra bangunan Badminton Training Centre ini bentuk dan penampilannya dapat menarik minat anak-anak muda untuk masuk ke dalam bangunan tersebut dan dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya. - Bagaimana memanfaatkan lahan yang ada untuk seluruh bangunan serta

fasilitas-fasilitas yang direncanakan.

- Bagaimana agar keberadaan bangunan tersebut dapat memberikan

sumbangan terhadap urban design.

- Bagaimana mendesain sebuah Badminton Training Centre yang memenuhi standart Internasional baik dari segi kualitas bangunan dan fasilitasnya dan menjadi suatu wadah yang dapat memfasilitasi semua kebutuhan penggunanya

- Bagaimana mendesain Badminton Training Centre yang didalamnya

memiliki sirkulasi udara yang baik namun tidak boleh sampai mengganggu lajunya shuttelcock karena pertandingan Bulutangkis menuntut kecepatan angin yang stabil dan rendah

- Bagaimana mendesain Badminton Training Centre yang memiliki sistem pencahayaan yang baik dari segi warna, terang dan penempatan lampu tersebut agar tidak mengganggu pemain yang bertanding


(19)

1.4 PENDEKATAN

Pendekatan yang dilakukan selama proses pengembangan konsep perencanaan dan perancangan adalah :

 Studi pustaka dan studi literature yang berkaitan dengan kasus maupun judul yang diangkat dalam proyek ini.

 Studi banding terhadap proyek-proyek sejenis yang dapat memberikan poin-poin permasalahan yang harus dipecahkan maupun kelebihan dari proyek sejenis yang dapat menjadi masukan dalam perancangan.

 Studi lapangan mencakup survey dan wawancara dengan instansi yang terkait sehubungan dengan kasus proyek.

 Pendekatan perancangan yang akan dipakai pada Badminton Training Centre adalah metode pendekatan metafora intangible, yaitu suatu usaha pendekatan yang diambil dari suatu / beberapa kata yang masih abstrak untuk diterapkan ke dalam desain bangunan menggunakan bahasa desain. Dalam kasus ini yang menjadi kata kunci adalah power, endurance dan speed

1.5 LINGKUP BATASAN PROYEK

Lingkup batasan proyek ini adalah pembahasan yang berkaitan dengan desain dan perancangan sebuah Pelatihan Bulutangkis yang dapat memfasilitasi berbagai macam kegiatan olahraga bulutangkis yang sesuai dengan standard nasional maupun internasional tanpa menutup kemungkinan dilaksanakannya olahraga lain seperti basket,voli dan olahraga dalam ruangan lainnya

Fasilitas pendukung lain juga dimasukkan kedalam fungsi tambahan dari pelatihan bulutangkis ini sebagai prospek yang merupakan isu yang berkembang pada saat ini berupa fasilitas hiburan, asrama atlet dan pelatih serta rekreasi. Penggabungan berbagai fungsi ini dimaksudkan dapat menjadi alternative hiburan bagi masyarakat selain sebagai sumber bisnis baru baik bagi manajemen terkait maupun pemerintah daerah.


(20)

1.6 KERANGKA BERPIKIR

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN

Judul : Badminton Training centre Tema : Arsitektur High Tech

Sasaran Maksud dan Tujuan

Latar Belakang Judul Latar Belakang Tema

Identifikasi Masalah Studi Lapangan Lingkup Kajian Pengumpulan Data Studi Pustaka Wawancara Peraturan Kriteria Perancangan Standarisasi Masalah Analisa Prospek Potensi Konsep Perancangan

Pendekatan Desain Pendekatan Desain

Pra-rancangan Desain Akhir Alternatif F E E D B A C K F E E D B A C K


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan, lingkup dan batasan, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang tinjauan tentang Terminologi Judul, Tinjauan kasus proyek, Tinjauan Kelayakan Proyek, Lokasi, Tinjauan Fungsi

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interprestasi tema, keterkaitan Tema dengan Judul, studi Banding arsitektur yang mempunyai tema sejenis

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Berisi tentang kajian analisis terhadap kondisi tapak dan lingkungan, analisis fungsional, Analisis Teknologi, Analisis dan penerapan Tema, dan kesimpulan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema lingkungan kajian

BAB VI HASIL RANCANGAN

Berisi gambar site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana-rencana, detail, perspektif dan foto maket.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek


(22)

BAB II


(23)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. TERMINOLOGI JUDUL

Judul proyek yang direncanakan adalah “Badminton Training Centre”. Pengertian kata demi kata dari judul proyek :

Badminton : Permainan yang dimainkan dengan menggunakan raket dan

kok yang dipukul melampaui jaring di tengah lapangan ”(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990)

Training : Pelatihan.

Centre : Pusat

Badminton Trainning Centre di Medan ini merupakan sebuah sarana untuk bermain bulutangkis dan untuk membentuk atlet-atlet handal yang nantinya akan berguna yang dimana pada dekade ini perkembangannya sangat cepat. Menanggapi hal ini maka sangat dibutuhkan sebuah pelatihan bulutangkis dengan standard international yang dilengkapi dengan fasilitas lainnya yang telah ada yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa. Gedung ini juga menggunakan standart yang telah diakui oleh BWF (Batminton World federation)

TINJAUAN KASUS PROYEK 2.2.1 Gedung Bulutangkis

Pada umumnya merupakan sebuah bangunan dengan sekelilingnya terdapat bangku penonton. Gedung bulutangkis sering juga disebut sebagai gelanggang olahraga atau arena. Gedung yang telah ada pada saat ini berupa gedung tertutup. Desain gedung bulutangkis pada masa sekarang tidak hanya dirancang khusus untuk tempat olahraga saja tetapi sudah memiliki banyak fungsi seperti penambahan fasilitas lain seperti pusat perbelanjaan, restoran bahkan tempat penginapan seperti beberapa gedung bulutangkis di China dan Amerika .


(24)

2.2.2 Sejarah Bulutangkis

Nenek moyang terdininya oalhraga Bulutangkis ini diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Pinch mempublikasikan kartun untuk ini.

Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka. Olah raga kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.

Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore Bulutangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estate di Gloucestershire, Inggris. Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi Bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan kejuaraan All England Bulutangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia


(25)

Badminton pun dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru negara itu. Tahun 1930-an permain1930-an itu makin terkenal deng1930-an kepul1930-ang1930-an pelajar-pelajar y1930-ang menuntut ilmu di Inggris. Tahun 1937 mereka sudah mengadakan Kejuaraan Terbuka Malaya dan tahun itu juga mereka bergabung dengan IBF. Ketika kejuaraan beregu Piala Thomas pertama kali diselenggarakan tahun 1948 Malayalah yang pertama merebutnya. Pemain Malaya yang pertama menjadi juara di All England adalah Wong Peng Soon pada tahun 1950.

Piala Thomas sendiri adalah sumbangan Sir George Thomas pada tahun 1939 setelah IBF menyepakati adanya sebuah kompetisi beregu putra. Sayangnya Perang Dunia II menghalangi pelaksanaan kejuaraan itu dan baru bisa berlangsung tahun 1948. Pada final di Queen's Hall di Preston tiga peserta bertarung: Denmark yang juara zona Eropa (menundukkan Inggris 8-1), Amerika Serikat yang juara zona Amerika (mengalahkan Kanada 8-1). Dan Malaya yang langsung ke final mewakili zona Pasifik mengalahkan AS 6-3 dan bertemu Denmark di final. Malaya menang 8-1. Mulailah dominasi Asia di cabang olahraga ini. Dalam sejarahnya yang sudah 22 kali dilangsungkan, tak sekali pun negara di luar Asia yang merebut Piala Thomas. Indonesia menjadi perebut terbanyak yaitu 13 kali diikuti Malaya/Malaysia lima kali dan Cina enam kali.

Ini berbeda dengan yang terjadi di kejuaraan beregu putri Piala Uber. Pada kompetisi untuk berebut piala dari Betty Uber yang mulai dilaksanakan tahun 1956 ini, Amerika Serikat menjadi juara tiga kali-tiga kali pertama kejuaraan itu. Selebihnya, 16 kali, negara-negara Asialah yang meraihnya. Cina paling banyak dengan tujuh kali, Jepang lima kali, dan Indonesia tiga kali.

