c, x 400
d, x 800
Gambar 4.10. Foto Dampak Peningkatan Intensitas Medan E, c, Kondisi
tidak aktif, dan d, Kondisi rusak, rupture,mati. 4.5. Analisis Data Penelitian Objek
Sebelum dilakukan suatu perlakuan terhadap objek nematoda, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan melalui mikroskop dan terlihat kondisi gerakannya
sangat aktif sehingga keadaan ini dibuat sebagai kontrol, yaitu seperti pada Gambar 4.10a. Selanjutnya, objek, nematode di masukkan kedalam ruang
sampel, chamber, lalu dilakukan perlakuan dengan menaikkan tegangan secara bertahap, sesuai pada Gambar 3.1, dan setiap kenaikan tegangan elektroda
Velek,
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop sehingga diperoleh suatu data penelitian untuk peningkatan tegangan yaitu seperti pada Tabel 4.2 dan hasil foto
mikroskop seperti pada Gambar 4.10. Secara umum, sesuai dengan data pada Tabel 4.2 dan dampaknya seperti
foto pada Gambar 4.10, maka terlihat suatu dampak yang sangat positif, artinya untuk setiap peningkatan potensial elektroda adalah proporsional dengan
peningkatan intensitas medan elektrik E di dalam wadah, dan sekaligus berdampak tidak saja terjadi peningkatan potensial transmembran pada protein
tetapi juga terjadi reduksi ketebalan pada membran sel yang mengindikasikan terjadinya proses ionisasi sehingga terjadi depolarisasi,. peningkatan konsentrasi
ion-ion positif di dalam dan ion-ion negatif keluar dari membran sel. Kemudian, peningkatan tegangan potensial elektroda Velek, proporsional
dengan peningkatan intensitas medan elektrik E, maka dampaknya meningkat dan
mulai terlihat pada tegangan 4,20 kV hingga tegangan 4,60 kV, sesuai dengan hasil foto 4.10b, gerakan nematode menjadi kurang aktif, kondisi ini
menunjukkan bahwa, proses ionisasi berlanjut dan peningkatan konsentrasi ion- ion pada membran sel juga meningkat, sesuai dengan potensial Nernst. Namun,
pada kondisi ini belum mencapai kondisi kritis , membran masih dalam keadaan
reversible atau kekuatan dielektrik membran sel masih berfungsi secara minimal. Selanjutnya, pada tegangan elektroda
Velek sebesar 5,00 kV sampai dengan 6,30 kV, sesuai dengan foto Gambar 4.10c, kondisi tidak aktif, kondisi ini
menunjukkan bahwa, proses ionisasi lebih tinggi dibanding dengan pada kondisi sebelumnya dan peningkatan konsentrasi ion-ion pada membran kemungkinan
telah mendekati nilai ambang beda potensial kritis sebesar 1,0 V Fang, 2006 atau
1,50 V Frida et al., 2000, sehingga terjadi awal kerusakan sel, yang berisi Lipoprotein dan karbohidrat, bahan dielektrik, yang juga menunjukkan dampak
irreversible. Akhirnya, pada kondisi tegangan elektroda
Velek sebesar 6,70 kV sampai dengan 7,15 kV, dan sesuai dengan foto Gambar 4.10d, terjadi kerusakan
permanent. Hal ini diakibatkan oleh dampak intensitas medan elektrik E yang kuat sehingga secara kimia, muatan atau ion-ion negative di dalam membran keluar
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
dari membran dan sebaliknya, reorient, terjadi kreasi pore hydrophylic sehingga
dapat menghantarkan arus listrik yang menyebabkan membran irreversible.
Perubahan muatan ion-ion tersebut secara skematik diperlihatkan seperti pada Gambar 4.11. Dengan kata lain, kekuatan dielektrik yang berisi bahan Lipoprotein
dan karborbohidrat telah rusak atau terjadi suatu pemaksaan sifat dari bahan dielektrik isolator menjadi konduktor, akibatnya metabolisma dan potensial
tubuh sebagai energi aktivasi pada saraf menjadi terhenti, mati.
Gambar 4.11. Reorient ion-ion, a normal, b ionisasi, c reorient
4.5.1. Analisis Tegangan Pada Media Air
Analisis tegangan pada ruang sampel dengan wadah air secara perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 4-2. Untuk diameter membran
sel saraf, dc = 0,5 m Tabel 4.2 dan dengan asumsi beda potensial membran sel saraf,
Vs = 1,40 V kondisi kritis serta pada sudut = 30°, maka diperoleh tegangan elektroda,
Velek = 6,20 kV, dan untuk beberapa besar sudut ditunjukkan seperti grafik pada Gambar 4.12a berikut.
Sedangkan, berdasarkan data hasil penelitian seperti pada Tabel 4.2 pada kondisi yang tegangan Velek sebesar 6,70 kV menghasilkan dampak yang sama,
hal ini diperlihatkan pada hasil foto pada Gambar 4.10d.
