Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 84
Sumberdaya manusia SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global. Oleh karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas
yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global menjadi suatu keharusan. Tantangan globalisasi sudah pasti akan
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dalam era globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional, akan terjadi persaingan antar
negara termasuk di dalamnya persaingan kompetensi SDM. Globalisasi regional ASEAN menuntut SDM Indonesia harus siap berkompetisi
menghadapi ASEAN Free Trade Area AFTA dan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA atau ASEAN Economic Community
AEC pada tahun 2015. Pada saat pemberlakuan AFTA dan MEA, akan terjadi pembebasan arus barang, jasa dan tenaga kerja serta persaingan
dalam sektor perdagangan antar Negara ASEAN.
Dalam meghadapi bebasnya arus barang dan jasa serta persaingan tenaga kerja setelah pemberlakuan AFTA dan MEA pada tahun 2015,
kompetensi SDM Indonesia dirasakan masih relatif rendah baik di tingkat Internasional maupun ASEAN. Saat ini Indeks Pembangunan Manusia
IPM Indonesia berada pada peringkat ke-121 dari 187 negara di dunia. Peringkat tersebut berada jauh di bawah negara-negara tetangga seperti
Singapura peringkat 18, Malaysia peringkat 64, Thailand peringkat 103, dan Filipina peringkat 114. Selain itu daya saing SDM Indonsia
dengan negara-negara ASEAN lainnya masih tertinggal. Untuk mempengaruhi daya saing competitiveness suatu bangsa maka
penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK akan sangat menentukan.
Berdasarkan indeks
daya saing
global Global
Competitiveness Index,GCI yang dipublikasikan oleh World Economic Forum 2014, GCI Indonesia berada pada peringkat yang cukup rendah
peringkat 34 dari 144 negara bahkan lebih rendah dari negara-negara ASEAN seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Penyusunan GCI di
atas berdasarkan beberapa parameter, di antaranya adalah institusi, infrastruktur, pendidikan, kepuasan bisnis, kesiapan teknologi, dan
inovasi. Disebutkan dalam laporan tersebut, bahwa parameter kesiapan teknologi Indonesia ternyata menempati peringkat yang sangat rendah,
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 85
yakni pada peringkat 77. Adanya pergeseran paradigma pembangunan nasional yang semula lebih banyak mendasarkan kepada resources
based development menuju ke technology based development menuntut penguatan dalam kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK
untuk peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa.
IPTEK, sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam menjadi parameter penting dalam penguatan kompetisidaya saing industri. Karenanya,
pembangunan perekonomian yang berbasis kepada penguatan kompetisi industri memerlukan pemberdayaan ke tiga parameter tersebut.
Pengembangan kegiatan perekayasaan akan berkontribusi langsung dalam mewujudkan terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing untuk meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK bagi kemajuan bangsa dan Negara.
Dalam dunia usaha swasta dan sektor industri, Organisasi Tenaga Kerja Internasional ILO telah merintis program Sustaining Competitive and
Responsible Enterprises SCORE dalam peningkatan keterampilan dan keahlian kompetensi SDM skala Internasional berbasis Sain dan
Teknologi melalui Small and medium-sized enterprises SMEs atau UKM. Filosofi dan pendekatan program ini difokuskan pada keyakinan bahwa
pengelolaan kompetensi SDM melalui pendidikan dan pelatihan Diklat dengan menggunakan metode pelatihan di kelas classroom training yang
dikombinasikan dengan metode on job training magang industri akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan kompetisi yang lebih
baik. Secara global, program ILO-SCORE ini telah dilaksanakan pada tahun 2010 di tujuh negara, yaitu Indonesia, India, Cina, Afrika Selatan,
Ghana, Vietnam dan Kolombia.
Secara nasional masalah peningkatan kompetensi SDM telah mendapat perhatian serius dari pemerintah melalui implementasi “Program
Nawacita” khususnya pada program “Indonesia Pintar” program Nawacita ke-5 dengan menggunakan beberapa indikator keberhasilan program
diantaranya indikator
yang terkait
dengan bidang
pendidikan.
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 86
Pengembangan Kurikulum dan Standar Penilaian Pendidikan Nasional. Disamping program tersebut keseriusan pemerintah untuk peningkatan
kompetensi SDM juga terlihat pada program “Peningkatan Produktivitas Daya Saing Internasional” program Nawacita ke-6 dengan salah satu
indikator penting yang terkait dengan pengembangan teknologi yakni jumlah paket teknologi yang terimplementasi khususnya pada bidang
transportasi.
