d. Subordinasi dalam pekerjaan
Dari ketidakadilan gender tersebut, maka muncullah berbagai jenis kekerasan terhadap perempuan.
2. Berdasarkan situs terjadinya, kekerasan terhadap perempuan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu : A.
Kekerasan yang terjadi pada arena domestik atau hubungan intim personal yaitu bentuk kekerasan yang pelaku dan korbannya memiliki hubungan
keluarga atau hubungan kedekatan yang lain, misalnya penganiayaan yang dilakukan suami terhadap istri dan penganiayaan terhadap pacar.
Jenis-jenis kekerasan tersebut antara lain : a.
Kekerasan seksual b.
Kekerasan fisik c.
Kekerasan emosional d.
Kekerasan dalam bentuk pelacuran B.
Kekerasan dalam arena publik yaitu bentuk kekerasan yang terjadi di luar hubungan keluarga atau hubungan personal lain.
Jenis-jenis kekerasan tersebut antara lain : a.
Kekerasan seksual b.
Kekerasan fisik
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini didasarkan pada dua teori sekaligus, yaitu struktural dan feminis. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk
memahaminya maka sebuah karya sastra tersebut perlu dianalisis dan dalam menganalisis sebuah karya sastra tidak terlepas dari pendekatan struktural.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Teeuw dalam Pradopo 2001 : 55 mengatakan bahwa “pendekatan struktural digunakan karena dalam memenuhi sebuah cerita diperlukan analisis
struktural sebab pendekatan struktural merupakan tugas prioritas dalam penelitian karya sastra”.
Selanjutnya Teeuw 1984 : 50 mengemukakan ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu :
1 Pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam kehidupan; 2 pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu
adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; 3 pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman
sastrawan penyair; 4 pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan
pengarang. Maka, yang penting dalam kritik ini adalah karya sastra itu sendiri, yang dianalisis khusus unsur intrinsiknya.
Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas, analisis struktural dijadikan sebagai tugas pokok dalam pengkajian sebuah karya sastra. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini diterapkan pendekatan objektif pendekatan struktural yang menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang
bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalin. Salah satu hasil karya sastra yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang
saling memiliki hubungan dalam membentuk jalinan cerita secara koheren adalah novel. Dalam menganalisis novel berdasarkan analisis struktural yang dianalisis
adalah segi struktural penceritaannya. Analisis struktural karya sastra, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan bagaimana keadaan
Universitas Sumatera Utara
peristiwa-peristiwa, plot, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana fungsi-fungsi setiap unsur-unsur tersebut
dalam menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antar unsur tersebut sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu.
Dari uraian tersebut, maka analisis yang dilakukan pada novel Wajah Sebuah Vagina adalah analisis terhadap alur, latar, penokohan, dan tema.
Pada dasarnya unsur-unsur intrinsik dalam teori struktural dapat memberikan gambaran mengenai cerita pada sebuah karya sastra dalam hal ini adalah novel,
namun model analisis yang hanya berdasarkan struktur mengandung kelemahan, yaitu 1 melepaskan karya sastra dari latar belakang sejarahnya, dan 2 mengasingkan
karya sastra dari relevansi sosial budayanya. Bagaimanapun juga, sebuah karya sastra tidak mungkin dipisahkan sama sekali dari latar belakang sosial budaya dan latar
belakang kesejarahannya. Melepaskan karya sastra dari latar belakang sosial budaya dan kesejarahannya, akan menyebabkan karya itu menjadi kurang bermakna atau
paling tidak maknanya menjadi amat terbatas, atau bahkan makna menjadi sulit ditafsirkan. Hal itu berarti karya sastra akan menjadi kurang bermanfaat bagi
kehidupan. Oleh karena itu, analisis struktural sebaiknya dilengkapi dengan analisis yang lain, yang dalam hal ini adalah feminisme.
Sebelum membahas mengenai masalah feminisme, terlebih dahulu harus dipahami konsep seks dan konsep gender.
Menurut Fakih 1997 7-9: Konsep seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau pembagian dua
jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, sedangkan konsep gender adalah suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, irasional, jantan, perkasa.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri atau sifat dari perempuan dan laki-laki tersebut sesungguhnya dapat dipertukarkan dari waktu ke waktu dan dari temat ke tempat yang lain. Namun
melalui proses yang panjang perbedaan gender ini dianggap masyarakat sebagai ketentuan Tuhan dan tidak dapat diubah lagi. Padahal gender dan seks berbeda, jika
seks merupakan ketentuan dari Tuhan yang tidak dapat diubah lagi maka gender dibentuk dan dikonstruksikan secara sosial atau kultural, melalui ajaran agama
maupun negara. Oleh karena perbedaan gender tersebutlah maka ketidakadilan pada perempuan pun muncul salah satunya adalah ketidakadilan dalam bentuk kekerasan.
Dari penjelasan tersebut maka feminisme muncul sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya kontrol laki-laki, seperti pemilihan jenis pekerjaan
yang oleh laki-laki dianggap cocok dengan perempuan, mengontrol daya produktif perempuan, mengontrol atas seksualitas perempuan, mengontrol gerak perempuan
untuk mengendalikan seksualitas, produksi, dan reproduksi para lelaki, mengontrol harta milik dan sumber daya ekonomi lain dengan sistem pewarisan dari laki-laki ke
laki-laki. Secara etimologis feminis berasal dari kata ‘femme’ woman yang berarti
perempuan tunggal yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan jamak, sebagai kelas sosial. Feminisme menurut Goefe dalam
Sugihastuti dan Itsna 2000 : 37 ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang
memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Akibat banyaknya ketimpangan ataupun ketidakadilan yang diarahkan pada
perempuan, maka semakin banyak pulalah aliran dari feminisme yang muncul, antara lain feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme sosialis, dan feminisme marxis.
Dalam menganalisis karya sastra Wajah Sebuah Vagina karya Naning Pranoto ini,
Universitas Sumatera Utara
maka analisis aliran feminisme yang dipandang tepat dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas adalah feminisme radikal.
Bhasin dalan Sugihastuti dan Itsna 2007 : 97 “feminisme radikal menganggap bahwa perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis atau
psikologis antara laki-laki dan perempuan”. Menurut aliran ini, kekuasaan laki-laki atas kaum perempuan, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki
atas kapasitas reproduktif perempuan telah menyebabkan penindasan pada perempuan. hal ini mengakibatkan ketergantungan perempuan secara fisik maupun
psikologis kepada laki-laki. Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan
objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Dengan kata lain, bahwa penindasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh laki-laki berakar pada jenis
kelmin dari laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkinya. Dengan demikian, kaum laki-laki secara biologis maupun politis adalah bagian dari permasalahan kekerasan
terhadap perempuan. Dari hal tersebut, aliran ini menganggap bahwa penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual adalah bentuk penindasan
terhadap perempuan.
2.3 Tinjauan Pustaka