M otivasi Kerja Kontribusi pengendalian intern, sistem informasi akuntansi, dan motivasi kerja terhadap kinerja organisasi perusahaan studi kasus: PT. Pasaraya Manggarai di Jakarta

besarkeuangan untuk menghasilkan laporan keuangan tradisional seperti laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak dan laporan-laporan lain yang ditetapkan oleh hukum, dan sistem pelaporan manajemen untuk menyediakan manajemen internal dengan laporan keuangan dengan tujuan khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

C. M otivasi Kerja

Ist ilah motivasi, dalam kehidupan sehari-hari mem iliki pengert ian yang m eragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu m aupun perilaku organisasi. Namun, apapun pengert iannya mot ivasi m erupakan unsur pent ing dalam diri m anusia, yang berperan mew ujudkan keberhasilan dalam usaha at au pekerjaan manusia. Dasar ut ama pelaksanaan mot ivasi oleh seorang pimpinan adalah penget ahuan dan perhat ian t erhadap perilaku m anusia yang dipimpinnya sebagai suat u fakt or penent u keberhasilan organisasi. M otivasi m enurut Hasibuan 2002: 53 adalah pem berian daya penggerak yang mencipt akan kegairahan kerja seseorang, agar m au bekerja sama, bekerja efektif dan t erint egrasi dengan segala daya upayanya untuk m encapai kepuasan. M enurut Hafizurrahcman 2007: 28, karakt erist ik pekerja yang m em punyai motivasi berprest asi t inggi, ant ara lain: 1 M emiliki t anggung jaw ab pribadi yang t inggi, 2 M em iliki Program kerja berdasarkan rencana dan t ujuan nyat a sert a berjuang untuk m erealisasikannya, 3 M em iliki kem am puan untuk m engambil keputusan dan berani m engambil risiko yang dihadapinya, 4 M elakukan pekerjaan yang berart i dan menyelesaikan dengan hasil yang m em uaskan, dan 5 M em punyai keinginan m enjadi orang t erkemuka yang m enguasai bidang t ert ent u. Dan mot ivasi m em iliki dua bentuk dasar: Pert ama, m otivasi buat an ext rinsic, yaitu segala hal yang dilakukan t erhadap orang untuk mem ot ivasi mereka. Kedua, mot ivasi hakiki int rinsic, yait u faktor-fakt or dari dalam diri seseorang yang m em pengaruhi orang unt uk berprilaku at au unt uk bergerak ke arah t ert entu. Kenyat aannya, bentuk mot ivasi t ersebut saling berkait an erat, artinya pengaruh yang dat ang dari luar akan m em pengaruhi mot ivasi yang dat ang dari dalam diri seseorang. M otivasi adalah sesuat u yang kom pleks. Unt uk memot ivasi secara efekt if diperlukan: M em ahami proses dasar mot ivasi, m enget ahui fakt or-fakt or yang mempengaruhi m ot ivasi, menget ahui bahw a mot ivasi bukan hanya dapat dicapai dengan m encipt akan perasaan puas, dan m em aham i bahwa disam ping sem ua fakt or di atas, ada hubungannya yang kom pleks ant ara motivasi dan prest asi kerja. Dari pengert ian di at as, maka m ot if it u bersifat int rist ik dalam mot ivasi, karena dorongan at au daya gerak diri muncul dari dalam diri seseorang, t anpa adanya perangsang at au insentif. M otif yang bersifat int rist ik m erupakan kem am puan seseorang untuk melakukan kegiatan, yang dipengaruhi oleh beberapa hal, diant aranya yait u pendidikan, pengalaman sert a sifat -sifat pribadi yang dim iliki seseorang. Di dalam organisasi formal, adanya m otif yang berasal dari dalam diri pegawai m em bawa konsekunsi bagi pimpinan unt uk dapat mendorong pegaw ai t ersebut unt uk lebih m eningkat kan kinerjanya, diant aranya m elalui pem berian reward dan penyediaan berbagai sarana dan prasarana kerja yang sesuai dengan pegaw ai t ersebut. Untuk dapat m enumbuhkan mot ivasi kerja yang positif di dalam diri pegaw ai, m aka seorang pemimpin harus sungguh -sungguh m em berikan perhat ian pada fakt or-fakt or sebagai berikut Novari, 2009: 26: 1. Achievement keberhasilan pelaksanaan Agar seseorang bawahan dapat berhasil melaksanakan pekerjaannya, maka pimpinan harus memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mencapai hasil. Pimpinan juga harus memberi semangat kepada bawahan agar bawahan dapat mengerjakan sesuatu yang dianggapnya tidak dikuasainya. Apabila ia berhasil melakukan hal tersebut, maka pimpinan harus menyatakan keberhasilannya itu. 2. Recognition pengakuan Adanya pengakuan dari pimpinan atas keberhasilan bawahan melakukan suatu pekerjaan. Pengakuan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan menyatakan keberhasilannya langsung di tempat kerjanya, memberikan surat penghargaan, hadiah berupa uang tunai, mendali, kenaikan pangkat atau promosi. 3. The Work it Self pekerjaan itu sendiri Pimpinan membuat usaha-usaha yang nyata dan meyakinkan, sehingga, bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya. Untuk itu harus dihindarkan kebosanan yang mungkin muncul dalam pekerjaan serta penempatan pegawai yang sesuai dengan bidangnya. 