111
persepsi profesi guru sebesar 0,456
2
x 100 = 20,79. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel persepsi profesi guru
mempengaruhi variabel minat menjadi guru sebesar 20,79 dengan asumsi jika variabel fasilitas belajar dianggap tetap.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap Kesiapan Menjadi Guru
Hasil uji parsial uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel fasilitas belajar terhadap kesiapan menjadi guru adalah 0,001
yang berarti 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, Ha1 yang menyatakan bahwa “semakin lengkap fasilitas belajar yang dimiliki mahasiswa kependidikan, maka
akan semakin tinggi tingkat kesiapan menjadi guru
” diterima. Artinya bahwa
fasilitas belajar berpengaruh secara positif terhadap kesiapan menjadi guru. Salah satu faktor penunjang keberhasilan proses pendidikan adalah
fasilitas belajar, termasuk dalam proses pendidikan keguruan. Fasilitas belajar yang dimiliki masing-masing mahasiswa kependidikan akan digunakan untuk
membantu proses belajar dalam rangka mempersiapkan diri menjadi calon guru yang berkompeten. Semakin lengkap fasilitas belajar yang dimilik, akan semakin
meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk menjadi calon guru yang berkompeten. Sebaliknya, apabila mahasiswa kependidikan tidak dibekali dengan fasilitas
belajar yang menunjang maka proses belajarnya akan terhambat, sehingga kesiapan untuk menjadi guru profesional tidak akan optimal.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa fasilitas belajar yang dimiliki mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi
112
Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta tahun angkatan 2012 sampai dengan 2015 berada dalam kategori lengkap, yaitu dilihat dari nilai
rata-ratanya sebesar 9,2 yang termasuk dalam kriteria lengkap. Adapun hasil analisis deskriptif berdasarkan tiga indikator fasilitas belajar yaitu berkategori
lengkap untuk ketersediaan tempat belajar yang representatif, berkategori cukup lengkap untuk indikator ketersediaan sumber belajar yang representatif, serta
berkategori lengkap untuk indikator ketersediaan peralatan belajar. Hasil uji determinasi secara parsial menunjukan bahwa besarnya pengaruh
fasilitas belajar terhadap kesiapan menjadi guru adalah 4,41. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim 2014 yang
menyatakan bahwa kesiapan menjadi guru dipengaruhi oleh fasilitas belajar sebesar 13,2.
4.2.2 Pengaruh Persepsi Profesi Guru terhadap Kesiapan Menjadi Guru
Hasil uji parsial uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel persepsi profesi guru terhadap kesiapan menjadi guru adalah
0,037 yang berarti 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, Ha2 yang menyatakan bahwa “semakin baik persepsi mahasiswa kependidikan terhadap profesi guru,
maka akan semakin tinggi tingkat kesiapan menjadi guru
” diterima. Artinya
bahwa persepsi profesi guru berpengaruh secara positif terhadap kesiapan menjadi
guru.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi terhadap profesi guru yang dimiliki mahasiswa prodi Pendidikan
Akuntansi Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta tahun
113
angkatan 2012 sampai dengan 2015 berada dalam kategori baik, yaitu dilihat dari nilai rata-ratanya sebesar 95,1 yang termasuk dalam kriteria baik. Persepsi profesi
guru diukur menggunakan empat indikator. Hasil analisis deskriptif masing- masing indikator menunjukan bahwa indikator kualifikasi, kompetensi, dan
sertifikasi guru berada dalam kategori sangat baik. Sementara tiga indikator lainnya yaitu hak-hak guru, kewajiban guru, serta pembinaan dan pengembangan
guru berada dalam kategori baik. Persepsi profesi guru adalah penginterprestasian rangsangan-rangsangan
yang berupa segala bentuk informasi yang berkaitan dengan profesi guru. Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru pasti akan berbeda-beda tiap individunya.
Semakin lengkap faktor-faktor pembentukan persepsi yang berupa rangsangan- rangsangan atau informasi, maka akan semakin tepat persepsi yang dihasilkan.
Melalui program pendidikan yang diikuti, mahasiswa calon guru akan mendapatkan informasi, pengetahuan dan pengalaman yang tepat terkait profesi
guru. Gambaran tentang profesi guru tidak hanya diperoleh dalam bentuk teoritis tetapi dilengkapi dengan praktik langsung melalui program microteaching
maupun program pengalaman lapangan. Dengan demikian mahasiswa kependidikan yang merupakan calon guru dapat mengetahui dinamika atau situasi
yang sesungguhnya terkait profesi guru. Apabila mahasiswa kependidikan sudah mengetahui hal tersebut, maka mahasiswa kependidikan yang merupakan calon
guru akan lebih mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru nantinya. Hasil uji determinasi secara parsial menunjukan bahwa besarnya pengaruh
persepsi profesi guru terhadap kesiapan menjadi guru adalah 1,61. Hasil
114
penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim 2014 yang menyatakan bahwa persepsi profesi guru tidak memiliki
pengaruh terhadap kesiapan menjadi guru. Meskipun demikian, hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Arikunto 1990:220 yang
menyatakan bahwa terdapat tiga faktor besar yang mempengaruhi kesiapan untuk menjadi guru yang dapat menciptakan pembeajaran yang efektif yaitu kemampuan
umum, persepsi terhadap profesi, dan sikap sebagai guru.