Dalam percaturan di luar arena perlandingan, badan dunia bulutangkis sempat terpecah menjadi dua, IBF dan World Badminton Federation (WBF). Ini terjadi pada saat memuncaknya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam pertarungan organisasi bulutangkis dunia, Blok Timur yang dipelopori Republik Rakyat Cina (RRC), membentuk WBF sebagai saingan IBF. Indonesia, meski berada di kawasan Timur lebih condong ke Blok Barat meski tidak memutuskan hubungan


(26)

dengan Blok Timur. Indonesia bahkan aktif dalam usaha mempersatukan kembali kedua organisasi itu. Tahun 1981 disepakati WBF melebur menjadi satu dengan IBF. Persatuan inilah yang memungkinkan bulutangkis maju ketingkat yang lebih tinggi : Olimpiade. Meski sempat menjadi olahraga eksibisi di olimpiade Muenchen tahun 1972 (Indonesia antara lain diwakili Rudy Hartono), tetapi baru tahun 1992 dijadikan cabang resmi Olimpiade. Hasilnya: Di Olimpiade Barcelona itu Indonesia mengantongi dua medali olimpiade. Inilah emas pertama Indonesia di arena akbar olahraga sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinki tahun 1948.

Arena pertandingan tingkat dunia lain perlu mendapat catatan tersendiri. Kejuaraan beregu campuran (putra-putri) yang mulai diselenggarakan tahun 1989 memakai nama Bapak Bulutangkis Indonesia, Sudirman. Ketika pertama kali dipertandingkan di Jakarta tahun 1989 itu, Indonesialah yang merebutnya. Sesudah itu Cina empat kali membawanya pulang dan Korea tiga kali.

Untuk kejuaraan perseorangan, kejuaraan dunia IBF menyelenggarakan pertama kali tahun 1977 dengan tuan rumah Swedia. Pada kejuaraan di Malmoe ini Indonesia hanya merebut satu gelar yaitu ganda putra. Baru pada tahun 1980 ketika kejuaraan berlangsung di Jakarta, Indonesia membuat catatan tersendiri: merebut seluruh lima nomor yang dipertandingkan. Pada kejuaraan dunia tidak resmi All England, Indonesia juga mencatatkan salah seorang pemainnya sebagai pemegang rekor, Rudy Hartono merebut gelar delapan kali, dengan tujuh kali berturut-turut pada tahun 1968 sampai 1976. Ia gagal mencetak delapan kali berturut-turut tahun 1975 karena di final kalah dari SvenPri dari Denmark.

2.2.3 Bulutangkis di Indonesia

Olahraga bulutangkis merupakan satu-satunya olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa kita di berbagai event terutama di event terbesar olahraga yakni Olimpiade. Dimulai oleh Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma dengan medali emas pada olimpiade 1992 di Barcelona dan terakhir pada tahun 2008 di China oleh ganda putra nomor 1 dunia markis kido dan hendra setiawan. Pada saat-saat sekarang ini, pemerintah terlalu menuntut banyak terhadap cabang olahraga


(27)

Bulutangkis akan tetapi mereka tidak memberi sumbangsih yang cukup berarti bagi perkembangan bulutangkis itu sendiri.

Mereka hanya teringat pada masa jaya Bulutangkis kita pada era tahun 1980an dimana olahraga bulutangkis begitu mendominasi di Indonesia dan banyak lapangan-lapangan Bulutangkis terdapat di setiap daerah. Masih teringat beberapa bulan yang lalu Ketua PBSI Sutiyoso mengeluhkan adanya kekurangan dana untuk mengirimkan pemain pelatnas mengikuti turnamen di luar negeri sehingga hanya nama-nama itu saja yang dikirim dan tidak salah apabila pada pergelaran Piala Thomas tahun 2008 di Istora senayan kita kalah melawan Korea dengan skor telak 3-0 karena kita tidak mempunyai stok pemain yang mencukupi akibat kekurangan dana dan ketidak pedulian pemerintah

Pada saat-saat sekarang ini sangat susah menemukan para remaja dan anak-anak untuk bermain bulutangkis. Hal ini diakibatkan berkurangnya lahan untuk bermain bulutangkis dan pengelolaan klub-klub bulutangkis kebanyakan diserahkan kepada pihak swasta sehingga pemerintah daerah tidak terlalu peduli dengan hal itu. Mereka lebih memperhatikan olahraga Sepakbola yang notabene cabang Olahraga tersebut prestasinya kurang menggembirakan akhir-akhir ini dan tidak membawa nama harum bangsa Indonesia. MENPORA Adhiaksa Dault sempat mengatakan bahwa generasi muda di Indonesia sangat bobrok karena mereka hanya mengenal Mall dan permainan Play Station serta nongkrong di tempat makanan junk food. Generasi Muda tidak mau banyak bergerak terutama berolahraga sehingga perkembangan olahraga di Indonesia jauh menurun terutama pada cabang bulutangkis dimana kita sudah tertinggal jauh dari CHINA dimana pada tahun 1990an CHINA tidak ada apa-apanya apabila melawan Indonesia

2.3. TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK

2.3.1. Kelayakan fungsional

Perkembangan bulutangkis di kota Medan pada saat sekarang ini sudah kembali marak terjadi. Hal ini terbukti dengan turnamen-turnamen maupun kegiatan bulutangkis yang dilakukan sangat banyak muncul diberbagai pelosok kota Medan,


(28)

membuat peminat-peminat bulutangkis menjadi bertambah walaupun butuh usaha berat untuk mengajak mereka mengikuti olahraga tersebut. Adapun turnamen yang sering dilakukan ialah: Kejuaraan nasional PBSI, Kejuaraan Bulutangkis antar pelajar SMP dan SMU se Sumatera Utara, Kejuaraan Bulutangkis perseorangan Daerah sumatera Utara dan Liga Bulutangkis Indonesia.

Untuk mengakomodasi peminat bulutangkis tersebut, sangat menjanjikan untuk membuat suatu bidang komersil di bidang olahraga ini. Belum adanya suatu bangunan yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan diatas maka perlu dirancang/direncanakan suatu bangunan yang nantinya dapat menampung bakat-bakat masyarakat Sumatera Utara khususnya di bidang olahraga bulutangkis yang nantinya dapat menciptakan atlet-atlet SUMUT khususnya Medan agar dapat menuai prestasi di kancah nasional maupun internasional.

Kegiatan ataupun fasilitas yang terdapat pada Badminton Training Centre tersebut yaitu berupa :

• Sebagai wadah atau tempat untuk melaksanakan turnamen-turnamen

bulutangkis di kota Medan, nasional, maupun internasional.

• Dapat menjadi tempat yang lebih baik/kondusif bagi klub-klub bulutangkis di Medan,

• Penyediaan fasilitas pendukung dan retail yang berkaitan dengan penjualan alat olahraga,.

• Sebagai tempat pusat pelatihan olahraga bulutangkis bagi atlet-atlet bulutangkis Sumatera Utara.

Pengelolaan Badminton Training Centre yang akan dirancang melibatkan kerjasama dengan pihak swasta terutama dalam hal pembinaan atlit, termasuk pencarian bibit-bibit atlit berbakat untuk dibina menjadi atlit bulutangkis nasional.

2.3.2. Kelayakan proyek

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No.03 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan


(29)

prasarana olahraga. Hal tersebut merupakan dasar dalam perencanaan Badminton Training Centre yang akan menampung kegiatan olahraga Bulutangkis. Dengan memanfaatkan momentum tersebut maka perlu pembangunan sarana dan prasarana di bidang olahraga Bulutangkis yang sangat berarti bagi masyarakat Kota Medan.

Ada beberapa hal yang memperkuat alasan untuk segera dibangun sebuah Badminton Training centre di kota Medan adalah:

• Olahraga Bulutangkis merupakan olahraga prestasi bagi negara Indonesia sehingga setiap daerah yang menghasilkan atlet bulutangkis untuk pelatnas ke cipayung harus melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan

• Sudah dimulainnya Liga Bulutangkis Nasional yang dilakukan oleh PBSI secara rutin..

• Memajukan serta memasyarakatkan olahraga bulutangkis di Sumatera Utara dalam rangka menciptakan atlit-atlit profesional yang berprestasi di kancah nasional maupun internasional.

