Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

6

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode arus biaya, nilai persediaan, dan profit margin secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan? 2. Faktor mana sajakah diantara penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin yang secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin secara simultan terhadap nilai perusahaan. 2. Untuk mengetahui faktor manakah di antara penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin yang mempunyai pengaruh parsial yang dominan terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara 7

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya. 3. Bagi manajemen perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil kebijakan penggunaan metode dalam menentukan akuntansi persediaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. 4. Bagi investor, sebagai tambahan informasi demi ketepatan keputusan investasi yang diambil. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Persediaan

Persediaan digunakan untuk mengindikasikan 1 barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan; dan 2 bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu Fess et al, 2006:452. Menurut PSAK No. 14, persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. Dalam proses produksi danatau dalam perjalanan; atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan terdiri dari barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk diperjualbelikan, serta bahan baku dan bahan pembantu yang dipakai dalam proses produksi dari barang yang akan dijual. Pada perusahaan dagang, persediaan merupakan produk yang siap jual tanpa harus melewati proses produksi terlebih dahulu. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, sebelum dijual barang harus melewati proses produksi terlebih dahulu. Untuk itu dalam perusahaan manufaktur, persediaan dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu persediaan barang jadi, persediaan barang dalam proses, dan persediaan bahan baku. Universitas Sumatera Utara 9 Persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan, oleh karena itu persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aset operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba. Persediaan termasuk ke dalam aset lancar, karena persediaan dapat dikonversikan ke dalam kas dalam suatu daur kegiatan usaha perusahaan. 2.1.2 Sistem Pencatatan Persediaan 2.1.2.1 Sistem Pencatatan Periodik Kieso et al 2011:410 menyatakan bahwa , “sistem periodik mencatat semua perolehan persediaan selama periode akuntansi dengan mendebit rekening pembelian. Kemudian perusahaan menambahkan total dalam akun pembelian di akhir dari periode akuntansi untuk biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode tersebut”. Disebut sistem periodik karena persediaan akan diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusunan laporan keuangan.

2.1.2.2 Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual

Kieso et al 2011:409-410 menyatakan bahwa , “sistem persediaan perpetual secara terus menerus menelusuri perubahan dalam akun persediaan. Yakni, perusahaan mencatat semua pembelian dan penjualan barang secara langsung di akun persediaan pada saat terjadinya”. Disebut sistem perpetual karena Universitas Sumatera Utara 10 pencatatan persediaan dilakukan secara kontinyu, baik untuk jumlahnya maupun harga pokoknya, dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Meskipun nilai persediaan akhir dapat diketahui tanpa harus melakukan pemeriksaan fisik, namun pemeriksaan fisik tetap dapat dilakukan untuk menyesuaikan antara catatan persediaan dengan pemeriksaan fisik.

2.1.3 Metode Perhitungan Biaya Persediaan

Perlunya ditetapkan metode perhitungan biaya persediaan dikarenakan untuk menghindari munculnya masalah akuntansi jika unit- unit barang sejenis diperoleh dengan harga yang berbeda-beda dalam satu periode. Dalam kasus seperti ini, pada saat barang akan dijual kembali perusahaan perlu menentukan biaya per unit agar nantinya dapat dibuat jurnal akuntansi yang tepat. Metode perhitungan biaya persediaan yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Metode Identifikasi Khusus

Dyckman et al 2000:392 meny atakan bahwa, “metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu”. Karena harus memberi kode khusus untuk setiap barang, maka penggunaan metode ini menjadi Universitas Sumatera Utara 11 tidak praktis, misalnya bila barang yang terlibat berjumlah besar dan sejenis. Akan sangat susah untuk mengidentifikasi barang- barang yang identik dengan akurat, kecuali barang-barang seperti mobil yang memang sudah memiliki nomor seri yang berbeda antara mobil satu dengan lainnya, atau untuk perhiasan dan juga barang-barang seni seperti lukisan.