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
4.5.2. Analisis Intensitas E Pada Media Air
Untuk menganalisis besar intensitas medan elektrik Es pada ruang sampel
dengan media air secara teoritis dapat ditentukan melalui perhitungan dari persamaan 4-2 untuk tegangan elektroda Velek, dan persamaan 4-3 untuk
intensitas medan elektrik Es.
Untuk menentukan besar intensitas medan elektrik tersebut dengan asumsi, diameter membran sel saraf, dc = 0,5 m dan beda potensial membran sel saraf,
Vs = 1,40 V kondisi kritis serta sudut = 30°, maka diperoleh tegangan elektroda,
Velek = 6,20 kV. Sedangkan sesuai dengan data hasil penelitian seperti pada Tabel 4.2 pada kondisi tegangan
Velek sebesar 6,70 kV telah terjadi dampak kerusakan,
rupture pada membran. Selanjutnya, sesuai dengan data pengendalian tegangan seperti pada Tabel
4.2, maka dapat diperkirakan bahwa pada kondisi tegangan minimal Vi =7,50 kVolt atau
Velek = 6,30 kV, telah terjadi efek awal breakdown, rupture, hal ini diperkuat dengan hasil foto seperti pada Gambar 4.11c, kondisi tidak aktif.
Kemudian, sebagai lanjutan proses seperti pada bahagian 4.5.1 diatas,
dimana pada kondisi tegangan elektroda secara perhitungan sebesar Velek = 6,20
kV dan data penelitian, tegangan elektroda Velek sebesar 6,70 kV telah terjadi
dampak kerusakan, rupture pada membran dengan toleransi sebesar 8.06 .
Dengan demikian, maka bila dibandingkan dari kedua nilai perhitungan dan data penelitian serta dukungan foto seperti pada Gambar 4.11d, maka besar
intensitas medan elektrik pada kondisi tersebut dan dengan persamaan 4-3 diperoleh sebesar Es = 37,33 kVcm, atau setara dengan kelipatan 10 kali terhadap
keadaan normalnya. Selanjutnya, akibat peningkatan intensitas medan elektrik sebesar 10 kali
dari nilai normalnya maka pada kondisi ini telah terjadi suatu penurunan kekuatan dielektrik hingga 10 kali, atau turun menjadi 0,2 kali terhadap nilai normalnya,
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
sesuai dengan persamaan 4-6. Dalam kondisi yang demikian, membran yang terdiri dari Lipoprotein dan karbohidrat telah rusak akibat gerakan ion-ion.
Jadi, pada kondisi tegangan elektroda tersebut, Es = 37,33 kVcm dan kekuatan dielektriknya turun menjadi 0,2 kali terhadap nilai normalnya,
diperlihatkan seperti pada Gambar 4.12b berikut ini.
10 20
30 40
50 60
4000 6000
8000 10000
12000 Tegangan Elektroda Wadah Air -vs- Sudut
Sudut, Derajat T
e g
a n
g a
n E
le k
tr o
d a
, k
V
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
0.5 1
1.5 2
Dielektrik Membran Sel,ers -vs- ErEo
n =ErEo e
rs
Gambar 4.12. Grafik Tegangan Elektroda Wadah Air terhadap Sudut a, dan b Penurunan nilai dielektrik pada kondisi Velek, 5,372 kV.
4.5.3. Analisis Rupture Pada Lipid Bilayer
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
Sesuai dengan data pengendalian tegangan seperti pada Tabel 4.2, maka dapat diperkirakan bahwa pada kondisi tegangan minimal
Vi =7,5 kVolt atau Velek = 6,3 kVolt, telah terjadi efek awal breakdown, rupture, kerusakan bahan
dielektrik membran sel saraf tersebut. Dapat dijelaskan bahwa, terjadinya kondisi rupture adalah apabila terjadi
peningkatan intensitas medan elektrik yang sangat kuat, melebihi potensial kritis transmembran maka akan mengakibatkan reduksi ketebabalan, mengecil, pada
membran dan menyebabkan terjadinya peningkatan kreasi pore hydrophylic pada Lipid Bilayer sehingga terjadi kebocoran, rusak, rupture sehingga arus listrik
mengalir dan ahirnya membran menjadi irreversible. Hal ini diperlihatkan seperti
pada Lampiran III. Akibat terjadinya kebocoran maka zat-zat kimia di dalam membran keluar
sehingga nematode mati. Hal ini diprediksi beda potensial telah mencapai antara 1 – 1,4 V Fang, 2006; Frida et al., 2000 dan sebesar 0,2 – 1,5 V pada membran
sel mamalia Frida et. al., 2000 dan 1 V Zimmermann, 1982; Pizzichemi,
2007. Dalam kondisi ini dan sesuai dengan persamaan 4-3, maka dalam keadaan
normal Vs = 0,14 V untuk diameter sel 0,5 m, diperoleh 3,733 kVcm, dan dalam keadaan
Vs = 1,4 0V diperoleh Ers = 37,33 kVcm maka proses elektroporasi telah terjadi sehingga membran pada saluran protein maupun
Lipid telah rusak,
rupture, seperti pada Lampiran IV. Kemudian, bila besar medan elektrik yang di alami oleh membran sel yang
diwakili oleh Ers dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti terdahulu yaitu membran sel bakteri
Ecoli adalah sebesar 5 – 20 kVcm, model Peleg
Zong et al., 2005, model simulasi Peleg sebesar 5 – 20 kVcm Zhong et al., 2005, 20 – 80 kVcm Pizzichemi, 2007, 35 kVcm Somolinos et al., 2008;
Zhao et al., 2008 , pada biological effects sebesar 40 kVcm Hanafi et al., 2008 sedangkan untuk bakteri pada umumnya adalah sekitar 25 kV
Zhang et al. 1995 dan untuk pasteurisasi mikroorganisma adalah sebesar 20 – 50 kVcm
Ngadi et al., 2003.