• Semakin sempitnya lahan dan minimnya sarana olahraga di bidang

bulutangkis di perkotaan termasuk kota Medan.

2.3.3. Kelayakan lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah Badminton training Centre di Kota Medan. Dikarenakan Bangunan ini harus dapat memberikan peran yang sangat penting bagi masyarakat Sumatera Utara. Hal yang dijadikan pemilihan lokasi antara lain :

• Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam pencapaian dan prasarana.

• Berada di kawasan perumahan, pusat pendidikan, rekreasi ataupun

perkantoran yang dapat menarik konsumen sebanyak mungkin.

Dapat mengakomodasi kegiatan olahraga bulutangkis baik indoor maupun outdoor,


(30)

• Memiliki luas tapak yang dapat dikembangkan kearah vertikal maupun horizontal.

Dengan adanya fasilitas Badminton Training Centre dikawasan tersebut, diharapkan dapat mengembangkan aktifitas positif dan mendorong pertumbuhan kawasan menjadi lebih baik.

2.4. Lokasi

2.4.1. Kriteria pemilihan lokasi

Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :

Tabel 2.2. Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan Wilayah Pembangunan Cakupan Wilayah Adm Kecamatan Pusat Pengembangan Kegiatan Utama WPP A Kec. Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan Pusat Pengembangan : Belawan Pelabuhan, Industri, Terminal, Pergudangan, Orientasi Pelabuhan, Perumahan, Konservasi WPP B

Kec. Medan Deli Pusat

Pengembangan : Tanjung Mulia Perumahan, Perdagangan, Perkebunan, Rekreasi Indoor


(31)

WPP C

Kec. Medan timur, Medan Perjuangan, Medan Area, Medan Denai, Medan Amplas Pusat Pengembangan : Aksara Perumahan, Industri, Terminal barang/pergudangan, Berorientasi ke konsumen WPP D

Kec. Medan Baru, Medan Maimoon, Medan Polonia, Medan Kota, Medan Johor

Pusat

Pengembangan : di Inti Kota

Pusat bisnis (CBD), Pusat Pemerintahan, Perumahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan

WPP E

Kec. Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Tuntungan, Medan Selayang Pusat Pengembangan : Sei Sikambing Perumahan, Perkantoran, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf dan Hutan Kota

Berikut merupakan kriteria pemilihan lokasi menurut RUTRK Kota Medan a. Tinjauan terhadap Struktur Kota

b. Berdasarkan pembagian wilayah pembangunan kotamadya Medan menurut

RUTRK tahun 2005, kriteria untuk site adalah berada di WPP D dan E, yaitu lokasi site berada di kawasan perumahan penduduk,pusat pendidikan dan rekreasi. c. Pencapaian

Site harus dapat dicapai dengan mudah, baik bagi kendaraan maupun bagi pejalan kaki. Site juga harus sudah memiliki jaringan jalan dengan kondisi yang baik, cukup lebar, nyaman, dan dilalui oleh angkutan umum.

d. Area Pelayanan

Berdasarkan RUTRK tentang Konsep Pola Hierarki Fasilitas Pelayanan Kota adalah antara 2-3 km. Adapun kriteria untuk area pelayanannya yaitu merupakan lingkungan permukiman dan banyak terdapat kompleks perumahan.


(32)

e. Keadaan Lahan

Ukuran lahan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang pengembangan masa mendatang. Biasanya dilakukan untuk mengantisipasi perluasan klub latihan ( > 2 ha). Kondisi sebaiknya lahan kosong dan tidak berkontur.

f. Jarak ke pusat kota

Fungsi bangunan adalah sebagai tempat pelatihan Bulutangkis maupun tempat pertandingan Bulutangkis. Dengan keberadaaan bangunan ini maka akan meningkatkan tingkat kepadatan kenderaan maupun pejalan kaki. Maka dari itu lokasi di pinggiran kota yang memiliki tingkat kepadatan jalan yang tidak tinggi cocok sebagai starat pemilihan lokasi.

g. Lingkungan

Berada pada lokasi yang strategis, representatif dan cocok untuk fungsi pendukung skala kota. Lingkungan yang kondusif seperti keamanan dan kenyamanan sangat mendukung kegiatan Badminton training Centre yang akan dirancang. Manfaat yang didapat di lingkungan sekitar apabila Badminton Training Centre dilokasi ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan daya jual tanah di lingkungan sekitar bangunan. Sedangkan efek yang didapat pada masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut adalah menghadirkan sarana latihan dan hiburan bagi masyarakat untuk dapat turut menyaksikan jalannya pertandingan olahraga Bulutangkis dan meningkatkan minat dan kecintaan masyarakat akan olahraga Bulutangkis


(33)

2.4.2 Analisa pemilihan lokasi a. Alternatif lokasi

Lokasi A

Jln Karya Jasa, Kec. Medan Johor

Lokasi B

Jln Gatot Subroto, Kec. Medan Helvetia

Gambar. Alternative lokasi 1 Sumber : data pribadi

. Alternative lokasi 2 Sumber: data pribadi


(34)

Lokasi C

Jln Jamin Ginting (simp. Selayang), Kec. Medan Tuntungan

Lokasi D

Jln Ngumban Surbakti, Kec. Medan Selayang

b. Penilaian terhadap alternative lokasi

. Alternative lokasi 4 Sumber: data Pribadi

. Alternative lokasi 3 Sumber: data pribadi


(35)

Table 2.3. Kriteria pemilihan lokasi

No

Parameter Perincian unsur nilai Keterangan Keterangan Keterangan

1 Peruntukan site

Sesuai dengan struktur kota Pendidikan dan pusat olahraga Perdagangan dan komersil Perumahan

2 Keadaan

Lahan

Lokasi Dipingg iran

kota Medan

Diperbatasan kota Medan

Di pusat Kota

Kondisi lahan saat ini Lahan kosong Ada beberapa bangunan pada lahan

Ada kantor pemerintah pada lahan

Luasan lahan Sangat luas

(diatas 2 Ha)

Cukup Luas (±2 Ha )

Sempit (kurang dari 2 Ha )

Harga lahan /m2 Murah

(dibawah 1 juta) Cukup mahal (± 1juta) Sangat mahal (diatas 1 juta)

Jarak antar bangunan Jarang Sedang Rapat

Status kepemilikan lahan

Hak milik Hak guna

bangunan

Milik Negara

Bangunan tinggi Jauh Sedang Dekat

3 Pencapaian Kemudahan sarana

angkutan umum ke

Jumlah trayek angkot yang Jumlah trayek angkot yang Tidak dilewati


(36)

lokasi lewat cukup banyak

lewat tidak banyak

angkot

4 Sirkulasi Waktu tempuh dari

pusat kota

< 30 menit < 45 menit < 1 jam

Kendaraan Lebar, ada

pulau jalan

Lebar, tidak ada pulau jalan

Sempit

Pedestrian Tersedia,

kondisi baik

Tersedia, kondisi buruk

Tidak tersedia

Masalah kemacetan Tidak pernah Waktu

tertentu

Sering

5 Lingkungan/ prasarana

Keamanan Sangat aman Cukup aman Rawan

kejahatan Kedekatan dengan fasilitas umum Dekat dengan banyak fasilitas umum Dekat dengan sedikit fasilitas umum Jauh dari fasilitas umum

Utilitas Tersedia,

kondisi baik

Tersedia, kondisi buruk

Belum tersedia

Jarak dengan fungsi sejenis

Jauh Sedang Dekat


(37)

No

Parameter Perincian unsure nilai Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D

1 Peruntukan

site

Sesuai dengan struktur kota Pendidik an dan pusat olahrag Pendidika n dan pusat olahraga Pendidika n dan pusat olahraga Pendidika n dan pusat olahraga

2 Keadaan

Lahan

Lokasi Dipingg ir

an kota Medan Dipingg ira n kota Medan Dipingg ira kota Medan Dipingg ira n kota Medan

Kondisi lahan saat ini Lahan kosong Ada beberapa bangunan pada lahan Ada beberapa bangunan pada lahan Lahan kosong

Luasan lahan Sangat

luas (diatas 2 Ha)

Cukup Luas (±2 Ha )

Sangat luas (diatas 2 Ha) Sangat luas (diatas 2 Ha)