2.1.3.2 Metode FIFO First In First Out

Dalam metode FIFO, arus biaya searah dengan urutan terjadinya biaya, sehingga persediaan akhir terdiri atas harga pokok dari pembelian terakhir Fess et al, 2006:457. Sebagian besar perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah, seperti bahan makanan dan obat-obatan. Jadi, metode FIFO dapat dikatakan konsisten dengan pergerakan fisik barang dagang. Selain itu, karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya, maka FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan. Namun metode FIFO gagal untuk mencocokkan biaya saat ini terhadap pendapatan saat ini pada laporan laba rugi. Perusahaan membebankan biaya yang lama terhadap pendapatan saat ini, yang kemungkinan menyebabkan distorsi antara laba kotor dan laba bersih Keiso et al, 2011 : 423. Universitas Sumatera Utara 12

2.1.3.3 Metode LIFO Last In First Out

Belakangan metode LIFO ini tidak digunakan lagi sesuai dengan PSAK No.14 revisi 2008 dan Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008, yang hanya memperbolehkan perusahaan menggunakan metode FIFO dan metode rata-rata. Dan hal ini sejalan dengan IFRS International Financial Reporting Standards yang tidak memperbolehkan metode LIFO untuk tujuan laporan keungan disebabkan pernyataan IASB International Accounting Standard Board yang menyatakan bahwa metode LIFO tidak memberikan representasi yang handal mengenai aliran persediaan secara faktual. Dalam metode LIFO, persediaan yang masuk terakhir akan dikeluarkan pertama kali dari gudang. Tujuannya adalah untuk membebankan biaya dari pembelian terakhir dan memberikan biaya yang paling tua pada akun persediaan. Dengan menggunakan metode LIFO akan mudah untuk menandingkan biaya dengan pendapatan saat ini, selain itu laba operasi tidak tercemar oleh untung rugi dari fluktuasi harga. Namun, pernggunaan metode LIFO ini bertentangan dengan aliran fisik persediaan sesungguhnya.

2.1.3.4 Metode Rata-rata

Dalam sistem pencatatan perpetual metode biaya rata-rata yang digunakan disebut dengan metode biaya rata-rata bergerak. Universitas Sumatera Utara 13 Biaya per unit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian selanjutnya dilakukan dan biaya rata-rata yang baru dihitung kembali Fess et al, 2006:462. Karena dicatat setiap kali terjadinya transaksi, maka metode biaya rata-rata dipandang konsisten dan sulit untuk dimanipulasi. Dalam sistem pencatatan periodik metode biaya rata-rata yang digunakan disebut dengan metode biaya rata-rata tertimbang. Biaya-biaya dibandingkan terhadap pendapatan sesuai dengan rata- rata per unit harga pokok penjualan. Biaya rata-rata tertimbang yang sama akan digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang dagang pada akhir periode Fess et al, 2006:466. Perhitungan biaya maupun penjualan barang dagang disini tidak perlu memperhatikan urutan pembeliannya. Metode biaya rata-rata dapat dianggap sebagai metode yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang. Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana Universitas Sumatera Utara 14 terdapat kenaikan atau penurunan harga yang cepat Stice et al, 2009 : 588.

2.1.4 Nilai Persediaan

Perusahaan yang merupakan aset inti dalam sebuah perusahaan, merupakan modal kerja yang akan selalu berputar dan secara terus menerus akan mengalami perubahan dalam jumlahnya. Kesalahan dalam investasi persediaan akan berdampak pada kelancaran operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi besar kemungkinannya mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi pada kapasitas rendah yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya Riyanto, 1990 dalam Puspitanigtyas 2002. Sebaliknya, apabila persediaan terlalu besar maka konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan adalah lambatnya perputaran persediaan. Lambatnya perputaran persediaan nantinya akan berdampak pada biaya-biaya yang akan ditanggung perusahaan karena memiliki persediaan tersebut. Biaya- biaya itu antara lain adalah biaya untuk pemeliharaan dan penyimpanan persediaan. Selain itu perusahaan juga akan menanggung risiko apabila suatu saat persediaan yang berlebih ini akan usang. Namun, sisi positifnya dari memiliki persediaan yang besar tentu saja perusahaan akan mampu memenuhi pesanan dengan cepat. Oleh sebab itu, berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin Universitas Sumatera Utara 15 terjadi jika kehabisan persediaan Husna dan Pudjiastuti, 1996 dalam Purwanto 2005. Pentingnya keberhasilan perusahaan dalam menentukan besarnya investasi pada persediaan nantinya akan mempengaruhi respon investor, yang menginginkan modalnya ditanam dalam sebuah perusahaan yang baik. Apabila investor nantinya tertarik duntuk berinvestasi, maka hal ini dapat menaikkan harga saham perusahaan, yang juga mencerminkan kenaikan nilai perusahaan.