Disamping itu, terbitnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN, yang menitikberatkan pada pengembangan
karier PNS berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja dan kebutuhan dari Instansi menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan
sistem pembinaan PNS. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara menetapkan perubahan yakni : ASN sebagai profesi; Pengangkatan PNS
dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan obyektif antara kompetensi, kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan oleh
jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai; Setiap jabatan tertentu dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan
PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja; Pengembangan karier PNS berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja dan kebutuhan dari Instansi; Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi dan
persyaratan yang dibutuhkan jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai
kinerja PNS tanpa membedakan jender, suku, agama, ras dan golongan.
Sebagai salah satu lembaga negara yang memiliki tupoksi dalam pengkajian dan penerapan teknologi nasional, BPPT berkewajiban untuk
membantu kesuksesan Program Nawacita dalam peningkatan kapabilitas kompetensi SDM Indonesia, khususnya kapabilitas kompetensi SDM PNS
nasional berbasis teknologi, serta dengan amanat UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN. Hal ini sejalan dengan amanat nasional yang diemban oleh
BPPT sebagai Instansi Pembina Nasional Jabatan Fungsional Perekayasa
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 87
dan Teknisi Litkayasa, dimana dalam melaksanakan mandat tersebut BPPT telah menugaskan Pusbindiklat sebagai pelaksananya.
Dalam rangka pelaksanaan mandat pembinaan Jabatan Fungsional Perekayasa bagi seluruh PNS secara nasional, Pusbindiklat berkewajiban
meningkatkan dan pengembangan
kapabilitas kompetensi
SDM perekayasa dan teknisi litkayasa nasional yang memiliki kemampuan
menghasilkan karya inovasi teknologi yang berdaya saing global, minimal di Tingkat ASEAN.
Pengukuran Kinerja atas salah satu indikator kinerja dalam sasaran strategis BPPT, yaitu Meningkatnya prosentase kualitas SDM Perekayasa
dan Litkayasa nasional, sesuai target yang telah ditetapkan yaitu 5, dilakukan dengan cara membandingkan antara Jumlah Pemangku
Jabatan Fungsional Perekayasa Nasional dan Teknisi Litkayasa Nasional yang mengikuti diklat tahun 2015 dibandingkan dengan Jumlah Pemangku
Jabatan Fungsional Perekayasa Nasional dan Teknisi Litkayasa Nasional yang belum mengikuti diklat perekayasa dan diklat litkayasa.
Perhitungan Pencapaian Target 5 adalah sebagai berikut :
A. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Perekayasa Nasional Sumber : Database Pusbindiklat = 2332 orang
B. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Teknisi Litkayasa Nasional Sumber : Database Pusbindiklat = 2705 orang
C. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Perekayasa Nasional yang sudah mengikuti diklat sampai tahun 2014 Sumber : Database
Pusbindiklat = 1293 orang D. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Teknisi Litkayasa Nasional
yang sudah mengikuti diklat sampai tahun 2014 Sumber : Database Pusbindiklat = 287 orang
E. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Perekayasa Nasional yang mengikuti diklat 2015 Sumber : Database Pusbindiklat = 99 orang
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 88
F. Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Teknisi Litkayasa Nasional yang mengikuti diklat tahun 2015 Sumber : Database Pusbindiklat =
67 orang
Perhitungan pencapaian target indikator kinerja dilakukan dengan rumus :
E + F X 100
A+B – C+D
99 + 67 166
= =
= 4,8 2.332 + 2.705 – 1.293 + 287
3.457 Dari target indikator kinerja yaitu meningkatnya prosentase kualitas SDM
Perekayasa dan Litkayasa nasional sebanyak 5, tercapai 4,8. Pencapaian target indikator kinerja sebesar 4,8 dikarenakan terdapat 7
orang calon peserta diklat yang sudah terdaftar tetapi tidak jaditidak dapat mengikuti pelaksanaan kegiatan diklat tersebut, dari target peserta diklat
sebanyak 173 orang, yang mengikuti kegiatan diklat hanya 166 orang, sehingga capaian targetnya hanya 4,8.