4. Responsibilities tanggung jawab Untuk dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap bawahan, maka pimpinan harus menghindari pengawasan yang ketat, dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk bekerja sendiri pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan partisipasi. Penerapan partisipasi akan membuat bawahan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan. 5. Advancement pengembangan Pengem bangan dapat menjadi m otivat or yang kuat bagi baw ahan. Pimpinan dapat m em ulainya dengan m emberi baw ahan suatu pekerjaan yang lebih bert anggung jaw ab. Apabila hal ini sudah d ilakukan, pimpinan dapat memberikan rekom endasi t ent ang bawahan yang siap unt uk pengem bangan, untuk m enaikkan pangkat nya at au unt uk mengikut i pendidikan dan pelat ihan lebih lanjut. M enurut Robbins 2003: 215 Ada dua t eori m ot ivasi yang dapat diimplem entasikan dalam m anajem en sumber daya m anusia di lingkungan organisasi at au perusahaan. Dua t eori t ersebut adalah: a. Teori Kebutuhan Abraham M aslow M aslow m engelompokkan kebut uhan m anusia m enjadi lim a kat egori yang naik dalam urut an t ert ent u. Sebelum kebutuhan yang lebih mendasar t erpenuhi, seseorang t idak akan berusaha untuk mem enuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki M aslow yang t erkenal t erdiri at as: 1 Kebutuhan Fisik Physiological Needs Physiological Needs kebut uhan fisik = biologis yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk m em pert ahankan kelangsungan hidup seseorang, sepert i makan, minum, udara, perum ahan dan lain-lainnya. Kebutuhan fisik ini t erm asuk kebut uhan ut am a, t et api m erupakan t ingkat kebut uhan yang bobot nya paling rendah. 2 Kebutuhan Keamanan dan Keselam at an Safet y and Securit y Needs Safet y and Securit y Needs keam anan dan keselam at an adalah kebutuhan akan keam anan dari ancam an yakni merasa am an dari ancam an kecelakaan dan keselamat an dalam melakukan pekerjaan. Kebutuhan ini m engarah pada dua bentuk, yait u: a. Kebutuhan akan keam anan dan keselamat an jiw a dit empat pekerjaan pada saat m engerjakan pekerjaan diw akt u jam -jam kerja. b. Kebut uhan akan keamanan hart a di t em pat pekerjaan pada w akt u jam-jam kerja, m isalnya mot or yang disimpan jangan sampai hilang. 3 Kebutuhan Sosial Affiliation or Acceptance Needs Affiliat ion or Accept ance Needs adalah kebutuhan sosial, t eman, dicint ai, mencintai sert a dit erima dalam pergaulan kelompok karyaw an dan lingkungannya. M anusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelom pok dan t idak seorang pun manusia ingin hidup m enyendiri di t em pat t erpencil. 4 Kebutuhan St atus Kekuasaan Est eem or St atus Needs Est eem or St at us Needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan sert a penghargaan prest ise dari karyaw an dan masyarakat lingkungannya. 5 Kebutuhan Aktualisasi Diri Self Actualization Needs Self Act ualization adalah kebutuhan akan akt ualisasi diri dengan m enggunakan kecakapan, kemampuan, ket ram pilan, dan pot ensi opt im al unt uk mencapai prest asi kerja yang sangat memuaskan at au luar biasa yang sulit dicapai orang. Teori t at a t ingkat Kebutuhan M aslow menurut Robbins 2003: 221 dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Tata Tingkat Kebutuhan M aslow Sumber: Robbins, 2003. Organizational behavior 10 th Ed. New Jersey: Prentice Hall. M enurut M aslow , orang cenderung berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum m em enuhi kebut uhan yang lebih tinggi. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan mempertinggi kapasit as kerja. Orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang paling rendah sebagai kebutuhan pokok fisiologis. M enurut M aslow , bila suatu kebutuhan telah dipenuhi m aka daya mot ivasinya akan berhent i. Dapat dikat akan bahw a sem akin t inggi kepuasan t erpenuhi, sem akin rendah daya m otivasinya, sebaliknya sem akin rendah kepuasan t erpenuhi m aka sem akin tinggi daya m otivasinya. b. Teori Dua Fakt or Two Fact ors dari Frederick Herzberg Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua fakt or ut ama yang merupakan kebutuhan, yaitu: 1 Fakt or-fakt or Pem eliharaan M aint enance Factors M erupakan fakt or-fakt or pem eliharaan yang berhubungan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ket ent ram an secara fisik dalam bekerja, kebut uhan ini misalnya gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administ rasi perusahaan, hubungan ant ar pribadi, kepast ian pekerjaan dan supervisi yang baik. Jadi fakt or-fakt or ini bukanlah sebagai motivat or, t et api merupakan keharusan bagi perusahaan. 2 Fakt or-fakt or M ot ivasi M otivation Fact ors Fakt or-fakt or ini m erupakan fakt or-fakt or mot ivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan t erhadap pribadi yang secara langsung berkait an dengan pekerjaan, m isalnya ruangan yang nyaman, penempat an kerja yang sesuai. Adapun fakt or Higiene t erdiri dari prest asi, pengakuan, pekerjaan it u sendiri, t anggung jaw ab, dan pengem bangan pot ensi individu. Dari konsep Higiene dapat diket ahui bahwa dalam perencanaan pekerjaan bagi pekerja haruslah senantiasa t erjadi keseim bangan ant ara kedua fakt or ini. Secara psikologi, aspek yang sangat penting dalam kepem im pinan kerja adalah sejauh m ana pimpinan mampu m em pengaruhi motivasi kerja sumber daya manusia yang m em iliki agar m am pu bekerja produkt if dengan penuh t anggung jaw ab. Hal ini karena beberapa alasan ant ara lain: 1. Karyawan harus senantiasa didorong untuk bekerja sama dalam organisasi. 2. Karyawan harus senantiasa didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan kerja. 3. Motivasi karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusaia dalam organisasi. Teori motivasi dipahami agar pimpinan mampu mengidentifikasi apa yang memotivasi karyawan bekerja, hubungan perilaku kerja dengan motivasinya, dan mengapa karyawan berprestasi tinggi. Teori motivasi dalam penelitian ini didasarkan pada teori berprestasi Achievement Theory. c. Konsep McCleland 1. Kebutuhan untuk berprestasi Need of achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempatan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu. 2. Kebutuhan berafiliasi Need for affiliation, merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. 3. Kebutuhan kekuatan Need for power, merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi situasi dan orang lain agar menjadi dominan dan pengontrol. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan kurang memperdulikan perasaan orang lain. Menurut Mangkunegara 2005: 51 Ada tiga faktor atau dimensi dari motivasi, yaitu motif, harapan dan insentif. Ketiga dimensi dari motivasi tersebut diuraikan secara singkat pada bahasan berikut: a. Motif Motif adalah suatu prangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Suatu dorongan di dalam diri setiap orang, tingkatan alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk menempuh sesuatu. b. Harapan Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu. Seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya tinggi bila karyawan meyakini upaya tersebut akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional memberikan harapan kepada karyawan seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi, dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan. c. Insentif Menurut Mangkunegara 2005: 53, menyimpulkan bahwa insentif berupa uang jika pemberiannya dikaitkan dengan tujuan pelaksanaan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. Pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian insentif dalam bentuk uang yang memadai agar karyawan terpacu motivasi kerjanya dan mampu mencapai produktivitas kerja maksimal.

D. Konsep Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEEFEKTIFAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Jember)

0 9 21

Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Dan Implikasinya Pada Kualitas Informasi

1 37 157

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERN, MOTIVASI, AKUNTABILITAS, DAN Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern, Motivasi, Akuntabilitas, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Kota Surakart

2 15 18

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERN, MOTIVASI, AKUNTABILITAS, DAN Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern, Motivasi, Akuntabilitas, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Kota Surakart

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern, Motivasi, Akuntabilitas, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Kota Surakarta.

0 4 8

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN, DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Budaya Organisasi, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabili

0 4 12

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Budaya Organisasi, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

0 3 18

Analisis Sistem Informasi Akuntansi dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Ketepatan Pemberian Kredit.

0 1 21

Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pembelian terhadap Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian (Studi Kasus pada Perusahaan Biskuit "M").

0 1 24

INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN SEBAGAI SARANA PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN UMUM GAS NEGARA DI JAKARTA

0 0 97