2.1.5 Profit Margin

Rasio profit margin menurut Riyanto 1999:37 adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Menurut pendapat Hariyadi 2002:297, rasio profit margin merupakan kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Semakin rendah biaya per rupiah penjualan, semakin tinggi pula margin yang diperoleh. Profit margin sendiri berfungsi untuk memberikan gambaran yang terjadi di industri perusahaan dan juga untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan mengontrol berbagai biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dari fungsi tersebut, profit margin dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham. Makin rendah biaya operasi penjualan, makin tinggi profit margin yang diperoleh. Sofyan Safri Harahap 2007:304 mengatakan, “angka ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara 16 berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi”. Perusahaan dengan profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis mengindikasikan posisi perusahaan yang kuat di mata konsumen, dan efisiensi dalam pengelolaan biaya. Ronen dan Sadan 1997:84 dalam Situmorang 2011 menyatakan bahwa, “laba yang stabil memfasilitasi para manajer untuk memprediksi secara lebih baik aliran kas masa depan yang didasarkan pada nilai perusahaan”. Investor perlu mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka investor dapat menilai apakah perusahaan tersebut profitable atau tidak. Dengan demikian, perusahaan akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

2.1.6 Nilai Perusahaan

Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan laba yang optimum dan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta untuk mengembangkan usahanya. Dengan laba yang optimum, maka perusahaan dapat memaksimalkan nilai pemegang sahamnya. Nilai pemegang saham berbanding lurus dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi pula Universitas Sumatera Utara 17 kemakmuran pemegang saham. Sehingga dengan kata lain, dengan laba yang optimum maka perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan sehingga akhirnya dapat memaksimalkan nilai pemegang saham. Sejalan dengan itu, Levy dan Sarnat 1990:2 merinci tujuan perusahaan yaitu sebagai berikut: 1. Memaksimalkan laba 2. Memaksimalkan penjualan 3. Mempertahankan eksistensi perusahaan 4. Mencapai tingkat laba tertentu yang memuaskan 5. Mencapai pangsa pasar tertentu 6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan 7. Kedamaian internal adanya pertentangan di antara jajaran manajemen 8. Memaksimalkan kesejahteraan manajemen Dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perusahaan selain untuk memaksimalkan laba juga untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Disini terlihat sebegitu pentingnya nilai perusahaan, sehingga menjadikannya tujuan utama bagi setiap perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas ekuitas perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Van Horne 1998 dalam Silaban 2013 bahwa “firm value is represented by the market price of the company’s common stock” yaitu nilai perusahaan ditunjukkan dari harga saham perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Universitas Sumatera Utara 18 Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemililk perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Endang Puspitaningtyas 2002 Analisis pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap market value Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value. Metode arus biaya Universitas Sumatera Utara 19 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta market value. persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value. Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value. Profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap market value. 2. Yudha Putriani Purwanto 2005 Analisis pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh Universitas Sumatera Utara 20 persediaan dan gross profit margin terhadap market value gross profit margin. Variabel dependen adalah market value. secara signifikan terhadap market value perusahaan. Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value. Gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value. Universitas Sumatera Utara 21 Seluruh variabel independen metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen market value sebesar 42.7. Sedangkan sisanya 100- 42.7=57.3 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan di dalam model. 3. Ika Ratna Sari 2007 Analisis pengaruh Variabel independen Profit margin dan metode arus Universitas Sumatera Utara 22 penerapan profit margin dan metode arus biaya persediaan terhadap market value studi kasus pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004- 2005 adalah profit margin dan metode arus biaya persediaan . Variabel dependen adalah market value. persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value. Profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market value. Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value. 4. Artha Situmorang 2011 Analisis pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya Universitas Sumatera Utara 23 persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah nilai perusahaan. persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara 24

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

4 72 95

Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

19 125 93

Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )

0 45 77

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DAN GROSS PROFIT MARGIN TERHADAP MARKET VALUE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA

0 29 8

ANALISIS PENGARUH PROFIT MARGIN DAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP MARKET VALUE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI.

0 4 30

Analisis Pengaruh Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value.

0 0 1

Analisis Pengaruh Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value.

1 2 84

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 11

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

0 0 13