Realisasi pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2015, meliputi :
1. Diklat jabatan fungsional perekayasa, dengan peserta perekayasa danatau calon perekayasa yang belum mengikuti kegiatan diklat
perekayasa, baik perekayasa danatau calon perekayasa yang berasal dari BPPT maupun dari KementerianLembaga lainnya.
2. Diklat jabatan fungsional teknisi litkayasa, dengan peserta teknisi litkayasa danatau calon teknisi litkayasa yang belum mengikuti
kegiatan diklat teknisi litkayasa, baik teknisi litkayasa danatau calon teknisi
litkayasa yang
berasal dari
BPPT maupun
dari KementerianLembaga lainnya.
3.
Diklat teknik penulisan karya tulis ilmiah, dengan peserta perekayasa danatau calon perekayasa, baik yang berasal dari BPPT maupun dari
KementerianLembaga lainnya.
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 89
Capaian kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja Utama : Meningkatnya
prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional, dengan target 5 adalah sebagai berikut:
1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100
Target =
Peningkatan 4,8 x
100 =
96 Peningkatan 5
Tabel 3.16 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IKU 1
Indikator Kinerja Target
Realisasi
Meningkatnya prosentase kualitas SDM Perekayasa dan
Litkayasa nasional
5 4,80
96
2 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis;
Realisasi capaian kinerja peningkatan kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional pada tahun 2015 sebesar 96, atau dengan kata
target peningkatan prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat
Perekayasa dan Litkayasa sebesar 5, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretarias Utama Tahun 2015,
tidak terpenuhi. Namun demikian, capaian kinerja sebesar 96 masih termasuk dalam kategori baik.
Realisasi kinerja pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa pada tahun 2015 sebesar 96, relatif masih sesuai dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 90
BPPT, yaitu dalam sasaran strategis Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan
teknologi, dengan Indikator dan target: Meningkatnya prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa dengan target 25; dimana
target prosentase peningkatan sebesar 25 pada tahun 2019 tersebut didistribusikan pada setiap tahunnya masing-masing sebesar 5.
Gambar. 3.10. Peningkatan Capaian Kinerja Menuju Target Akhir Sesuai Dokumen Renstra
3 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja;
Adanya Komitmen dan Dukungan yang kuat dari Pimpinan BPPT terhadap pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa, baik di
lingkungan internal
BPPT maupun
lingkungan eksternal
kementerianlembaga Dukungan dari seluruh Pimpinan dan Manajemen pihak eksternal
kementerianlembaga terhadap pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa.
Dukungan dari seluruh narasumberpengajar dalam pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa.
Sekretaris Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh Pusbindiklat, memiliki SDM yang kompeten dalam pelaksanaan diklat,
khususnya diklat perekayasa dan litkayasa.
Target Akhir :
peningkatan prosentase
kualitas SDM Perekayasa
dan Litkayasa sebesar 25
pd th 2019
2015
Pening- katan 5
2016
Pening- katan 5
2017
Pening- katan 5
2018
Pening- katan 5
2019
Pening- katan 5
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III
- 91
Sekretaris Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh Pusbindiklat, memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan
diklat, khususnya diklat perekayasa dan litkayasa.
4 Analisis programkegiatan
yang menunjang
keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja
ProgramKegiatan Diklat yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja antara lain :
1. Kegiatan Diklat Jabatan Fungsional Perekayasa 2. Kegiatan Diklat Jabatan Fungsional Perekayasa
3. Kegiatan Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III - 92
2. Meningkatnya produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna, dengan target 2.
Tabel 3.17. Sasaran Strategis, IKU, Target, ProgramKegiatan, Capaian Kinerja
Outcome
Sasaran Strategis :
Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Untuk Mendukung Inovasi dan Layanan Teknologi
Indikator Kinerja Utam IKU:
Meningkatnya produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna
Target :
2
Penjelasan Target IKU:
Pekerjaan Change Order CO dan Deviasi peralatan bisa memberikan klarifikasi biaya, peningkatan produksi, dan nilai tambah sebesar +- 2
di bidang Engineering, Procurement dan Construction
Program Kegiatan
Capaian Kinerja Outcome
Bukti Pendukung
BLU peningkatan produksi, dan
nilai tambah sebesar +- 2 di bidang Engineering,
Procurement dan Construction
Surat Keterangan Direktur Teknik dan
Pengembangan PT. Pupuk Kalimantan Timur
Pekerjaan Change Order CO dan Deviasi terhadap project specification pada Proyek Boiler di PT Pupuk Kalimantan Timur bermula dari
kebutuhan suplai power sumber listrik kepada kontraktor selaku pelaksana untuk menyediakan power suplai untuk boiler tersebut yang
tersedia di PT Kaltim Daya Mandiri PT KDM. Jarak antara PT KDM dan Boiler sekitar 2000 meter. Dalam pelaksanaannya PT KDM membangun
substation 33 KV untuk proyek boiler sehingga sumber listrik PT PKT tidak lagi dari PT KDM .
