data primer maupun sekunder yang didapat dari survey lapangan maupun yang diperoleh dari instansi yang terkait, 4 pengecekan kelengkapan data untuk
mengetahui bahwa data yang, diperlukan benar benar sudah lengkap, sehingga analisis data dapat dilakukan, 5 pengolahan data dilakukan untuk menghasilkan
alternatif penyelesaian masalah tersebut. 6 menentukan alternatif yang akan dipilih yang didasarkan pertimbangan teknis dan non teknis, 7 melakukan perencanaan dan
perhitungan alternatif yang telah ditentukan sesuai dengan rencana kerja dan syarat, serta dilakukan perhitungan rencana anggaran biaya.
Untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan adanya bencana banjir tersebut, dibutuhkan manajemen yang baik sehingga tercapai hasil yang efektif dan
efisien. Kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana menghadapi banjir dapat memanfaatkan sumber daya organisasi suntuk menggerakkan semua kegiatan sektor
dalam hal memberikan bantuan dan penanganan yang efektif dan segera serta pelaksanaan upaya untuk mengurangi besarnya masalah yang ditimbulkan dari
bencana. sehingga dipandang penting dilakukan penelitian tentang sumber daya organisasi terhadap kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam
menghadapi bencana banjir di Kabupaten Aceh Timur.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: Apakah sumber daya organisasi yang meliputi personil, sarana atau peralatan dan
Universitas Sumatera Utara
dana berpengaruh terhadap kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana banjir di Kabupaten Aceh Timur?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sumber daya organisasi meliputi personil, sarana atau peralatan dan dana terhadap kesiapsiagaan
petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana banjir di Kabupaten Aceh Timur.
1.4 Hipotesis
Sumber daya organisasi meliputi personil, sarana atau peralatan dan dana berpengaruh terhadap kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam
menghadapi bencana banjir di Kabupaten Aceh Timur. 1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi BPBD Kabupaten Aceh Timur dalam upaya melengkapi sumber daya organisasi
untuk meningkatkan kesiapsiagaan petugas
penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana banjir. 2. Sebagai bahan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang didasari pada teori
dan analisis terhadap kajian praktis tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesiapsiagaan Petugas dalam Menghadapi Bencana Banjir
Menurut Sutton 2006 penilaian kemampuan kesiapsiagaan bencana secara umum yaitu Capabality Assesment of Readiness yang berisikan eleman sebagai
berikut: a Hukum dan wewenang, b Identifikasi bahaya dan penilaian risiko, c Mitigasi bencana, d Manajemen sumber daya, e Arah, kontrol dan koordinasi,
f Komunikasi dan peringatan, g Operasi dan prosedur, h Logistik dan fasilitas, i Pelatihan, evaluasi dan tindakan korektif, j Krisis komunikasi, pendidikan umum
dan informasi serta k Keuangan dan administrasi. Menurut LIPI–UNESCOISDR 2006, bahwa salah satu stakeholders utama
dalam penanggulangan bencana adalah pemerintah yang secara struktural pada tingkat kabupatenkota merupakan tugas dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah KabupatenKota. Dengan demikian kajian tentang kesiapsiagaan dalam penelitian ini difokuskan pada kesiapsiagaan petugas pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah dalam menghadapi bencana banjir.
2.1.1 Pengertian Kesiapsiagaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kesiapsiagaan sebagai ‘keadaan siap siaga’. Berasal dari kata dasar ‘siap siaga’, yang berarti ‘siap untuk
digunakan atau untuk bertindak’. Dalam Bahasa Inggris, padanan kata ‘kesiapsiagaan’ adalah preparedness. Sementara definisi yang diberikan Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya
korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Konsep kesiapsiagaan memiliki berbagai dimensi yang didukung oleh sejumlah
aktivitas. Dimensi dari kesiapsiagaan mencakup berbagai tujuan atau pernyataan akhir bahwa kesiapsiagaan berusaha untuk dicapai. Kegiatan-kegiatan adalah
tindakan-tindakan nyata yang perlu untuk diambil dalam rangka menemukan tujuan- tujuan tersebut. Sumber-sumber bervariasi dalam hal bagaimana dimensi-dimensi
tersebut dan aktivitas-aktivitas yang didefinisikan Sutton dan Tierney, 2006 Kesiapsiagaan preparedness menghadapi banjir adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif, yang
dilakukan tenaga ahli dan personil atau tenaga lapangan. Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumberdaya air antara lain
bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir. Kelompok
tenaga lapangan dalam pelaksanaan pengendalian banjir dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan
Colombo, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan
Menurut Sutton 2006 dimensi kesiapsiagaan bencana meliputi : penilaian bencana, manajemen arahan dan koordinasi, respons perencanaan dan kesepakatan
secara formal dan informal, dukungan sumebr daya, fasilitas proteksi, penanggulangan kegawatdaruratan dan fungsi perbaikan serta inisiatif untuk
pemulihan. Masing-masing dimensi memiliki jenis kegiatan yang disesuaikan dengan dimensi yang di maksud.