4.2.3 Pengaruh Minat Menjadi Guru terhadap Kesiapan Menjadi Guru
Hasil uji parsial uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru adalah
0,000 yang berarti 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, Ha3 yang menyatakan bahwa “semakin tinggi minat mahasiswa kependidikan untuk menjadi guru, maka
akan semakin tinggi tingkat kesiapan menjadi guru
” diterima. Artinya bahwa minat menjadi guru berpengaruh secara positif terhadap kesiapan menjadi guru.
Dalam Theory of Vocational Personalities and Work Environments yang dikemukakan oleh John Holland, pemilihan karier atau pekerjaan seseorang
sangat bergantung kepada minat dan kepribadian seseorang tersebut. Apabila seseorang tertarik dan memiliki minat menjadi guru, maka seseorang tersebut
akan memberikan perhatian lebih dengan senantiasa menggali informasi dan pengetahuan mengenai profesi guru. Setelah menggali informasi dan pengetahuan
terkait profesi guru, individu tersebut akan memiliki keinginan, usaha dan keyakinan untuk berprofesi sebagai guru.
115
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa miant menjadi guru yang dimiliki mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi
Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta tahun angkatan 2012 sampai dengan 2015 berada dalam kategori baik, yaitu dilihat dari nilai rata-
ratanya sebesar 95,1 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Minat menjadi guru diukur menggunakan tiga indikator yaitu kognisi, asumsi, dan konasi. Hasil
analisis deskriptif masing-masing indikator menunjukan bahwa ketiga indikator tersebut berada dalam kategori tinggi.
Hasil uji determinasi secara parsial menunjukan bahwa besarnya pengaruh minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru adalah 37,09. Hasil
pen elitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah 2014
Ibrahim 2014 yang menyatakan bahwa kesiapan menjadi guru dipengaruhi oleh persepsi profesi guru sebesar 10,8 dan 31,6.
4.2.4 Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap Minat Menjadi Guru
Hasil uji parsial uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel fasilitas belajar terhadap minat menjadi guru adalah 0,007
yang berarti 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, Ha4 yang menyatakan bahwa “semakin lengkap fasilitas belajar yang dimiliki mahasiswa kependidikan, maka
akan semakin tinggi minat untuk menjadi guru
” diterima. Artinya bahwa fasilitas belajar berpengaruh secara positif terhadap minat menjadi guru.
Fasilitas belajar adalah himpunan kelengkapan yang berfungsi memperlancar dan memberi kemudahan dalam proses belajar. Keberadaan
fasilitas belajar sangatlah penting dalam proses belajar mahasiswa kependidikan
116
untuk menjadi guru. Dengan adanya fasilitas belajar yang dimiliki masing-masing individu akan membuat mahasiswa calon guru lebih giat dan bersemangat, serta
mempermudah proses belajar baik teori maupun praktik. Apabila mahasiswa calon guru semakin giat belajar dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang dimiliki,
maka akan semakin banyak informasi dan pengetahuan yang diperoleh terkait profesi guru. Sehingga unsur kognisi mengenal yang merupakan salah satu dari
tiga unsur pembentukan minat dapat terpenuhi. Hasil uji determinasi secara parsial menunjukan bahwa besarnya pengaruh
fasilitas belajar terhadap minat menjadi guru adalah 2,72. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim 2014 yang
menyatakan bahwa minat menjadi guru dipengaruhi oleh fasilitas belajar sebesar 20,6.
4.2.5 Pengaruh Persepsi Profesi Guru terhadap Minat Menjadi Guru
Hasil uji parsial uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel persepsi profesi guru terhadap minat menjadi guru adalah
0,000 yang berarti 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, Ha5 yang menyatakan bahwa “semakin baik persepsi mahasiswa kependidikan terhadap profesi guru,
maka akan semakin tinggi minat untuk menjadi guru
” diterima. Artinya bahwa persepsi profesi guru berpengaruh secara positif terhadap minat menjadi guru.