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III - 93
BPPT melakukan kajian tekno ekonomi dan evaluasi dari Pekerjaan Change Order CO dan Deviasi peralatan terhadap project specification
pada Boiler Batubara sehingga didapat kelayakan dari peralatan tersebut dan dari kajian teknis yang dilakukan oleh BPPT menyatakan bahwa
pekerjaan CO dan Deviasi peralatan bisa memberikan klarifikasi biaya, peningkatan produksi, dan nilai tambah sebesar +- 2 di bidang
Engineering, Procurement dan Construction sehingga pengurangan perkiraan biaya bisa dihitung.
Kajian tekno ekonomi dan evaluasi dari Pekerjaan Change Order CO dan Deviasi peralatan terhadap project specification pada Boiler
Batubara yang dikerjakan oleh tim BPPT :
Tahap I Evaluasi Tekno Ekonomi
terhadap Change Order dan Penyimpangan
terhadap Project Specification pada
Pembangunan Boiler Batubara
Deviasi : BFW Pump, Demin Pump
CO : Change of Jetty Position, Electrical
Sourse,Slope Protection at South of Boiler Plant, Add.Pipe Line for Tie-in
Ammonia Plant, Lab.Design. Tek.Ekonomi :
Uk Piping Interconnection
Tahap II Evaluasi Tekno Ekonomi
terhadap Change Order dan Penyimpangan
terhadap Project Specification pada
Pembangunan Boiler Batubara
BFWEBFW Pump, Demin Pump, Cooling Water Pump, Insulation,
CEMS,Elevator,HVAC,Slag Cooler,Chemical Injection Pump,
Drainage Pump,Transformer, Coal Bunker,Alat Berat Dermaga utk
CBU,Safety Valve,Let Down Valve,Deviasi
PID,EDG,Crusher,Conveyor,Coal Dome Alluminium Cladding, Acses
Road,Re Routing Steam Line CO: 2 item, Deviasi: 20 item
Tahap III Evaluasi Tekno Ekonomi
terhadap Change Order dan Penyimpangan
terhadap Project Specification pada
Pembangunan Boiler Batubara
CO : 9 Item Deviasi : 24 Item
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III - 94
Tahap IV Evaluasi Tekno Ekonomi
terhadap Change Order dan Penyimpangan
terhadap Project Specification pada
Pembangunan Boiler Batubara
CO : 24 Item
Evaluasi Performance Test Tahap VI
Evaluasi Isolasi RockwoolPyrogel
Tahap VII Analisa Keterlambatan
Waktu Tahap VIII
review terhadap nouvum data baru IKPT
TAHAP IX Evaluasi Tekno Ekonomi
terhadap CO dan Penyimpangan terhadap
Project Specification Pompa BFW 7 dan Cooling
Water
Capaian kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja Utama : Meningkatnya produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna, dengan target 2
adalah sebagai berikut :
1 Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini :
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100
Target
= Peningkatan produktivitas
nilai tambah sebesar 2 x
100 =
100 Peningkatan produktivitas
nilai tambah sebesar 2
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III - 95
Tabel 3.17 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IKU 2
Indikator Kinerja Target
Realisasi Program
Kegiatan Mitra
Meningkatnya produktivitasnilai
tambah industri mitra pengguna
2 2
100 BLU
PT Pupuk Kalimantan
Timur
2 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Faktor Penyebab Keberhasilan Peningkatan Kinerja : Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT terhadap
peningkatan produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna; Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja
BPPT yang terkait dengan peningkatan produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna;
Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja BPPT yang terkait dengan peningkatan produktivitasnilai tambah
industri mitra pengguna; BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam peningkatan
produktivitasnilai tambah industri mitra pengguna;
Adanya dukungan dari mitra kerjasama BPPT, khususnya dari PT. Pupuk Kalimantan Timur.
LAKIP BPPT TAHUN 2015 III - 96