Menurut LIPI–UNESCOISDR 2006 terdapat 5 faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam, seperti bencana banjir, yaitu: a pengetahuan
dan sikap terhadap resiko bencana, b Kebijakan dan Panduan, c Rencana untuk Keadaan Darurat Bencana, d Sistim Peringatan Bencana dan e Kemampuan untuk
Memobilisasi Sumber Daya. Ke lima faktor kritis ini kemudian disepakati menjadi parameter dalam assessment framework, yaitu : LIPI–UNESCOISDR, 2006.
a. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian
masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah pesisir yang rentan terhadap bencana
alam.
Universitas Sumatera Utara
b. Parameter ke dua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan
kegiatan siaga bencana. Kebijakan yang signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik, emergency planning, sistim peringatan
bencana dan mobilisasi sumber daya, termasuk pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas-fasilitas penting untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan-
kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti: SK atau Perda
yang disertai dengan job description yang jelas. Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan optimal, maka dibutuhkan panduanpanduan
operasionalnya. c.
Parameter ke tiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana alam. Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama berkaitan dengan
evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama ada saat terjadi bencana dan
hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari pihak luar datang.
d. Parameter ke empat berkaitan dengan sistim peringatan bencana. Sistim ini
meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat
untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu
Universitas Sumatera Utara
diperlukan latihan dan simulasi, apa yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu
tertentu, sesuai dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan.
e. Parameter ke lima yaitu: mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang tersedia,
baik sumber daya manusia SDM, maupun pendanaan dan sarana – prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat mendukung atau
sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial.
2.1.3 Upaya Dilakukan Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain
BNPB, 2008: 1.
Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya. 2.
Pelatihan siagasimulasigladiteknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum.
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdayalogistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
Universitas Sumatera Utara
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini early warning
7. Penyusunan rencana kontinjensi contingency plan
8. Mobilisasi sumber daya personil dan prasaranasarana peralatan
2.1.4 Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir
Ada beberapa tahapan kesiapsiagaan petugas dalam menghadapi bencana banjir yaitu sebagai berikut
a. Tahap Sebelum Terjadi Banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir meliputi: a penyebarluasan peraturan perundang-
undanganinformasi-informasi baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Daerah berkaitan dengan masalah banjir, b pemantauan lokasi-
lokasi rawan kritis secara terus menerus, c optimasi pengoperasian prasaranan dan sarana d penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman bahaya
dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, e peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan menejemen pengendalian
banjir dengan menyiapkan dukungan sumberdaya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar selalu
siap sedia mengendalikan ancaman bahaya, f persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman. g penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat seperti
karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya seperti pasir, batu dan disediakan pada lokasi yang diperkirakan rawankritis. h penyediaan
peralatan berat backhoeexcarator, truk, buldozer, dan lain-lain dan
Universitas Sumatera Utara
1 Bahaya
I Siaga I
Merah Ditetapkan sesuai
dengan kondisi sungai
Terus Menerus
Maks 1 jam
Sirene, Kentongan, atau
yang sejenis 2
Bahaya II
Siaga II Kuning
Ditetapkan sesuai dengan kondisi
sungai I jam
Maks 3 jam
Sirene, Kentongan, atau
yang sejenis 3
Bahaya III
Siaga III Hijau
Ditetapkan sesuai dengan kondisi
sungai 2 jam
Maks 6 jam
Sirene, Kentongan, atau
yang sejenis
Sumber : SDC 2009
.