Harga lahan /m2 Cukup

mahal (± 1juta) Cukup mahal (± 1juta) Murah (dibawah 1 juta) Murah (dibawah 1 juta)

Jarak antar bangunan Sedang Sedang Sedang Jarang

Status kepemilikan lahan

Hak milik

Hak milik Hak milik Hak milik


(38)

3 Pencapaian Kemudahan sarana angkutan umum ke lokasi Jumlah trayek angkot yang lewat cukup banyak Jumlah trayek angkot yang lewat cukup banyak Jumlah trayek angkot yang lewat cukup banyak Jumlah trayek angkot yang lewat tidak banyak

4 Sirkulasi Waktu tempuh dari

pusat kota

< 45 mnt < 30 menit < 45 menit < 45 menit

Kendaraan Lebar,

ada pulau jalan Lebar, ada pulau jalan Lebar, ada pulau jalan Lebar, ada pulau jalan

Pedestrian Tersedia,

kondisi buruk Tersedia, kondisi baik Tersedia, kondisi buruk Tersedia, kondisi buruk

Masalah kemacetan Waktu

tertentu Waktu tertentu Tidak pernah Tidak pernah

5 Lingkungan/

prasarana

Keamanan Sangat

aman Sangat aman Sangat aman Sangat aman Kedekatan dengan fasilitas umum Dekat dengan banyak fasilitas umum Dekat dengan banyak fasilitas umum Dekat dengan banyak fasilitas umum Dekat dengan banyak fasilitas umum

Utilitas Tersedia,

kondisi baik Tersedia, kondisi baik Tersedia, kondisi baik Tersedia, kondisi baik


(39)

Jarak dengan fungsi sejenis

Jauh Jauh Jauh Jauh

2.4.3. Analisis penetapan lokasi

Dari hasil penilaian terhadap alternative lokasi diperoleh lokasi D atau Kec. Medan Selayang memenuhi persyaratan yang baik sebagai lokasi peroyek ini. Hal ini disebabkan karena di Jalan Ngumban Surbakti merupakan lokasi Pendidikan dan pusat olahraga. Lokasi ini terletak dipinggiran kota Medan, Lokasi ini juga berupa Lahan kosong yang Sangat luas (diatas 2 Ha). Harga tanah yang terdapat di kawasan tersebut juga Murah yakni (dibawah 1 juta). Kemudian juga jarak antar bangunannya juga jarang. Status kepemilikan lahan juga merupakan Hak milik. Pencapaian yang dilalui angkot juga tidak banyak. Waktu tempuh yang dicapai dari pusat kota < 45 menit. Jalur sirkulasi kendaraan juga lebar, dan terdapat pulau jalan. Masalah kemacetan yang terjadi di kawasan tersebut juga tidak pernah. Keamanan yang terdapat di lokasi tersebut juga sangat aman. Kemudian juga dekat dengan banyak fasilitas umum. Jaringan Utilitas yang tersedia juga dalam kondisi baik

2.4.4. Deskripsi kondisi lokasi

• Kasus proyek : Badminton Training Centre

• Status proyek : fiktif

• Pemilik proyek : Pemerintah kota Medan dan pihak swasta

• Batas Administrasi Lahan : Kecamatan Medan Selayang, Medan.

• Kawasan :Permukiman, perkantoran, perdagangan,

konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

• Ketinggian Bangunan :1-4 lantai

• Luas lahan : 25.000 m²

• KDB : 80%

Batas-batas Lahan

•Utara : Jl Ngumban Surbakti

•Selatan : Jl Flamboyan


(40)

•Barat : Jl Ngumban Surbakti

• Eksisting : Tanah Kosong

• Topografi : Relatif datar

• Vegetasi : Asri

• Utilitas : PLN, PDAM, Saluran Kota.

Pemilihan lahan tersebut memiliki beberapa keuntungan / potensi lahan antara lain

Keuntungan / potensi lokasi :

• Aksesebilitas yang mudah karena site berada di jalan utama pusat kota.

• Kelengkapan sarana dan prasarana, daerah jalan Ngumban Surbakti memiliki sarana dan prasarana berupa lajur jalan yang cukup lebar, sarana air bersih, listrik, sanitasi, saluran telepon.

• Lahan di sekitar site masih kosong dan luas

•Tidak jauh dari pusat pendidikan dan perumahan

2.5. Tinjauan fungsi

2.5.1 Deskripsi pelaku dan kegiatan

a. Pelaku kegiatan

Pelaku kegiatan dalam badminton training centre ini terdiri dari:

Pengunjung

Dari kelompok pemgunjung terbagi lagi atas:

- Anak-anak Baik yang bermain, berlatih maupun menonton pertandingan - Remaja. Baik yang bermain, berlatih sebagai atlit dari klub bulutangkis serta

penonton pertandingan.

- Dewasa. Baik sebagai atlit, pelatih, staf, penyewa dan penonton.

- Orang tua. Baik yang datang menonton pertandingan, berbelanja dan mencari hiburan.

Pengelola. b. Kegiatan


(41)

1. Olahraga

Bermain, berlatih dan bertanding. 2. Rekreatif

Menonton pertandingan dari berbagai kompetisi bulutangkis 3. Edukatif

Tempat berlatih dan belajar mengembangkan kemampuan fisik

• Kegiatan pendukung 1. Souvenir dan retail shop

Menjual barang-barang olahraga 2. Restoran dan kafe

Tempat yang menyediakan makanan dan minuman. 3. Ruang pertemuan

tempat diadakan pertemuan antar pejabat di bidang olahraga, undangan dan wartawan

4. Pusat kebugaran

Menampung kegiatan berolahraga dan kebugaran yang menggunakan alat olah raga.

5. Museum olahraga

Tempat memamerkan prestasi olahraga Sumut khususnya di bidang bulutangkis.

6. Klinik kesehatan

Tempat untuk memeriksakan kesehatan bagi setiap atlet yang berlatih di Badminton Training Centre ini

2.5.2. Deskripsi kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang


(42)

direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen bangunan ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.

Badmintoin Training Centre ini memiliki fasilitas sebagai berikut: a. Lapangan utama

Lapangan yang digunakan berstandard internasional sesuai dengan standard IBF sebagai induk organisasi futsal ini.

b. Ruang utama

- ruang ganti pemain dengan toilet - ruang ganti pelatih dan wasit

Ruang ganti untuk pemain, pelatih dan staf harus privat, area terlindungi dan dapat diakses mudah dengan bus pemain. Terpisah dari penonton, media, dan orang yang tidak berkepentingan.

- ruang pijat - ruang kesehatan

Ruang kesehatan diletakkan dekat dengan ruang ganti serta diusahakan dekat dengan lapangan dan mudah akses keluar stadion.

- ruang pemeriksaan obat terlarang

Posisinya harus dekat dengan ruang ganti pemain dan tidak terjangkau media dan public.

- ruang pemanasan - ruang latihan

- tribun penonton biasa

Area penonton harus di bagi dalam beberapa sector dan masing-masing harus memiliki akses tersendiri.

- tribun penonton vip

Diletakkan di tengah tribun sisis terpanjang dimana ruang ganti pemain diletakkan, pada posisi di atas area permainan dan terpisah dari tempat duduk public.

- toilet penonton - kantor pengelola - ruang pertemuan


(43)

- gudang - ruang panel - ruang mesin

- ruang pos keamanan - tiket box

- ruang pers

Untuk ruang media ada sebuah pintu masuk special dengan meja tulis atau ruang tempat kemasa informasi media dikumpulkan.

- tempat parkir - studio televise - ruang komentator - fasilitas untuk fotografer

- mushola

c. Ruang pendukung

• Restoran

Fasilitas ini menyediakan makanan dan minuman yang dapat dibeli penonton saat pertandingan berlangsung.

Kebutuhan ruang: - banquet - bar

- gudang

- km/wc

- kasir - dapur

- ruang pegawai - sirkulasi

• Ruang pertemuan

Fasilitas ini merupakan tempat pertemuan para pejabat olahraga, temu pers dan penjamuan.

