menggunakan beta-blocker pada gagal jantung kongestif adalah dengan memulai dari dosis rendah dan kemudian meningkatkan dosis secara lambat Kulick, 2011.
Efek samping yang mungkin termasuk retensi cairan, hipotensi, dan kelelahan serta pusing. Beta-blocker umumnya harus tidak digunakan pada
orang dengan penyakit yang signifikan tertentu pada saluran napas misalnya, asma, emfisema. Contoh golongan obat ini adalah bisoprolol, metoprolol, dan
carvedilol Kulick, 2011.
d. Glikosida jantung
Glikosida jantung menstimulasi otot jantung untuk berkontraksi lebih kuat. Dengan kata lain, glikosida jantung adalah obat yang memperkuat kontraktilitas
otot jantung efek inotropik positif, terutama digunakan pada gagal jantung dekompensasi untuk memperbaiki fungsi pompanya. Potensi efek samping
termasuk: mual, muntah, gangguan irama jantung, disfungsi ginjal, dan kelainan elektrolit. Efek-efek samping umumnya timbul akibat dari toksisitas dalam darah
dan dapat dimonitor dengan tes darah. Dosis glikosida jantung juga perlu disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal yang signifikan Gunawan,
2007.
e. Diuretik
Diuretik seringkali merupakan komponen penting dalam pengobatan gagal jantung kongestif untuk mencegah atau mengurangi gejala retensi cairan. Obat ini
membantu mengurangi cairan di paru-paru dan jaringan lain dengan cara menyalurkan cairan melalui ginjal. Meskipun
diuretik efektif dalam
menghilangkan gejala seperti sesak napas dan pembengkakan kaki, diuretik belum menunjukkan untuk memberikan dampak positif pada kelangsungan hidup jangka
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
panjang. Namun demikian, diuretik tetap kunci dalam mencegah memburuknya kondisi pasien. Bila diperlukan rawat inap, diuretik sering diberikan secara
intravena karena absorbsi diuretik oral mungkin terganggu, ketika gagal jantung kongestif yang parah .Potensi efek samping diuretik meliputi dehidrasi, kelainan
elektrolit, hipokalemia, gangguan pendengaran, dan hipotensi Brunton and Parker, 2008.
Dalam terapi sangat penting untuk mencegah kadar kalium rendah dengan cara menambahkan suplemen. Gangguan elektrolit tersebut dapat membuat pasien
rentan terhadap gangguan irama jantung yang serius. Contoh dari berbagai kelas diuretik meliputi: furosemid, hidroklorotiazid, bumetanide, torsemide, dan
spironolactone. Spironolactone Aldactone telah digunakan selama bertahun- tahun sebagai diuretik lemah dalam pengobatan berbagai penyakit. Obat ini
memblokir aksi dari hormon aldosterone. Aldosteron memiliki banyak efek pada jantung dan sirkulasi pada gagal jantung kongestif Brunton and Parker, 2008.
f. Vasodilator
Vasodilator sudah lama digunakan dalam pengobatan gagal jantung. Obat golongan ini merileksasi otot polos pembuluh darah secara langsung. Penggunaan
secara kombinasi telah terbukti dapat mengurangi angka kematian pada pasien gagal jantung. Hidralazin merupakan vasodilator arteri sehingga menurunkan
afterload dan isosorbid dinitrat merupakan venodilator sehingga menurunkan preload jantung Brunton and Parker, 2008.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.4 Hipertensi 2.4.1 Definisi
Hipertensi atau Darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi didefenisikan sebagai
tekanan darah diastolik tetap lebih besar dari 90 mmHg disertai dengan kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg Mycek, 2001.
Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan sekali pengukuran, kecuali bila TDS
≥ 210 mmHg dan TDD ≥ 120 mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu
sampai beberapa minggu. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dari pengukuran berulang-ulang diperoleh TDS
≥ 140 mmHg dan TDD 90 mmHg Ganiswarna, 1995.
Tabel 2.3 Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah
Kategori TDS mmHg
TDD mmHg
Normal 130
85 Normal tinggi
130-139 85-89
Hipertensi: Tingkat 1 ringan
140-159 90-99
Tingkat 2 sedang 160-179
100-109 Tingkat 3 berat
180-209 110-119
Tingkat 4 sangat berat ≥ 210
≥ 120
2.4.2. Etiologi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang heterogen. Pada kebanyakan pasien, penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti, sedangkan sebagian
pasien lainnya dapat diidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat di bagi atas hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
1. Hipertensi Esensial
Hipertensi disebut juga hipertensi primer atau idiopatik. Hipertensi esensial adalah hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya.
Lebih dari 90 kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.
Penyebab hipertensi esensial merupakan multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan dan terlihat adanya riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas
vaskular terhadap vasokonstriktor, dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu makan garam
natrium berlebihan, stress psikis dan obesitas Dipiro, 2007. 2.
Hipertensi Sekunder Prevalensi hipertensi sekunder ini kurang dari 10 dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal atau penggunaan obat-obat tertentu
2.4.3. Manifestasi Klinik
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Tanda- tanda ynag bisa menjadi indicator hipertensi adalah nilai tekanan darah pasien
Dipiro, 2007.
2.4.4 Diagnosa
Tes diagnosa perlu dilakukan untuk mempertegas diagnosa karena hipertensi secara umum tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Pengukuran
tekanan darah sebagai dasar dalam menegakkan diagnose tidak cukup dilakukan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
satu kali. Diagnosa hipertensi dapat ditentukan dari rerata dua kali atau lebih pengukuran yang diambil pada waktu yang berbeda. Dari hasil pengukuran rerata
tekanan darah tersebut, kemudian digunakan untuk mengklasifikasi tingkat stage penyakit hipertensi.
2.4.5 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan hipertensi adalah untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan terkait hipertensi. Penurunan tekanan darah sampai nilai yang
direkomendasikan tidak menjamin kerusakan organ target tidak terjadi. Namun dengan penurunan tekanan darah hingga nilai normal dapat menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ target. Adapun nilai tekanan darah yang direkomendasikan oleh JNC7 adalah sebagai berikut:
- Kebanyakan pasien
: 14090 mmHg -
Pasien dengan diabetes : 13080 mmHg
- Pasien dengan penyakit ginjal kronik : 13080 mmHg dengan nilai LFG
60 mLmenit, serum kreatinin 1,3 mgdL pada wanita atau 1,5 mgdL pad pria, atau albuminuria 300 mghari atau
≥200 mgg kreanitin Dipiro, 2007.
Pemilihan obat untuk hipertensi sangat beragam. Terdapat 9 kelas antihipertensi yang berbeda. Diuretik, penghambat β, angiotensin converting
enzyme inhibitors ACEIs, angiotensin II receptor blockers ARBs, dan calcium channel blockers CaCBs merupakan agen antihipertensi primer Dipiro, 2007.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
a. Diuretik
Diureti bekerja menurunkan tekanan drah dengan mengeluarkan garam serta mengurangi volume darah dari tubuh. Pada awalnya, diuretic mengurangi
tekanan darah dengan mengurangi volume darah dan keluaran jantung.
b. Beta-Blocker