Tabel 2.1 Tingkat Siaga dan Pemberitaan Banjir Selang
Waktu
Pengamatan GawarPemberitaan
Selang Waktu
Isyarat No
Tingka t
Bahaya Tingkat
Siaga Tinggi Jagaan
Air Sungai
disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi SDC, 2009.
b. Saat Terjadi Banjir
Kegiatan yang dilakukan dititik beratkan pada : 1.
Penyelenggaraan piket banjir disetiap POSKO 2.
Pengoperasian Flood Warning System: a pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau, b melaporkan hasil pemantauan pada saat
mencapai tingkat siaga kepada DinasInstasi terkait, untuk diinformasikan pada masyarakat sesuai dengan Prosedur Operasi Standar Banjir,
selengkapnya tingkat siaga dan pemberitaan bencana banjir dapat diperiksa pada Tabel 2.1 sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
c. Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara : a analisis hubungan hujan dengan banjir rainfall–runoff relationship, b metode perambatan banjir flood
routing. d.
Komunikasi Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan
pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon, faximile dan sarana lainnya.
e. Pemberitaan Banjir
Pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari Posko
Banjir. 2.2 Bencana Banjir
2.2.1 Pengertian Bencana Banjir
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia MPBI dalam kamusnya, mendefinisikan bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
karena ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta
melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya MPBI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Banjir adalah bencana musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam
yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi IDEP, 2007. Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis Bakornas PB, 2008. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan
sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang
diakibatkannya BPBD Kab. Aceh Timur, 2011.
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Bencana Banjir
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi.Sumber-sumber banjir adalah Colombo, 2002 : a.
Curah hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu sungai b.
Luapan air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai c.
Runtuhnya bendungan d.
Naiknya air laut pasangrob e.
Tsunami
Universitas Sumatera Utara
Faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi terjadinya banjir. Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai berikut Promise Indonesia, 2009:
a. Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir.
b. Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.
c. Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan
pemeliharaan dan operasional. d.
Deforestasi, perusakan lapisan atas hutan dengan cara merubah penggunaan lahan secara permanen.
e. Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah pasangrob.
f. Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
UNESCO 2007, dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang melanda daerah-daerah rawan, pada dasarnya disebabkan tiga hal, yaitu:
a. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan
berdampak pada perubahan alam. b.
Peristiwa alam seperti curah hujan sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya.
c. Degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment
area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.
Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman, tetapi juga merusak
fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan menelan
Universitas Sumatera Utara
korban jiwa. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggunya, bahkan terhentinya. Meskipun partisipasi masyarakat dalam rangka
penanggulangan banjir sangat nyata. terutama pada aktivitas tanggap darurat, namun banjir menyebabkan tambahan beban keuangan negara, terutama untuk merehabilitasi
dan memulihkan fungsi parasana publik yang rusak.
2.2.3 Upaya Penanggulangan Bencana Banjir
Penanggulangan bencana banjir adalah berbagai upaya yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya stakeholders
dalam rangka menanggulangi bencana banjir baik yang dilakukan sebelum terjadinya banjir, pada saat terjadi maupun setelah terjadi banjir. Upaya-upaya penanggulangan
banjir yang meliputi pengurangan risiko bencana sebelum terjadi bencana banjir, peringatan dini banjir, tanggap darurat saat banjir dan upaya pemulihan setelah terjadi
banjir, dan pengenalan rencana kontinjensi UNESCO, 2007. 1.
Pengurangan Risiko Bencana Sebelum Terjadi Banjir Upaya pengurangan risiko bencana melalui upaya mitigasi dan
kesiapankesiapsiagaan preparedness terhadap bencana banjir baik upaya yang dilakukan oleh pemerintah sebagai berikut:
Mitigasi banjir adalah semua tindakanupaya untuk mengurangi dampak dari suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan untuk jangka waktu yang
panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat dikelompokkan kedalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Yang dimaksud dengan mitigasi struktural
Universitas Sumatera Utara
adalah upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Upaya- upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :
a. Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.
b. Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa: pengerukan, sudetan.
c. Relokasi pemukiman di bantaran sungai.
d. Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka airhidrograf banjir berupa:
tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder. e.
Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai DAS. Mitigasi non-struktural, merupakan kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi
non struktural adalah segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik, organisasional dan sosial kemasyarakatan. Upaya-upaya mitigasi
non struktural banjir yang dilakukan pemerintah antara lain: a.
Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko bencana. b.
Membuat Perda mengenai penanganan risiko bencana banjir yang berkelanjutan. c.
Mengembangkan peta zonasi banjir. d.
Mengembangkan sistem asuransi banjir. e.
Membangunmemberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir. f.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir melalui pendidikan dan pelatihan.
g. Mengembangkan building code bagi daerah banjir.
Universitas Sumatera Utara
2. Peringatan Dini Banjir
Peringatan dini dikeluarkan sesaat sebelum terjadinya bencana banjir. Selama ini, sistem peringatan dini banjir di Indonesia disampaikan berdasarkan
tahapan kondisi siaga yang didasarkan tinggi muka air di beberapa pos pengamatan dan pintu air.
Pengembangan dan penyempurnaan Sistem Peringatan Dini Banjir yang Terintegrasi dengan memanfaatkan potensi cuaca ekstrim yang dikeluarkan oleh
BMKG sebagai informasi dini dalam sistem peringatan dini banjir dengan memberikan informasi 36 jam lebih awal.
Sumber informasi peringatan dini berasal dari dua instansi yaitu BMKG yang mengeluarkan potensi cuaca ekstrim dan Dinas PU yang mengeluarkan data
tinggi muka air. Seluruh informasi tersebut disampaikan kepada Crisis Center dan beberapa institusi seperti BPBD dan lain-lain. Agar peringatan dini ini sampai di
masyarakat maka Crisis Center memiliki kewajiban untuk meneruskan informasi peringatan dini kepada Posko Kelurahan.
3. Tanggap Darurat Saat Terjadi Banjir
Tanggap darurat adalah kegiatan yang dilakukan segera setelah terjadi dampak banjir, bila diperlukan tindakan-tindakan luar biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar
korban bencana yang selamat. Pada saat banjir, upaya upaya yang dilakukan pemerintah berupa :
a. Pengerahan Tim Reaksi Cepat.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan penampungan sementara.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi di tempat
pengungsipenampungan sementara. d.
Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan di tempat pengungsi penampungan sementara.
e. Pengerahan sarana transportasi untuk menjangkau daerah pengungsi.
f. Menggunakan air bersih dengan efisien
4. Upaya Pemulihan Setelah Terjadi Banjir
Setelah terjadi bencana, kita melakukan upaya pemulihan yaitu segala upaya yang dilakukan agar kondisi kembali kepada keadaan sebelum terjadi bencana atau
kondisi yang lebih baik. Dalam rangka memulihkan kondisi, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah:
a. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.
b. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana. sumberdaya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan. c.
Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air.
d. Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana
banjir. e.
Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir di masa datang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Kategori Jenis Bencana Banjir
Kategori jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir UNESCO, 2007.
Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya: 1.
Banjir kiriman banjir bandang: banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah hulu sungai.
2. Banjir lokal: banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi
kapasitas pembuangan di suatu wilayah. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir:
1. Regular flood: banjir yang diakibatkan oleh hujan.
2. Irregular flood: banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang, dan hancurnya bendungan
2.3 Sumber Daya Organisasi 2.3.1 Pengertian Sumber Daya Organisasi
Secara etimologis istilah organisasi mempunyai arti yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya organisasi
merupakan suatu bentuk kecil dari sebuah komponen dalam suatu lingkungan atau organisasi yang bentuknya bervariasi.
Dalam suatu organisasi, tentu sangat dibutuhkan suatu sumber daya. Sumber daya organisasi merupakan unsur paling penting karena sangat menentukan arah dan
kemajuan organisasi Hafidi, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Komponen Sumber Daya Organisasi
Sumber daya organisasi adalah salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan suatu organisasi. Komponen tersebut mencakup sumber daya
manusia, peralatan atau fasilitas yang digunakan, prosedur kerja atau standard operation procedure dan sumber dana. Kebutuhan sumber daya organisasi tersebut
dinilai penting demi terlaksananya seluruh fungsi dan tujuan suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta atau kelembagaan lainnya.