Kebutuhan ruang; - ruang pertemuan - ruang pengelola


(44)

- ruang peralatan - ruang tunggu - ruang sound system - ruang raoat

- dapur - janitor - toilet

• Pusat kebugaran

Fasilitas ini disediakan untuk para atlit maupun masyarakat umum. Kebutuhan ruang:

- ruang penerima - ruang latihan - janitor - kasir

- ruang pegawai - ruang instruktur - ruang reparasi

- km/wc

- loker

• Ruang pameran

Tempat penyimpanan, memelihara dan memajang berbagai prestasi dan informasi Bulutangkis

Kebutuhan ruang: - ruang pameran - ruang pengelola - ruang penyimpanan

• Souvenir shop dan retail

Menyajikan dan menjual barang yang berhubungan dengan olahraga dan makanan ringan. Ruang-ruang dalam retail adalah display, kasir, gudang.

D Asrama atlet dan pelatih


(45)

Badminton Training Centre imi

2.5.3. Kebutuhan ruang

Bangunan utama

Kebutuhan ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Tribun vip Penonton Menonton pertandingan Meriah

Santai Nyaman

Tribun biasa Penonton Menonton pertandingan Gemuruh

Meriah spontan

Ruang ganti atlit Atlit Istirahat

Ganti pakaian Mandi

Informal Nyaman Privat Ruang ganti pelatih

/ ofisial Pelatih Ofisial Istirahat Ganti pakaian Mandi Informal Nyaman Privat

Ruang ganti wasit Wasit Istirahat

Ganti pakaian Mandi Informal Nyaman Privat Ruang pemeriksaan kesehatan Atlit Wasit

Memeriksa kesehatan Nyaman

Bersih

Ruang pemanasan Atlit Melakukan pemanasan Santai

Ruang pertemuan teknis Atlit Pelatih Mengatur strategi Memberi pengarahan Tenang Serius Ruang delegasi pertandingan Atlit Wasit

Menerima undangan, tamu penting

Serius Santai

Ruang pijat Atlit Memijat pemain Sopan

Nyaman Privat

Ruang P3K Atlit Pengobatan untuk penonton Nyaman


(46)

Ruang pers dan media

Wartawan Meliput pertandingan Sibuk

Serius Santai

Gudang Alat olahraga Menyimpan peralatan Tertutup

Terlindungi

Ruang keamanan Petugas

keamanan

Menjaga keamanan dan ketertiban

Tenang Formal

Ruang mesin Mesin

Teknisi

Merawat mesin

Memberi kontribusi tenaga

Formal Sibuk Ribut

Loket Pegawai

Penonton

Menjual dan membeli tiket Serius

Santai

Lapangan tambahan

Kebutuhan ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Tribun biasa Penonton Menonton pertandingan Gemuruh

Meriah spontan

Ruang ganti atlit Atlit Istirahat

Ganti pakaian Mandi

Informal Nyaman Privat Ruang ganti pelatih

/ ofisial Pelatih Ofisial Istirahat Ganti pakaian Mandi Informal Nyaman Privat

Ruang ganti wasit Wasit Istirahat

Ganti pakaian Mandi Informal Nyaman Privat Ruang pendukung -Restoran


(47)

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Banquet -Pengunjung

-Pelayan

Menikmati hidangan, mengantar hidangan

Santai Nyaman

Bar counter -Pelayan bar

-Pengunjung Memesan snack&minuman, menyediakan pesanan, menikmati pesanan Santai Nyaman Informal

R.Penyimpanan Bahan-bahan

mentah

Tempat penyimpanan bahan-bahan makanan

Tertutup

Toilet pria -Pengunjung

-Pegawai -Pengelola

Buang air,membersihkan wc Privat

Toilet wanita -Pengunjung

-Pegawai -Pengelola

Buang air,membersihkan wc Privat

Kasir -Kasir

-Pengunjung

Membayar makanan,melayani pembayaran

Informal

Dapur -Pelayan

-Pegawai

Memasak, menyiapkan pesanan, mencuci

Sibuk Bersih

Gudang Alat-alat

kebersihan

Menyimpan alat-alat Tertutup

R.Pegawai -Pegawai

-Pengelola

Istirahat, ganti pakaian Formal

R.operator acara -Pegawai -Teknisi

Persiapan Formal

-Ruang pertemuan/serbaguna


(48)

Ruang pertemuan/serbagu na -Pengelola -Pegawai -Manager -Atlit -Wartawan -Staff ofisial

Rapat, pertemuan antar klub dan organisasi, konfrensi pers, acara formal Formal Nyaman Ruang Tunggu /lobby -Staff ofisial -Wartawan -Pengguna gedung

Menunggu Formal

Nyaman

Ruang pengelola Pegawai Pengelolaan bangunan,

kegiatatan administrasi

Privat Tenang Formal

Ruang peralatan Alat-alat Pemyimpanan alat Tertutup

Ruang rapat -offisial

-pengelola -organisasi

Rapat Formal

Tenang

Dapur -Pelayan

-Pegawai

Menyiapkan makanan Bersih

Informal

Toilet -Pengunjung

-Pegawai -Pengelola

Buang air, membersihkan wc Privat Bersih

-Pusat kebugaran

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Ruang

penerima/lobby

-Pengunjung -Atlit

-Pegawai

Menunggu Formal


(49)

Ruang latihan -Pengunjung -Atlit

-Pegawai -Instruktur -Reseptionis

Berlatih Formal

Tenang Nyaman

Ruang ganti -Pengunjung

-Pegawai -Cleaning service

Berganti pakaian, mandi,menyimoan pakaian di

loker

Privat Informal

Ruang pengelola Pegawai

pengelola

Mengurus administrasi Privat

Tenang Formal

Ruang instruktur Instruktur Istirahat, persiapan, ganti

pakaian

Formal Tenang Nyaman Ruang reperasi dan

peralatan

Alat-alat Memperbaiki alat-alat fitness Informal

Toilet -Pengunjung

-Cleaning service -Pegawai pengelola

Buang air, membersihkan wc Privat Bersih

-Ruang pameran/museum prestasi

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Ruang display -Pengunjung

-Pegawai

Menyimpan penghargaan dan piala, informasi tenteng sejarah

Santai Informal


(50)

dan aktivitas olahraga sumut Nyaman

Ruang pengelola Pegawai

pengelola

Mengurus administrasi Privat

Tenang Formal

Ruang penyimpanan

Peralatan Tempat penyimpanan peralatan Informal Terutup

Toilet -Pengunjung

-Cleaning service -Pegawai pengelola

Buang air, membersihkan wc Privat Bersih

-Retail shop

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Ruang display Penyewa Berjualan Nyaman

Menarik

-Souvenir shop

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Ruang display Penyewa Berjualan Nyaman

Menarik -Ruang pengelola gedung

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Kebutuhan

ruang


(51)

-Pegawai Santai

Ruang manager Manager Manajemen maintenance

bangunan

Privat Formal Ruang Ass

manager Asistan manager Manajemen maintenance bangunan Privat Formal

Ruang Karyawan Pegawai Bekerja Formal

Tenang

Ruang Ganti Pegawai Istirahat, berganti pakaian Privat

Informal

Ruang tunggu -Tamu

-Pegawai

Menunggu Nyaman

Formal Ruang

penyimpanan

Peralatan Tempat penyimpanan peralatan Tertutup Informal

Toilet -Pengunjung

-Cleaning service -Pegawai pengelola

Buang air, membersihkan wc Privat Bersih

-Ruang pelayanan teknis

Jenis ruang Pemakai Kegiatan Suasana

Ruang operator -Teknisi -Pegawai

Pemberian informasi Formal

Tenang Ruang PABX dan

sound system

-Teknisi -Operator

Pengoperasian dan reperasi alat Formal Privat

Ruang CCTV -Teknisi

-Operator

Pengawasan Formal

Privat Pompa dan ground

reservoir

Teknisi Pengoperasian dan reperasi alat Formal


(52)

pembuangan sampah

pemindahan sampah

2.5.4. Deskripsi persyaratan lapangan bulutangkis

a. PERATURAN BULUTANGKIS Partai

Ada lima partai yang biasa dimainkan dalam bulutangkis. Mereka adalah: 1. Tunggal putra

2. Tunggal putri 3. Ganda putra 4. Ganda putri 5. Ganda campuran

Sejak 1 Februari 2006, seluruh partai memakai sistem "pemenang dua dari tiga set" (best of three) yang masing-masing diraih dengan mencapai 21 poin secara rally point.

