merangkul negara-negara barat untuk menarikan modal. Pola umum pembangunan jangka panjang 25–30 tahun dilakukan secara periodik lima
tahunan yang disebut Pembangunan Lima Tahun Pelita. Pada masa akhir periode Pelita VI 1 April 1994 – 31 Maret 1999
mengawali berakhirnya rezim Orde Baru. Indonesia mengalami krisi ekonomi serta krisis kepercayaan terhadap pemerintahan yang berkuasa seperti yang telah
diuraikan diawal. Perekonomian mengalami krisis yang sulit diatasi, kondisi ekonomi kian terpuruk diakibatkan KKN yang merajalela dan pembangunan
cenderung terpusat dan tidak merata, menunjukkan persoalan perekonomian Indonesia dalam menata diri sebagai negara ekonomi yang besar. Wajah
perekonomian di tahun berikutnya diharapkan ada prospek pertumbuhan lebih tinggi, dengan nilai tukar rupiah bergerak menguat sebagaimana terjadi hingga
Desember 2010 berada pada Rp 8.978,00 – Rp 9.050,00 per dolar AS sumber: www.bi.go.id. Dengan demikian perekonomian Indonesia akan berangsur-angsur
membaik kembali tentunya dengan harapan bahwa Indonesia akan terkurangi dari resiko ekonomi akibat bencana alam yang akhir-akhir ini mengancam kestabilan
perekonomian. Bukan sebuah kebijakan untuk menghalangi tetapi mencegah dampak negatifnya.
4.3 Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri Rutin di Indonesia
Pendapatan negara yang seluruhnya bersumber dari penerimaan dalam negeri T.A 19841985 mencapai 15,905 miliar atau sebesar 2,7 selama kurun
waktu 25 tahun hingga tahun 2008. Penerimaan dalam negeri yang terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan minyak bumi dan gas alam.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran penerimaan dalam negeri memang peranan penting dalam APBN, dimana keuangan negara mampu dihimpun untuk membiayai anggaran
rutin serta keperluan pembangunan. Selisih jumlah penerimaan dalam negeri terhadap anggaran rutin dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban utang luar
negeri berupa tabungan pemerintah, sebagai gambaran pada T.A 2007 tercatat penerimaan dalam negeri sebesar Rp 591,427 miliar, namun selisih terhadap atau
pengeluaran rutin Rp 86,651 miliar. Grafik 4.1
Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri Indonesia 1984 −2008
23 24
25 26
27 28
84 86
88 90
92 94
96 98
00 02
04 06
08 LPDN
Penerimaan dalam negeri Indonesia sangat bergantung pada kekuatan penerimaaan perpajakan dan penerimaan minyak bumi dan gas alam yang
ditetapkan, sejalan dengan membaiknya berbagai variabel yang menentukan penerimaan perpajakan, seperti pertumbuhan ekonomi, perkembangan tingkat
harga umum, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Berdasarkan pencapaian di bidang penerimaan perpajakan dan penerimaan
migas, dalam T.A 2000 yang terdiri atas Rp 235,910 miliar untuk penerimaan perpajakan dan Rp 169,420 miliar untuk penerimaan bukan pajak Bank
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Kemudian penerimaan bukan pajak dalam anggaran 2002 ditetapkan lebih tinggi dari tahun 2000 yaitu sebesar 188,440 dikarenakan pertumbuhan
ekonomi makro yang diperkirakan lebih baik dari tahun sebelumnya yang berdampak positif terhadap peningkatan basis pemungutan penerimaan bukan
pajak. Dengan menggunakan asumsi produksi minyak diperkirakan 1,320 juta barel per hari, harga minyak US 22 per barel dan nilai tukar Rp 8.940,00 per
dolar AS www.bi.go.id. Selanjutnya kondisi serupa berlanjut pada T.A 2007, penerimaan dalam
negeri sebesar Rp 591,427 miliar dengan proporsi Rp 414,536 miliar untuk penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak hanya menyumbang kurang
lebih setengahnya yaitu Rp 176,891 miliar. Tercapainya sasaran peningkatan penerimaan tersebut melalui upaya i intensifikasi pemungutan pajak, ii
ekstensifikasi subjekobjek pajak, dan iii peningkatan pelayanan kepada wajib pajak. Implementasi yang lebih spesifik akan semakin memperkuat basis
pertahanan keuangan negara untuk menanggung beban anggaran untuk tahun- tahun ke depan. Sebagai gambaran asumsi makro berikutnya yaitu tahun 2008
mencatat pertumbuhan ekonomi 6,4 meningkatkan penerimaan perpajakan dengan kisaran inflasi sebesar 6,5 serta nilai tukar menguat di kisaran Rp
7.556,00 sumber: www.bi.go.id dengan penerimaan dalam negeri sebesar Rp 679,520 miliar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri Rutin Pemerintah Indonesia
1984 – 2008 Tahun
Anggaran Penerimaan Dalam Negeri Rutin
Rp miliar 1984
15,905 1985
19,253 1986
16,141 1987
20,803 1988
23,004 1989
18,740 1990
22,010 1991
41,585 1992
48,863 1993
56,113 1994
46,418 1995
73,014 1996
87,630 1997
212,276 1998
242,809 1999
301,692 2000
305,335 2001
500,600 2002
498,527 2003
440,928 2004
403,030 2005
393,919 2006
636,153 2007
591,427 2008
679,520
Sumber: Bank Indonesia, beberapa tahun diolah
Universitas Sumatera Utara
4.4 Perkembangan Pengeluaran Rutin di Indonesia