Dalam theory of planned behavior yang dikembangkan oleh Ajzen 1991:188, disebutkan bahwa terdapat tiga hal yang mempengaruhi minat
seseorang, salah satunya adalah subjective norm atau norma subyektif. Dalam norma subyektif, diungkapkan bahwa persepsi atau pandangan seseorang terhadap
117
sesuatu akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Seseorang yang belum memiliki
pengetahuan dan informasi tentang profesi guru, memandang bahwa profesi guru merupakan profesi yang kurang menjanjikan. Lulusan dari universitas yang
berbasis kependidikan dianggap seolah tak lebih kompeten bila dibandingkan dengan lulusan dari universitas non kependidikan. Namun bagi mahasiswa
kependidikan yang sedang mengikuti pendidikan keguruan, mahasiswa yang merupakan calon guru tersebut akan mendapat pemahaman mengenai hakikat
guru sebenarnya yang meliputi bagaimana tugas dan kewajiban guru, hak-hak yang dapat diperoleh saat menjadi guru, kompetensi-kompetensi yang harus
dimiliki guru, dan lain-lain. Mahasiswa akan belajar bagaimana menjadi guru yang dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik melalui berbagai
pembelajaran teoritis maupun praktik. Melalui serangkaian proses pendidikan guru tersebut, mahasiswa calon guru akan membangun kembali paradigma baru
tentang profesi guru, bahwa profesi guru tidak seperti yang dipersepsikan selama ini. Profesi guru merupakan profesi yang menjanjikan dan memiliki kompetensi
yang bisa dipertanggungjawabkan, sama seperti profesi-profesi lain di luar profesi guru. Dalam hal ini, persepsi mahasiswa kependidikan yang merupakan calon
guru akan mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru. Hasil uji determinasi secara parsial menunjukan bahwa besarnya pengaruh
persepsi profesi guru terhadap minat menjadi guru adalah 20,79. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyani 2014
dan Ibrahim 2014 yang menyatakan bahwa minat menjadi guru dipengaruhi oleh
118
fasilitas belajar sebesar 24,66 dan 39,3. Minat menjadi guru dalam penelitian ini selain berfungsi sebagai variabel eksogen yang memberi pengaruh terhadap
kesiapan menjadi guru, juga berfungsi sebagai variabel endogen yang dipengaruhi oleh variabel fasilitas belajar dan persepsi profesi guru.
4.2.6 Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap Kesiapan Menjadi Guru Melalui
Minat Menjadi Guru sebagai Variabel Intervening
Hasil perhitungan uji sobel fasilitas belajar terhadap kesiapan menjadi guru melalui minat menjadi guru menghasilkan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
2,674 1,651 dimana angka ini menjelaskan bahwa pengaruh tidak langsung tersebut
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa H a6 yang menyatakan bahwa “semakin
lengkap fasilitas belajar yang dimiliki mahasiswa kependidikan, maka akan semakin tinggi tingkat kesiapan menjadi guru melalui minat menjadi guru sebagai
variabel intervening” diterima. Artinya bahwa secara parsial variabel fasilitas belajar memberikan pengaruh baik secara langsung maupun secara tidak langsung
melalui minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru. Besarnya pengaruh tidak langsung fasilitas belajar terhadap kesiapan
menjai guru melalui minat menjadi guru sama dengan pengaruh langsung koefisien path dari fasilitas belajar terhadap minat menjadi guru dikalikan dengan
koefisien path dari minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru. Hasil perhitungan terhadap data penelitian diketahui bahwa pengaruh langsung fasilitas
belajar terhadap kesiapan menjadi guru sebesar 79,1 sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 46,8. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui
bahwa pengaruh langsung fasilitas belajar terhadap kesiapan menjadi guru lebih
119
besar bila dibandingkan pengaruh tidak langsung melalui minat menjadi guru. Oleh karena itu dalam hubungan antar fasilitas belajar dengan kesiapan menjadi
guru, variabel minat menjadi guru dapat disebut dengan variabel partial mediasi.
4.2.7 Pengaruh Persepsi Profesi Guru terhadap Kesiapan Menjadi Guru
Melalui Minat Menjadi Guru sebagai Variabel Intervening
Hasil perhitungan uji sobel persepsi profesi guru terhadap kesiapan menjadi guru melalui minat menjadi guru menghasilkan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
6,931 1,651 dimana angka ini menjelaskan bahwa pengaruh tidak langsung tersebut signifikan. Hal ini membuktikan bahwa Ha7 yang menyatakan bahwa
“semakin baik persepsi mahasiswa kependidikan terhadap profesi, maka akan semakin tinggi tingkat kesiapan menjadi guru melalui minat menjadi guru sebagai
variabel intervening” diterima. Artinya bahwa secara parsial variabel persepsi profesi guru memberikan pengaruh baik secara langsung maupun secara tidak
langsung melalui minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru. Besarnya pengaruh tidak langsung persepsi profesi guru terhadap kesiapan
menjai guru melalui minat menjadi guru sama dengan pengaruh langsung koefisien path dari persepsi profesi guru terhadap minat menjadi guru dikalikan
dengan koefisien path dari minat menjadi guru terhadap kesiapan menjadi guru. Hasil perhitungan terhadap data penelitian diketahui bahwa pengaruh persepsi
profesi guru terhadap kesiapan menjadi guru sebesar 11,5 sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 31,2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat
diketahui bahwa pengaruh tidak langsung persepsi profesi guru terhadap kesiapan menjadi guru melalui minat menjadi guru lebih besar bila dibandingkan pengaruh
120
langsung. Oleh karena itu dalam hubungan antar persepsi profesi guru dengan kesiapan menjadi guru, variabel minat menjadi guru dapat disebut dengan variabel
full mediasi.
121
BAB V PENUTUP