Komponen sumber daya organisasi dikenal dengan 6M yang terdiri dari sumber daya manusia Man, peralatan machine, bahan-bahan materials, biaya
money, metode method, dan pasar market. Suatu organisasi dapat berjalan efektif apabila memiliki sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi
sebagai upaya mencapai keberhasilan berbagai sasaran organisasi Hafidi, 2007. Pengelolaan sumber daya organiasi yang terdapat dalam organisasi meliputi:
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dana atau anggaran serta peralatan atau fasiltas pendukung lainnya secara baik dan benar memungkinkan tujuan organisasi
dapat tercapai secara optimal Hafidi, 2007. Sumber daya yang dimiliki organisasi,mulai dari sumber daya manusia,
sumber daya alam, dana, material, mesin-mesin, pasar, teknologi, informasi. Jika dimiliki secara memadaai, baik secara kualitas maupun kuantitas, hal itu akan
meamcu karyawan untuk berkinerja secara maksimal Sopiah, 2008
Universitas Sumatera Utara
2.4 Landasan Teori
Menurut LIPI–UNESCOISDR 2006, kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana
yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum
terjadi bencana. Menurut LIPI–UNESCOISDR 2006, tentang kajian kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana menyebutkan kesiapsiagaan menggunakan parameter: 1.
Pengetahuan merupakan pengetahuan dasar petugas mengenai bencana banjir, seperti kejadian alam, bencana banjir, dan kerentanan fisik.
2. Kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana banjir seperti tersedianya draf, renstra, protap, tempat evakuasi, panduan pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Rencana tanggap darurat merupakan tindakan yang telah dipersiapkan petugas
menghadapi bencana banjir, seperti pembuatan peta, penampungan sementara, nomor hotline informasi, posko, gladi pelatihansimulasi, analisis resiko,
perencanaan kontinjensi. 4.
Sistem peringatan bencana banjir merupakan usaha petugas dalam mencegah terjadinya bencana banjir, seperti sistem informasi, sistem peringatan dini,
penyampaian informasi, pengembangan sistem peringatan dini, pelatihan dan simulasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut LIPI–UNESCOISDR 2006, sumberdaya organisasi pendukung kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana banjir
sebagai berikut: 1.
Personil sumber daya manusia a.
Kelompok tenaga ahli Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi
kualifikasi di bidang sumberdaya air antara lain bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli
lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir. b.
Kelompok tenaga lapangan Dalam pelaksanaan pengendalian banjir dibutuhkan petugas lapangan
dalam jumlah cukup utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan di lapangan.
2. Sarana atau Peralatan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin.
Saranaperalatan yang digunakan petugas dalam upaya penanggulangan bencana banjir terdiri dari:
a. Peralatan hidrologi dan hidrometri peralatan klimatologi, Extensometer
b. Peralatan komunikasi radio komunikasi, telepon, faksimili
c. Alat-alat berat dan transportasi bull dozer, excavator, truk
Universitas Sumatera Utara
d. Perlengkapan kerja penunjang sekop, gergaji, cangkul, pompa air
e. Perlengkapan untuk evakuasi tenda darurat, perahu karet, dapur umum, obat
obatan f.
Bahan banjiran karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu 3. Dana
Dalam pengendalian banjir diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan
yang bersumber dari APBN, APBD atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.
Sumber daya organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi Saleh, 2000 dalam Hafidi, 2007. Sumber daya organisasi terdiri dari beberapa
komponen diantaranya sebagai berikut Hasibuan, 2008: 1.
Sumber daya manusia personil merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia. Komponen sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga,
keterampilan, distribusi serta pendayagunaan tenaga. 2.
Prosedur dan peralatan mencakup ketersediaan sarana dan fasilitas serta kejelasan tatalaksana kerja.
3. Dana adalah keseluruhan dana yang dibutuhkan dan dikeluarkan untuk
penyelenggaraan peran dan fungsi organisasi guna mencapai tujuan organisasi secara komprehensif.
Salah satu organisasi pemerintahan yang melibatkan keseluruhan komponen sumber daya organisasi dalam penanggulangan bencana adalah Badan
Universitas Sumatera Utara
Penanggulangan Bencana Daerah BPBD, di mana komponen-komponen sumber daya organisasi yang terdiri dari personil, saranaperalatan, serta dana mempengaruhi
kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana banjir di Kabupaten Aceh Timur.
2.5 Kerangka Konsep Penelitian