Memainkan bulutangkis

Tiap pemain atau pasangan mengambil posisi pada kedua sisi jaring di atas wilayah persegi panjang yang ditandai di lantai sebagaimana diperlihatkan di diagram.Tujuan permainan adalah untuk memukul sebuah kok menggunakan raket, melompati jaring ke wilayah di seputar batasan/aras tertanda sebelum pemain atau pasangan lawan bisa memukulnya balik. Untuk setiap kali ini berhasil dilakukan oleh regu yang menyervis, pemain atau pasangan penyervis (peladen) mencetak skor satu poin. Setelah memenangi satu poin, pemain yang sama menyervis kembali, dan terus menyervis sepanjang mereka terus mencetak poin.

Apabila regu yang tak menyervis memenangkan reli ini, tiada poin dicetak oleh mereka tetapi ada pergantian penyervis. Dalam permainan ganda, seorang peladen memulai permainan, dan setelah kalah sebuah reli, servis berpindah ke regu lawan. Dari waktu itu ke depannya, kedua pemain pada seregu bergantian menyervis


(53)

(meladen) sebelum servis kembali berpindah kepada lawan mereka. Pemain di sisi servis tangan kanan selalu memulai servis

Gelanggang badminton

Tiap-tiap pemain menetapkan di antara dua wilayah servis. Ada wilayah servis untuk tunggal, yakni berlebar 5,18 meter dan panjangnya 13,40 meter. Areal servis untuk ganda berukuran 6,10 meter pada lebarnya dan 11,88 meter panjangnya. Wilayah servis dibagi dua belahan. Di tengah-tengah lapangan berdiri jaring/net, yakni 1,55 meter tingginya. Garis-garis servis pendek berentang 1,98 meter dari jaring. Kotak servis kiri dan kotak servis kanan dipisahkan oleh garis di tengahnya.

Lapangan

• Ukuran lapangan bulutangkis ; (13,40 x 6,10) meter

• Lapangan harus berbentuk persegi panjang dibuat dengan garis 40 mm

• Garis harus mudah dikenali dan berwarna putih atau kuning

• Jarak lapangan yang satu dengan yang lain

minimal 2,5 meter. Jarak dengan TV court minimal 4 meter.

• Jarak lapangan dengan tribun penonton minimal 5 meter

• Tinggi minimal atap bangunan yang tengah adalah 15 meter, sedangkan untuk yang tepi minimal 12 meter (diasumsikan memakai atap lengkung/miring)

• Lantai tidak boleh keras untuk mencegah

terjadinya cedera. Bisa menggunakan bahan parket yang dibawahnya memiliki rongga. Jadi lantai parket tidak langsung menempel pada beton. Bahan lain yang bisa digunakan adalah karpet yang terbuat dari karet namun elastis.


(54)

Net

• Tiang net (posts) harus setinggi 1,55 m terhitung dari permukaan lapoangan dan harus tetap vertikal sewaktu net ditarik tegang

• Tiang net harus diletakkan di atas garis samping untuk ganda terlepas apakah tunggal atau ganda yang akan dimainkan

• Net harus terbuat dari tali halus

berwarna gelap memiliki ketebalan yang sama dengan jaring tidak kurang dari 15 mm dan tidak boleh lebih dari 20 mm

• Lebar net harus 760 mm dan panjang 6,10 meter.

• Puncak (topi net harus diberi batasan pita putih sleebar 75 mm secara rangkap diatas tali atau kabel yang berada di dalam pita tersebut. Pita harus bergantung pada tali atau kabel tersebut

• Tali atau kabel tersebut harus direntangkan secara kokoh sama tinggi puncak tiang

• Puncak net dari permukaan lapangan harus 1.524 meter di tengah lapangan dan 1,55 meter di atas garis samping untuk ganda

• Tidak boleh ada jarak antara ujung net dan tiang. Bila diperlukan harus diikat ujungnya selebar net

Shuttlecock

• Kok harus memiliki 16 buah bulu.

• Semua bulu harus memiliki panjang yang sama yaitu antara 62 mm dan 70 mm.


(55)

• Ujung dari bulu-bulu harus membentuk lingkaran dengan panjang diameter antara 58 mm dan 68 mm.

• Semua bulu harus tergabung menjadi satu kesatuan yang kuat.

• Pangkal kok yang berbentuk setengah bola harus memiliki panjang diameter antara 25 mm dan 28 mm.

• Berat kok seluruhnya harus antara 4,47 gram dan 5,50 gram.

• Shuttlecock dapat dibuat dari bahan alamiah dan atau sintetis. Dari bahan apapun juga shuttlecock dibuat, karakteristik terbang secara umum harus mirip dengan shuttle cock yang dibuat dari bulu angsa dengan gabus (cork base) yang ditutup selapis kulit tipis

Shuttle cock bukan dari bulu

• Merupakan tiruan dari bulu imitasi dari bahan sintesis menggantikan bulu alamiah. Gabus yang dipakai seperti yang dijelaskan pada peraturan kelima

• Ukuran dan berat seperti pada perturan kedua, ketiga, keempat dan keenam. Bagaimanapun juga disebabkan oleh perbedaan massa jenis dan sifat-sifat dari bahan sintetis dibandingkan dnegan bulu, variasi sampai 10 % dapat diterima

• Sehubungan dengan tidak adanya variasi pada desain umum, kecepatan dan terbang dari shuttle, modifikasi dari spesifikasi seperti tersebut diatas diperkenankan dengan persetujuan Persatuan Bulutangkis yang bersangkutan untuk hal-hal tersebut ditempat – tempat, dimana kondisi atmosfir dikarenakan oleh ketinggian atau iklim membuat shuttle standart menjadi tidak cocok dan jika terjadi keadaan memaksa dimana situasi mengharuskan demi kepentingan bulutangkis itu sendiri

Uji kecepatan Shuttle

• Untuk menguji shuttle, pergunakan pukulan bawah secara penuh (full underhand stroke), yang menyentuh shuttle pada saat berada di atas garis


(56)

belakang (back boundary line). Shuttle harus dipukul secara melengkung ke atas dengan arah parallel terhadap garis samping (side line)

• Shuttle yang mempunyai kecepatan yang benar akan mendarat tidak kurang dari 530 mm dan tidak lebih dari 990 mm terhitung dari garis belakang (back boundary line) lainnya.

Raket

Raket pada masa lalu, sampai tahun 1970-an, masih dikenal raket yang baik gagang maupun kepala (daunnya) terbuat dari kayu, sekarang umumnya dibuat dari bahan grafit, meskipun masih ada yang dibuat dari bahan aluminium atau besi ringan. Bentuknya cuma beraneka macam, tetapi yang nge-trend sampai dengan tahun 2002 adalah yang umumnya dipakai pemain pelatnas. Semakin mahal harganya maka semakin enteng dan kuat raket itu.

Raket ini memiliki jaring yang dibuat dari senar (string), berupa tali plastik sintetis. Senar yang baik adalah senar yang bisa dipasang sekencang kencangnya tetapi tidak mudah putus, agar raket dapat memantulkan kok yang dipukul dengan kencang atau cepat. Raket ini biasanya dibungkus dalam tas raket yang dapat memuat sampai kirakira enam buah raket.

