29
Awalnya perkembangan Agama Islam berada di daerah sekitar Perdagangan dan Bandar Sihotang 1993:23.
Kemudian sekitar tahun 1903, Gereja Batak Toba HKBP yang berada dalam fase perkembangan kemudian berkembang hingga menjangkau masyarakat
di luar lingkungan mereka sendiri. Pada suatu konferensi yang dilakukan pada tahun tersebut diambil suatu keputusan untuk memulai karya misi pada
masyarakat Simalungun. Kelompok Kristen Simalungun yang masuk dari upaya ini pada awalnya hanya sekadar bagian dari Gereja Batak Toba dinamakan
HKBP-S. Namun pada tahun 1964 terjadi pemisahan dan lahirlah organisasi baru yang menamakan diri sebagai Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS.
Salah satu bagian integral dari proses Kristenisasi adalah berupa pendirian gereja- gereja dan sekolah-sekolah. Di sana anak-anak dan orang-orang dewasa dapat
belajar membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri dan kemudian dalam bahasa Indonesia.
2.7 Biografi Singkat Bapak J Badu Purba Siboro
Pada Sub Bab ini, penulis akan membahas tentang riwayat hidup bapak J Badu Purba, terutama yang berkaitan dengan peranan beliau sebagai pemusik dan
pembuat alat musik tradisioanal Simalungun di kota Pematangsiantar. Biografi yang akan dibahas disini hanya berupa biogarfi ringkas, artinya hanya memuat hal-hal
umum mengenai kehidupan bapak Martuah Saragih dimulai dari masa kecil hingga masa kehidupannya sekarang ini, temasuk pula pengalaman beliau sebagai pemusik
tradisional Simalungun, sebagai pembuat instrumen musik tradisional Simalungun, dan pengalaman berkesenian lainnya. Biografi yang di bahas di sini sebagain besar
adalah hasil wawancara dengan bapak J Badu Purba Soboro, dan juga wawancara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
dengan saudara-saudara beliau, sahabat-sahabat beliau dan keluarga beliau, dan juga beberapa musisi tradisional dan seniman musik. Hal ini dianggap perlu untuk
melengkapi dan menguji keabsahan biografi beliau. Bapak J Badu lahir di Siantar, pada tanggal 18-Februari-1942 yang berumur
72 tahun dan penganut agama nasrani. Bapak J Badu lahir dari pasangan Bapak alm Ismail Purba dan Ibu alm R.Damanik yang merupakan anak ke satu dari empat
bersaudara. Keterampilan bapak J badu dalam memainkan tulila diturunkan oleh ayahanda beliau yang merupakan seorang pemain sarunei. Tetapi untuk mempelajari
tulila bapak J badu belajar dengan kawan-kawan dan tidak boleh belajar dengan orangtuanya, untuk belajar dengan kawan-kawan cara bapak J badu adalah melihat,
mendengar, dan menghafal. Menurut hasil wawancara yang penulis dapatkan Mengapa anak tidak boleh belajar dengan orang tua, menurut ceritanya bahwa orang
tua yang memberikan langsung pengetahuan terhadap anak, maka umurnya akan pendek. Untuk permainan tulila bapak j badu melakukannya secara otodidak, dan
berumur tujuh tahun. Dan bermain secara professional sejak berumur 15 tahun. Secara lambat lambat laun beliau mulai bisa memainkan tulila dua atau riga repertoar
lagu. Pada saat ini bapak J badu telah menikah, yang diadakan pernikahan bapak J
badu pada tanggal 20-Juli-2002, dan memiliki istri yang bernama Saptaria Sri Rejeki Purnami dan bapak J tidak memiki anak. Pendidikan terakhir bapak J badu adalah
SGA Sekolah Guru A. Dulunya bapak J badu mempunyai group yaitu dotorsi dan harungguan.
Bapak J badu Masuk ke group dotorsi pada tahun 1961 dan Harungguan pada tahun 1971. Didalam group inilah bapak J badu memperdalam mempelajari tulila, sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
bapak J badu dipercaya didalm group partulila utama di dalam group sampai sekarang. Awal mulanya bapak J badu memainkan alat musik adalah gondang dua.
Dalam proses pembuatan satu buah tulila, apabila tulila ini harus disiapkan maka membutuhkan waktu satu hari, apabila dilakukan dengan cara normal
membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Menurut pengakuan beberapa Partulila Simalungun yang penulis jumpai, tulila buatan bapak J badu ini telah banyak
digunakan. Baik oleh partulila yang baru belajar maupun partulila yang sudah profesional. Mereka beranggapan bahwa selain bapak J badu mahir memainkan
tulilanya, kualitas dari tulila buatannya juga dinilai baik. Menurut beliau yang bnayak memesan tulila beliau adalah orang-orang mempelajari tulila Simalungun.
Banyak even-even acara-acara di kota Pematang Siantar maupun di beberapa Negara yang telah dijalani oleh bapak j badu dalam kariernya sebagai pemusik,
diantaranya PRSU Pekan Raya Sumatera Utara Medan, dan Senayan Jakarta,
untuk di luar negeri bapak j badu memainkan gonrang sidua-dua. Beliau adalah partulila yang telah dikenal oleh masyarakat dikota pematang siantar khususnya
masyarakat simalungun. Beliau juga telah banyak mendapatkan berbagai penghargaan dari pemerintah
khususnya untuk simalungun, diantaranya adalah piagam penghargaan dari Program Revitalisasi musik Tradisi Sumatera Utara pada tahun 2007-2008 sebagai instruktur,
dengan kerjasama Universitas Sumatera Utara dan The Ford Foundation Jakarta dan Pemberian Penghargaan Kepada Seniman Berprestasi di Sumut dan kerjasama Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Walaupun demikian, menjadi peniup dan pembuat tulila bukanlah pekerjaan
tetap beliau. Pekerjaan tetap beliau adalah PNS Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Simalungun dan sekarang bapak J badu adalah salah satu pengurus
Museum Siantar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
BAB III KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA SIMALUNGUN
3.1 Klasifikasi Tulila Simalungun
Dalam mengklasifikasikan tulila Simalungun, penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel 1961 yaitu :
“sistem pengklasifikasian alat musik yang berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu :
Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, Membranofon, penggetar
utama bunyinya adalah kulit atau membran, Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai”.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka tulila simalungun diklasifikasikan sebagai alat musik aerofon yang sumber suaranya adalah berasal dari udara. Tulila
merupakan jenis alat musik tiup dari kayu, wind instrument , tulila juga memakai lidah sebagai penggetar udara untuk menghasilkan bunyi reed aerofon
. Bila dilihat dari bagian ujung kebagian pangkalnya, maka lebih besar bagian ujung dari pada pangkalnya.
Tabel 1 Klasifikasi instrumen musik tulila
3.1 Aeropon
3.2 End Blown Flute
3.2.1 Wind Instrument
3.2.1.2 Circular Breating
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA