Epidemiologi Faktor Resiko Penyakit Arteri Perifer

merupakan suatu prediktor adanya kejadian kardiovaskular seperti miokard infark atau stroke dan kelainan vaskuler berhubungan kematian Stoyioglau A, Jaff MR, 2004

2.3.1 Epidemiologi

Pada penduduk Amerika, penyakit arteri perifer hampir mencapai 8-12 juta orang dan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Di Amerika Serikat terdapat 4,3 individu usia di atas 40 tahun dan 14,5 di atas 70 tahun yang mendapat PAP. Studi epidemiologi mendapatkan angka prevalensi berkisar 1,6-12, sedangkan beberapa studi lain mendeteksi penyakit tersebut dengan tes noninvasif mendapatkan prevalensi sebesar 3,8-33 Norgren L et al, 2007 Prevalensi PAP meningkat tajam sesuai dengan pertambahan usia, dari 3 pada pasien 60 tahun hingga 20 pada pasien 75 tahun. Pada Framingham Heart Study didapati usia ≥65 tahun meningkatkan resiko PAP. Meskipun PAP didapati juga pada usia ≤50 tahun, tetapi jumlah kasusnya sangat kecil. Prevalensi PAP sangat bervariasi, bergantung pada populasi mana yang diteliti. Di Amerika Serikat, prevalensinya pada penderita yang baru menjalani hemodialisis berkisar antara 14-15. Berdasarkan HEMO study dan USRDS, pada penderita yang menjalani hemodialisis kronis, prevalensinya meningkat menjadi 25 O’hare et al, 2002.

2.3.2. Faktor Resiko

Menurut Penelitian Framingham Heart Study, Cardiovascular Health Study, PAD Awareness, Risk and Treatment: New Resources for Survival PARTNERS program, NHANES dan Atherosclerosis Risk in Communities ARIC Study, menyatakan bahawa faktor resiko utama PAP yaitu peningkatan usia, merokok, diabetes melitus, dislipidemia dan hipertensi. a. Usia Universitas Sumatera Utara Prevalensi PAP meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada Framingham Heart Study mendapati peningkatan resiko PAP terjadi pada usia ≥65 tahun. NHANES mendapatkan hubungan yang kuat antara bertambahnya usia ≥70 tahun dan prevalensi PAP dimana pada usia 40 tahun prevalensinya hanya 4,3 dibandingkan dengan usia 70 tahun atau lebih menjadi 14,5. Criqui dkk melaporkan bahwa prevalensi PAP dengan ABI normal 2-3 pada individu dengan usia ≤ 50 tahun dibanding usia 75 tahun atau lebih yang menjadi 20. PARTNERS program mendapatkan prevalensinya pada individu yang berusia di atas 70 tahun adalah 29. b. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang sangat penting terjadi PAP dan komplikasinya : intermitten claudicatio dan critical limb ischemia. Merokok meningkatkan resiko terjadinya PAP 4 kali lipat. Jumlah dan lamanya merokok berhubungan secara langsung dengan progresifitas PAP Meijer WT et al, 2007. Peranannya adalah efek aterogenik dari rokok. Gabungan aktivasi dari sistem simpatetik, efek vasokonstriksi, oksidasi dari LDL kolesterol, penghambatan pembebasan dari plasminogen aktivator dari endothelium, peningkatan kadar fibrinogen, peningkatan aktivitas trombosit, peningkatan ekspresi dari faktor jaringan, dan disfungsi endotel merupakan efek aterogenik dari rokok Asgeirsdottir, L.P., Agnarssonv, U., Jonsson, G.S., 2001. Perbandingan merokok dan tidak merokok pada PAP didapati dua kali lebih sering untuk dilakuan amputasi dan terjadi critical limb ischemia pada yang merokok. Hubungan merokok dan PAP dua kali lebih kuat dibandingkan antara merokok dan penyakit jantung koroner. c. Diabetes Melitus Diabetes melitus meningkatkan resiko PAP asimptomatik atau simptomatik PAP sebanyak 1,5-4 kali lipat dan berhubungan dengan kejadian kardiovaskular dan mortalitas pada individu dengan PAP. Universitas Sumatera Utara Pada Framingham heart study, didapati 20 pasien PAP yang simptomatik menderita diabetes. Diagnosa PAP dengan menggunakan ABI oleh NHANES mendapati 26 menderita diabetes, sementara Edinburgh Artery Study yang menggunakan kuesioner WHO atau nilai ABI 0,90 mendapati prevalensi PAP lebih tinggi pada penderita diabetes 20,6 berbanding pada kadar glukosa yang normal 12,5. Pada pasien diabetes, prevalensi PAP berhubungan dengan usia dan lamanya menderita diabetes. Tingkat keparahan diabetes berperan penting dalam terjadi PAP. Terdapat 28 peningkatan resiko PAP pada setiap peningkatan HbA1C dan lamanya menderita hiperglikemi Bartholomew JR, Olin JW, 2006 . Penyakit oklusi pada arteri tibialis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan diabetes. Mikroangiopati atau neuropati lebih sering dialami oleh pasien diabetes dengan PAP yang menyebabkan gangguan penyembuhan luka. Pasien PAP dengan diabetes mempunyai resiko tinggi terjadi ulus iskemik dan gangren. d. Dislipidemia Studi PARTNERS menemukan prevalensi PAP meningkat 77 pada pasien dislipidemia. Menurut Framingham Heart Study, terjadi peningkatan dua kali lipat pada intermitten claudication apabila terjadi peningkatan kolesterol total. Bentuk dislipidemia paling sering pada pasien PAP adalah kombinasi penurunan HDL kolesterol dengan peningkatan trigliserida yang sering didapati pada pasien sindroma metabolik dan diabetes. Pada Cardiovascular Health study keduanya didapati berhubungan dengan penurunan nilai ABI. ARIC study dan Edinburgh Artery Study pada pasien diabetes didapati hanya peningkatan trigliserida yang berhubungan dengan PAP Bartholomew JR, Olin JW, 2006. e. Hipertensi Hampir semua penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan yang erat antara hipertensi dengan PAP, dimana 50-92 didapati PAP dengan hipertensi. Pada penelitian NHANES dan PARTNERS melaporkan hubungan PAP dengan hipertensi masing-masing 74 dan 92. Cardiovascular Health Study melaporkan 52 pasien Universitas Sumatera Utara dengan nilai ABI kurang dari 0,90 menghidap tekanan darah tinggi. Peningkatan 2,5- 4 kali lipat resiko klaudikasio intermiten pada pria dan wanita dengan hipertensi diperoleh dari Framingham Study. Pada Systolic Hypertension in Elderly SHEP melaporkan 25,5 partisipan dengan nilai ABI 0,90. The Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure menyatakan bahwa PAP merupakan faktor ekuivalen terjadi penyakit jantung koroner. Pasien dengan hipertensi dan PAP mempunyai resiko yang tinggi terjadi strok dan miokard infark. f. Lama HD Prevalensi PAP sangat bervariasi, bergantung pada populasi mana yang diteliti. Berdasarkan HEMO study dan USRDS di Amerika Serikat, prevalensinya pada penderita yang baru menjalani hemodialisis berkisar antara 14-15. Sedang pada penderita yang menjalani telah hemodialisis kronis, prevalensinya meningkat menjadi 25.

2.3.3. Patofisiologi

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Feritin Serum dengan Inflamasi, Nutrisi dan Besi pada Pasien-pasien Hemodialisis Reguler di Medan, Sumatera Utara

2 45 67

HUBUNGAN ANTARA DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT ARTERI PERIFER DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN PUCANGAN Hubungan Antara Diabetes Melitus Dengan Penyakit Arteri Perifer Di Posyandu Lansia Kelurahan Pucangan.

0 2 19

HUBUNGAN ANTARA KADAR KALSIUM, FOSFAT DAN PRODUK KALSIUM-FOSFAT DENGAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK PRADIALISIS.

0 2 20

HUBUNGAN ANTARA STATUS DIABETES MELITUS DENGAN STATUS PENYAKIT ARTERI PERIFER (PAP) PADA PASIEN HIPERTENSI ipi364961

0 0 11

Hubungan antara Kadar Kalsium, Fosfor dan Produk Kalsium Fosfor Serum dengan Skor Pruritus pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 2 13

Hubungan antara Kadar Kalsium, Fosfor dan Produk Kalsium Fosfor Serum dengan Skor Pruritus pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 2

Hubungan antara Kadar Kalsium, Fosfor dan Produk Kalsium Fosfor Serum dengan Skor Pruritus pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 5

Hubungan antara Kadar Kalsium, Fosfor dan Produk Kalsium Fosfor Serum dengan Skor Pruritus pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 27

2. Anggota PKPMI 3. Anggota KKIM - Hubungan Antara Perkalian Produk Kalsium dan Fosfat Serum dengan Penyakit Arteri Perifer Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 1 38

Hubungan Antara Perkalian Produk Kalsium dan Fosfat Serum dengan Penyakit Arteri Perifer Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 15