Bagian-bagian raket digambarkan pada peraturan-peraturan dibawah ini :

• Bagian-bagian rket yang utama disebut pegangan / gagang (handle), area yang disenari (stringed area), kepala (Head), batang (Shaft), leher (throat) dan kerangka (frame)

• Pegangan / gagang adalah bagian raket yang dipegang pemain

• Area yang disenari adalah bagian raket dimana dengannya pemain memukul shuttle

• Kepala membatasi area yang disenari

• Batang menghubungkan pegangan / gagang dengan kepala

• Leher (bila ada) menghubungkan batang dengn kepala

• Kerangka adalah nama yang diberikan untuk kepala, leher, batang dan pegangan raket secara keseluruhan


(57)

• Kerangka raket panjang keseluruhannya tidak boleh melebihi 680 mm dan lebar keseluruhan tidak boleh melebihi 230 mm

Area yang disenari :

• Area yang disenari harus datar dan berpola senar yang saling bersilangan secara terjalin atau terikat di tempat persilangan. Pola peyenaran harus beragam dan terutama di tengah tidak boleh kurang kepadatannya daripada area lainnya. Panjnag keseluruhan area yang disenari tidak boleh melebihi 280 mm dan lebar keseluruhan tidak boleh melebihi 220 mm. Walaupun begitu, senar boleh melewati area yang semestinya menjadi leher dengan syarat lebar dari penambahan area yang disenari tidak melebihi 35 mm dari panjang keseluruhan dari area yang disenari tidak melebihi 330 mm

• Raket harus bebas dari benda-benda yang ditempelkan dan tonjolan-tonjolan keluar, kecuali yang dipergunakan semata-mata dan secara khusus untuk membatasi atau melindungi dari kerusakan, atau gerakan atau untuk menambah berat, atau untuk mengamankan pegangan / gagang dengan tali ke tangan pemain dimana kesemuanya itu harus memadai ukuran dan tempatnya. Selain itu, raket juga harus bebas dari peralatan yang memungkinkan seorang pemain secar potensial merubah bentuk

Sepatu dan Pakaian

Seperti atlet lain pada umumnya, setiap pemain bulutangkis memiliki perlengkapan utama dan tambahan ketika tampil di sebuah permainan atau pertandingan. Baju, celana, sepatu tergolong asesori utama, sedang ikat tangan, ikat kepala, pengaman lutut bisa disebut tambahan. Sepatu bulutangkis haruslah enteng, namun menggigit bila dipakai di lapangan agar pemain dapat bergerak, balk maju maupun mundur tanpa terpeleset. Karet sol yang menggigit dibutuhkan karena frekuensi gerakan maju dan mundur di bulutangkis berlangsung tinggi, dalam tempo


(58)

cepat. Sepatu bulutangkis umumnya berwarna putih dengan garis-garis yang warnanya bervariasi.

Kaus kaki tidak wajib namun sebaiknya memiliki daya serap keringat yang tinggi dan agak tebal supaya empuk dan mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi kulit akibat pergesekan kulit dengan sepatu.

Celana pendek atau kaus bulutangkis sebenarnya bebas, tetapi di tingkat internasional banyak dipakai jenis kaus yang sejuk dan mampu menyerap keringat dengan cepat. Terkadang pemain menggunakan kaus tangan, pengikat kepala, atau penjaga lutut, balk untuk keperluan esensial maupun sekedar untuk menambah ramai penampilan.

Peraturan Pertandingan

Secara sederhana, permainan bulutangkis adalah upaya untuk memasukkan kok ke bidang permainan lawan, tanpa kok itu tidak bisa dikembalikan. Ada berbagai cara melakukannya, seperti memasukkan kok ke bidang yang tidak terjaga lawan, atau memasukkan kok dengan cepat, sehingga tidak sempat dikuasai atau dikejar lawan. Sebelum pertandingan kedua pemain menjalani undian yang dilakukan wasit, biasanya dengan tos menggunakan mata uang logam. Pemenang boleh memilih lapangan dan melakukan servis pertama kali. Untuk ganda, setelah undian hanya satu orang yang melakukan servis dan begitu gaga! mendapat angka, maka servis pun berpindah ke lawan.

Angka diperoleh si pelaku servis, sehingga bila dia gagal, servis berpindah, tidak menggunakan rally point seperti di tenis meja atau bola voli. Bila kok tidak bisa dikembalikan lawan, dia akan mendapat angka.

Dalam melakukan servis, prinsip yang harus dipegang adalah kepala raket tidak boleh Iebih tinggi dari pinggang, kok dalam keadaan dipegang, dan kaki tidak bergerak mendahului gerakan memukul kok. Sedang penerima servis mengalami fault bila bergerak sebelum lawan melakukan servis.


(59)

Bola kok juga menjadi mati bila terpukul dua kali, gagal melewati net, mendarat di luar garis, raket melewati atas net atau menyentuh net, kaki melewati batas garis bidang.

Sumber: "PEDOMAN PRAKTIS BERMAIN BULUTANGKIS", Oleh: PB PBSI

2.6. Studi banding proyek sejenis

STUDI BANDING PROYEK SEJENIS

SEJARAH PB DJARUM

Didorong kecintaan Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada bulutangkis serta tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olah raga yang sama. Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 - Kudus pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis di bawah nama komunitas Kudus.

Berawal dari situ, lahirlah atlit muda berbakat, Liem Swie King yang meraih prestasi demi prestasi secara gemilang, menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.

MISI

Membantu persatuan Indonesia dan mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi di bidang perbulutangkisan dunia.

VISI

Menjadi klub terbaik Indonesia yang penuh dengan pemain-pemain bulutangkis top dunia asal Indonesia.


(60)

PROFIL PELATIHAN

PELATIHAN

“Atlit harus berusaha keras, jika tak ada usaha maka tak ada pula gelar juara yang datang dengan mudah” (dikutip dari CEO PT. Djarum, Budi Hartono).

Ungkapan di atas ada benarnya, lebih lagi bagi mereka para atlit yang ikut tergabung di pelatihan klub PB Djarum. Maka untuk bergabung di klub PB Djarum menjadi atlit, sebelumnya para calon atlit diwajibkan mengikuti tahapan seleksi.

Seleksi awal untuk para calon atlit yang akan dibina meliputi faktor umur, tinggi badan, bakat, kemampuan intelektual, keseimbangan psikologisnya, kemampuan teknik dasar, serta sampai sejauh mana dukungan yang diperoleh dari orang tua. Bila lolos seleksi awal, maka para calon atlit ini sudah bisa diputuskan untuk mengikuti kegiatan pelatihan di klub PB Djarum. Setelah itu, untuk setiap tahunnya akan dilakukan seleksi kelanjutan, seperti dalam hal kemampuan bertanding. Apabila kemampuan bertanding dari atlit bersangkutan tidak pernah meningkat, maka dengan berat hati PB Djarum akan memulangkannya.


(61)

Hal diatas dilakukan mengingat PB Djarum memberlakukan sistem promosi-degradasi dalam tahapan pelatihan para calon-calon atlitnya. Sistem demikian dianut oleh PB Djarum, karena untuk meningkatkan iklim kompetitif di kalangan atlit. Sehingga dengan kegagalannya, atlit bisa diberi kesempatan untuk memperbaiki diri ataupun mengembangkan karirnya di bidang lain.

Sedangkan mengenai pemulangan atlit, PB Djarum juga telah menetapkan klausalnya secara tertulis, sehingga setiap orang tua atlit di PB Djarum juga akan mengetahui hal tersebut dari awal

PROFIL PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

PB Djarum sejak dini telah menanamkan visi kepada seluruh atlitnya, agar mereka tidak mencetak keberhasilan di arena pertandingan saja, tapi juga mencetak keberhasilan di bangku sekolah.

Membagi kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah, memang bukan tugas yang mudah bagi para atlit PB Djarum, terlebih lagi mereka-mereka ini yang kebanyakan masih duduk di bangku sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Namun, untuk menyelaraskan dua kegiatan tersebut, PB Djarum mengambil langkah


(62)

bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Sehingga, kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah yang dijalani oleh para atlit bisa berjalan baik, dan tidak mengganggu satu sama lain.

Kerjasama yang dilakukan antara PB Djarum dengan Depdikbud adalah dengan pemberian dispensasi waktu di sekolah untuk para atlit. Atlit diberikan ijin untuk memulai waktu belajarnya di sekolah tidak seperti siswa lain pada umumnya. Mereka juga diberi kemudahan memperoleh ijin meninggalkan sekolah pada saat mereka harus mengikuti kejuaraan.


(63)

2. LEE BADMINTON TRAINING CENTRE

Lee Badminton Training Centre ini didirikan pertama dari 1995. Bangunan ini pada awalnya mempunyai luasan 3,500 square. Saat itu bangunan ini hanya mempunyai 2 lapangan bulutangkis. Setelah perkembangan selama 6 tahun yakni tepatnya November 2001, Bangunan Lee Badminton Training Centre ini mempunyai luasan 8,500 square.Saat ini Lee Badminton Training Centre mempunyai 8 lapangan bulutangkis yang berstandart Internasional yang berpegang teguh dengan peraturan-peraturan BWF. Di Lee Badminton Training Centre juga diajarkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bulutangkis.