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
Dari besaran Es tersebut di atas, perbandingan densitas D antara medan
elektrik dalam keadaan rupture Ers, terhadap pada keadaan normal Es dapat
dihitung melalui persamaan 4-6. Dengan demikian, peningkatan kekuatan dielectric strength mencapai 10
kali adalah suatu indikasi bahwa membran sel saraf telah ‘pecah’, rupture. Hal ini
dapat dibuktikan melalui persamaan 4-6, yaitu:
rr
= 2E
n
E
r
Kemudian, bila: E
r
= p E
n
. dimana p adalah peningkatan tegangan
elektroda atau sebagai nilai perbandingan dalam bilangan bulat, maka hubungan E
n
E
r
terhadap p nilai p = 1 – 10 dapat digambarkan seperti pada Gambar 4.13,
berikut ini.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
n=ErEn e
rr err -vs- n
Efek rupture
Gambar 4.13. Grafik Peningkatan Intensitas Medan E Terhadap
Penurunan kekuatan Dielektrik Membran. Berdasarkan analisis diatas maka akibat peningkatan potensial melampaui
batas ambang maksimal di antara membran maka sifat membran yang semula berupa isolator berubah menjadi konduktor. Hal ini akan mengakibatkan zat-zat
dan ion-ion di dalam membran akan keluar dari jaringan.
4.6. Analisis Pengaruh Faktor Diameter
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
Untuk penentuan pengaruh dari faktor jari-jari terhadap peningkatan potensial membran saraf maka dapat ditentukan melalui persamaan 3.5. Namun
persamaan tersebut dapat dihampiri dengan besaran:
c
d Δ
. Dalam hal ini, nilai besaran tersebut diasumsikan sebesar: 0 – 0.3.
Dengan memperhitungkan faktor kesalahan pengukuran jari-jari membran sel saraf maka dapat diperoleh dengan mensubstitusikan nilai asumsi maksimum
besaran
c
d Δ
= 0,3, maka dari hubungan persamaan-persamaan 4-3, 4-4 dan 4- 5, sehingga untuk kondisi:
Vs =1,4 volt, = 0û, dapat diperoleh, Vin = 10,953 kV. Untuk kondisi yang lain maka dapat ditentukan secara analogi.
4.7. Analisis Kapasitansi Sel Saraf Terhadap Waktu
Penentuan besar kapasitansi membran sel saraf dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2-38. Dengan mensubstitusi persamaan 2-36 ke persamaan 2-38,
maka diperoleh:
2
m F
l A
C
m
τσ =
4-7 Bila nilai besaran-besaran seperti pada persamaan 4-7 disubstitusi yaitu,
, luas nematode A yaitu, panjang 0.8 mm dan lebar 0,03mm, maka diperoleh
.
1 1
6
10
− −
−
Ω =
m σ
pF C
m
84 ,
= Sedangkan nilai yang diperoleh
Lebovka adalah Lebovka et al.,2003 atau, untuk ukuran luas membran yang sama maka
diperoleh besar yang sama, yaitu sebesar
2 3
10 5
, 3
m F
C
m −
=
m
C pF
C
m
84 ,
= . Kemudian, konstanta
waktu induksi, relaksasi, k 63 dari muatan, tegangan pada kapasitor
maksimum dapat dihitung dari persamaan 2.40, yaitu 17,7 µs, dan 5 k 99
adalah 88,5µs. Hal ini sesuai dengan persamaan low pass filter RC, seperti pada persamaan 2-41, yaitu:
Kerista Tarigan : Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler, 2009
] 1
[
τ t
e o
v t
v
−
− =
Bila persamaan 2-41 digambarkan maka akan diperoleh seperti Gambar 4.14 di halaman berikut ini.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1 Respon Tegangan RC-vs-t
V m
e m
b ra
n ,
V o
lt
t = us Vsel,repture
Vsel, normal
Gambar 4.14. Grafik Tegangan Vsel membran terhadap waktu induksi t.
4.8. Penentuan Daya Serap Energi Membran Sel