Beberapa persoalan kejiwaan Faktor kejiwaan sebagai pendorong tindak pidana dan kaitannya dengan penjatuhan vonis pidana (dalam tinjauan hukum Islam dan hukum posistif)

32

1. Beberapa persoalan kejiwaan

Bahwa Tindak kejahatan secara garis besar tergantung tingkat kejiwaan seseorang, maka dengan faktor kejiwaannya itu seseorang bisa melakukan kejahatan, dengan kata lain seseorang bisa di vonis dengan tingkat kejiwaannya, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Memang kalau dilihat sepintas pada saat moment terjadinya kejahatan yang merugikan orang lain, dalam banyak hal bersifat khusus dan sangat situasional. Biasanya kondisi dari pelaku adalah sedang tertekan, stress, atau sedang kalap akibat tidak kuat menanggung tekanan atau beban sosial tertentu yang sedang dihadapinya. 30 Dalam kajian yang lain menyangkut tindak kriminalitas orang tua terhadap anaknya. Yang mengemukakan orang tua yang biasanya melakukan tindak kekerasan atau penganiayaan terhadap anaknya adalah orang tua yang memiliki ciri sebagagi berikut. Pertama, secara emosional belum matang. Orang tua yang termasuk pada ciri ini umumnya bersifat kekanak-kanakan dan menikah sebelum mencapai usia sesuai dengan tanggung jawab yang harus diemban sebagai orang tua. Seringkali orang tua merasa tidak senang dengan kehadiran anak dengan memaksa anak untuk memikul beban peranan orang tua dimana sesungguhnya anak belum waktunya untuk melakukannya. Kedua, menderita gangguan emosional. Kebanyakan dari orang tua ini tidak 30 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak., Jakarta: Kencana, 1974, Cet, ke-1 33 memiliki cara pengasuhan dan latar belakang yang baik, sehingga tidak memiliki bekal sebagai orang tua yang bertanggung jawab. Ketiga, secara mental tidak sempurna. Pada golongan ini orang tua sulit untuk melakukan adaptasi dan menerima anak-anaknya. Dengan masalah mental yang dihadapi mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana seharusnya berfikir. Keempat, orang tua yang selalu berpegang pada disiplin. Orang tua pada tipe ini beranggapan bahwa memukul dan menghajar adalah sesuatu yang wajar untuk mendisiplinkan anaknya. Mereka menganggap bahwa hukuman fisik adalah cara yang wajar untuk mendidik anak dan merupakan cara yang sangat efektif. Kelima, orang tua yang memiliki sifat sadisme dan berperilaku kriminal. Meskipun orang tua yang masuk golongan ini kecil jumlahnya, tetapi perlu juga diwaspadai. Biasanya orang tua tipe ini suka memukul, menyiksa, dan kadangkala membunuh anaknya untuk kepuasan pribadinya. Keenam, pecandu minuman beralkohol, orang tua yang kecanduan minuman keras atau minuman beralkohol meski tidak bermaksud untuk melakukan tindak kekerasan pada anak-anaknya, tetapi karena pengaruh minuman tersebut justru hal sebaliknya akan terjadi. 31 Untuk itu setiap tindak kejahatan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai niat tertentu, seperti yang telah kita ketahui mereka yang berbuat kejahatan terhadap orang lain pasti menguntungkan diri sendiri, baik dalam 31 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak., Jakarta: Kencana, 1974, Cet, ke-1, hal 37-39 34 suatu korporasi maupun tidak dalam satuan korporasi. Dalam segi pengembangan ilmu pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu jiwa disebut psikology, yang merupakan ilmu mengenai jiwa, maka persoalan yang pertama-tama timbul ialah apa yang dimaksud oleh jiwa itu. 32 dan dalam psikologipun ada yang khusus membahas tentang kejahatan atau kriminalitas yang disebut psikologi kriminal. 33 Mengenai jawaban tentang yang dimaksud oleh jiwa adalah kekuatan yang menyebabkan hidupnya manusia, serta menyebabkan manusia dapat berfikir, berperasaan dan berkehendak. Lagi pula menyebabkan orang mengerti atau insyaf akan segala gerak jiwanya. Skinner membedakan pelaku atas : 1 Perilaku yang alami innate behavior yang kemudian disebut juga sebagai respondent behavior, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas. 2 Perilaku operan operant behavior yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. 34 32 Bimo Walgito, Pengantar Psikology Umum,. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 1974 Cet, ke-5. h. 3 33 Bimo Walgito, Pengantar Psikology Umum, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 1974, Cet, ke-5. h. 25 34 Bimo Walgito, Pengantar Psikology Umum, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 1974, Cet, ke-5. h. 80 35 Penyimpangan kejiwaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dilihat berdasarkan kadar penyimpangannya dan dilihat berdasarkan pelaku penyimpangannya. Penyimpangan primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus menerus insidental saja dan pada umumnya tidak begitu merugikan orang lain, misalnya mabuk saat pesta, mencoret-coret tembok tetangga, ataupun balapan liar di jalan. Penyimpangan jenis ini bersifat sementara temporer, maka orang yang melakukan penyimpangan primer, masih dapat diterima oleh masyarakat. Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya perilaku penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang- ulang dan terus menerus meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk penyimpangan ini mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan, perampokan, dan pencurian. Penyimpangan jenis ini sangat merugikan orang lain, sehingga pelakunya dapat dikenai sanksi hukum atau pidana.

2. Pengaruh kejiwaan terhada pelaku tindak pidana