Lee Badminton Training Centre mempunyai sistem pelatihan profesional yang terbaik yang terdapat di propinsi Ontario Canada. Banyak juara-juara propinsi dan nasional yang diproduksi oleh Lee Badminton Trainig Centre ini. Pemain – pemain hasil didikan Lee Badminton Training Centre ini yang mempresentasikan Canada di dalam turnamen-turnamen bulutangkis internasional Karena alasan ini, Lee Badminton Training Centre ini dikenal oleh Ontario Asosiasi bulu tangkis sebagai salah satu pusat pelatihan bulu tangkis terbaik yang terdapat di Canada

Struktur kepengurusan Lee Badminton Training Centre

Pemilik : Jennifer Lee Koordinator : ..

• Pelatih : Meiluawati Cherry Ching Ng

Charatpong Mungwatana Ronny Tranggono

Huang Zhi Qiang Sun Jun

Hin cheng (pelatih Junior) Dan lain sebagainya


(64)

Fasilitas-fasilitas di Lee Badminton Training Centre


(65)

Perlengkapan Olahraga

3. PB Jayaraya,

Berbicara tentang perkembangan bulutangkis di Indonesia, rasanya sulit dipisahkan dari Gedung Bulutangkis Rudi Hartono, yang letaknya berseberangan dengan kawasan Kebun Binatang Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Karena dari gedung yang merupakan markas klub Jaya Raya itu, kerap kali lahir talenta-talenta muda berbakat yang selanjutnya akan dimatangkan dalam pelatnas di Cipayung.

Sejak didirikan 26 Juli 1976, klub ini memang telah banyak melahirkan sederet pemain top nasional. Adapun gagasan pendirian salah satu klub bulutangkis tertua di Jakarta ini, datang dari Ali Sadikin yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Ir Ciputra yang merupakan Ketua Yayasan Jaya Raya. Belum genap satu tahun berdiri, Jaya Raya telah dapat melahirkan pebulutangkis sekelas Kurnia Hu dan Maria Fransiska. Kedua pemain asal Jawa Timur tersebut mencuat ke permukaan setelah ditemukan ayah Rudi Hartono yang kala itu menjabat sebagai pencari bakat bagi klub Jaya Raya.

Selain karena memiliki pemain yang berbakat, kala itu Jaya Raya masih dilatih beberapa mantan pemain nasional yang telah banyak mengukir prestasi internasional seperti ”Maestro dan legenda Bulutangkis” Rudi Hartono, Retno Kustiah dan Utami Dewi.Seiring berjalannya waktu, Jaya Raya memang tak pernah berhenti mencetak


(66)

bibit-bibit potensial untuk menjadi juara. Sederet pemain ternama pun pernah merasakan kerasnya persaingan dan ketatnya kedisiplinan di Jaya Raya. Ternyata pola pelatihan seperti itu pula yang membuat Kurnia Hu, Edi Kurniawan, Maria Fransisca, Yanti Kusmiarti, Rosiana Tandean, Lani Tedjo, Tony Gunawan, Bambang Suprianto, Mia Audina serta Susi Susanti. Dapat merasakan nikmatnya sejumlah gelar juara di kancah nasional, regional maupu n internasional.

Dengan dukungan Ciputra, Jaya Raya praktis tak pernah mengalami krisis keuangan. ”Klub kami sama sekali tidak profit oriented. Sebab justru kami yang menanggung semua biaya untuk pemain binaan kami, mulai dari makan dan uang saku serta memberikan biaya siswa,” tandas Retno.Hal itu yang membuat, Jaya Raya tak pernah berhenti dalam melahirkan pebulutangkis potensial yang akan disalurkan ke Pelatnas Cipayung. Wajarlah, jika Jaya Raya mengklaim dirinya sebagai ”klub yang paling banyak memasok pemain ke tim pelatnas.” Tercatat sekitar 19 orang pebulutangkis asal Jaya Raya, tahun ini masuk dalam Pelatnas Pratama.Bagi Retno Kustiah, yang juga salah seorang pendiri Klub Jaya Raya, segudang prestasi memang pernah dibukukan anak asuhnya.


(67)

BAB III


(68)

BAB III

ELABORASI TEMA

III. Arsitektur High Tech

III.I Pengertian arsitektur high tech

Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan teknologi alternatif. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin lazim digunakan, namun arsitek-arsitek sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah teknologi tepat guna, sebuah istilah yang ambisius. Arsitektur High Tech mempunyai makna yang berbeda dari industri High Tech. Dimana dalam industri bermakna alat elektronik, computer, silicon chip, robot, dan sejenisnya, sedangkan dalam arsitektur bermakna langgam bangunan.

Di Amerika Serikat, istilah High Tech memang menunjuk kepada pengertian langgam, sedangkan di Inggris maknanya lebih dalam, dimana High Tech tidak ada hubungannya dengan High Technology, sebagaimana Gotic tidak ada hubungannya dengan Goths (salah satu suku bangsa Jerman yang mempunyai wilayah terbentang dari Batic sampai ke Laut Hitam dan abad ke-3 Masehi menyerang Kekaisaran Romawi).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian Arsitektur High Tech adalah

• Arsitektur yang mempunyai karakteristik material sintesis seperti kaca, metal, dan plastik.

• Pada pokoknya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu bangunan (seperti pada aliran modernisme Mies Van der Rohe).

• Biasanya membubuhkan tentang produk industri.

• Digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan, tetapi juga sebagai sumber imajinasi. Meletakkan fleksibilitas penggunaan sebagai prioritas.


(69)

• Kekuatan struktur baja

• Keluwesan permukaan yang menakjubkan

• Pipa-pipa penghawaan yang diekspose.

• Memperlihatkan ekspresi kekuatan dari fungsi teknologinya

• Bentuk dari keseluruhan bangunan yang sering tidak mengekspresikan kegunaan bangunannya

• Modeling ruangan dimana dimaksud sebagai pola atau efek visual tidak pernah menjadi permasalahan dalam Arsitektur High Tech

Sebagai alternatif, pengertian Arsitektur High Tech bisa didapat mendalam dari apa yang sudah diterapkan pada bangunan-bangunan yang dirancang dalam 20 tahun terakhir oleh para arsitek yang beraliran High Tech, seperti :

• Richard Rogers

• Norman Foster

• Michael Hopkins

• Nicholas Grimshaw

Ada beberapa lagi exposen High Tech, dan tidak semua dari mereka orang Inggris, namun keempat orang ini adalah pemimpin dari gerakan ini.

Tidak ada suatu konferensi atau pernyataan, namun hampir semua anggotanya mempunyai latar belakang pendidikan yang sama dan mengenal pribadi satu sama lain. Mereka telah bekerja di kantor masing-masing dan saling tukar-menukar ide, kadang bekerja sama, namun kadang juga bersaing.

Fungsi dan Representasi

Exposen High Tech seperti pionir-pionir modernisme pada tahun 1920-an percaya bahwa ada sesuatu semangat di abad ini dan arsitektur mempunyai tanggung jawab moral untuk mengekspresikan semangat itu. Semangat abad ini, menurut Arsitektur High Tech sejalan dengan kemajuan teknologi.

Arsitektur harus berperan di dalamnya dan menggunakan teknologi itu termasuk teknologi industri, transportasi, komunikasi, penerbangan, dan perjalanan luar angkasa. Bahkan ada yang bertanya, haruskah ada bangunan berbeda dari artefak


(1)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009


(2)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009


(3)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009


(4)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009


(5)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009


(6)

Helmy Fuad : Badminton Training Centre (High Tech), 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. 1991. Arsitektur, Bentuk, Ruang dan susunannya.

De Chiara, Joseph de, Crosbie, 2001, Micahel J. Time Saver Standards for

Building Types. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

John, Gerain dan Campbell Kit, (1996), Handbook of Sports and

Recreational Building Design, Architectural Press, Sports Council,

Wallington, Surrey.

Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitek I. Jakarta: Erlangga.

Neufert, Ernst.1993. Data Arsitek II. Jakarta: Erlangga.

White Edward. T. 1992. Buku Sumber Konsep, Terjemahan Intermata,

Bandung.

Poerbo Hartono, 1995. Utilitas Bangunan, Jakarta: Erlangga.

DEPDIKBUD, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Mega, Indra; 2000. Kamus Bahasa Inggris – Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka

Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis