31
Sementara itu, gerakan politik dilakukan dengan cara menentang kaum imperialis untuk membebaskan umat dari dominasi politik mereka, memerdekakan umat dari
cengkeraman pengaruh mereka serta mencerabut akar-akar kaum imperialis, baik berupa pemikiran, kebudayaan, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-
negeri Islam.
4
Dalam rangka menjalankan agenda politiknya, Hizbut Tahrir menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi yang menentang para penguasa yang
tidak menerapkan sistem politik yang Islami, menerapkan syariah Islam dan hukum-hukum Islam menurut konsepsi mereka, menghianati amanat rakyat dan
melakukan penindasan. Dari keseluruhan aktifitasnya, yang paling menonjol adalah kegiatan kampanye untuk menolak sistem politik yang berasal dari Barat.
Mereka menolak konsep nasionalisme, demokrasi, Trias politika, kedaulatan rakyat, sistem kekuasaan turun-temurun, hukum sekuler dan konsep politik lain
yang dianggap tidak berasal dari syariat Islam. Mereka menghendaki sebuah sistem politik yang Islami yang hampir sama dengan sistem politik Islam Abul
a’la al-Maududi dan Sayyid Qutb.
5
C. Akar Filoshofi Konsep kenegaraan dan ketatanegaraan Hizbut Tahrir
Indonesia HTI
Sejak Pertengahan abad XII Hijriyah ke-18 Masehi dunia Islam mengalami kemunduran dan kemerosotan yang paling buruk dari masa
kejayaannya dengan sangat cepat, sekalipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
4
HTI: Hizbut Tahri walManhaj Hizbut Tahrir fi Taghyir Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwahnya, diterjemahkan oleh Abi ‘afif Nurkhalish. Jakrta: 2002
5
Rahmat, M.Imdadun “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah ke Indonesia” Jakarta: Erlangga, 2005
32
membagkitkannya kembali atau setidaknya mencegah agar kemerosotan dan kemunduranya tidak berlanjut terus, akan tetapi tidak satupun upaya-upaya
tersebut membuahkan hasil. Sementara itu, dunia Islam masih tetap berada dalam kebingungan di tengah-tengah kegelapan akibat kekacauan dan kemunduranya,
dan masih terus merasakan pedihnya keterbelekangan dan berbagai goncangan. Sebab-sebab kemunduran dunia Islam ini dapat kita kembalikan kepada satu hal,
yaitu lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang sedang amat parah, yang merasuk ke dalam pikiran kaum muslim, ini berawal tatkala Bahasa Arab mulai
diremehkan perananya untuk memahami Islam sejak awal abad ke-VII Hijriyah, sehingga kekuatan yang dimiliki Bahasa Arab dengan Kharisma Islam terpisah.
Selama kekuatan Bahasa Arab tidak disatukan dengan kharisma Islam, yaitu dengan cara menempatkan Bahasa Arab yang merupakan bahasa Islam sebagai
unsur yang sangat penting yang tidak terpisahkan dari Islam, maka kemunduran itu akan tetap melanda kaum muslim karena Bahasa Arab merupakan kekuatan
besar yang telah turut ikut mengembangkan kharisma Islam. Islam dan Bahasa Arab merupakan satu kesatuan, Islam tidak mungkin bisa dilaksanakan dengan
sempurna kecuali dengan Bahasa Arab, karena Bahasa Arab merupakan salah satu syarat mendasar untuk memahami hukum islam dalam berijtihad, tanpa
memahami Bahasa Arab berarti menghilangkan ijtihad terhadap syari’at. Kedudukan ijtihad itu sendiri teramat penting bagi umat Islam, sehingga umat
tidak akan memperoleh kemajuan tanpa adanya ijtihad. Kegagalan berbagai upaya untuk membangkitkan kaum Muslim dapat
dikembalikan pada tiga sebab. Pertama, tidak adanya pemahaman yang mendalam
33
mengenai Fikrah Islamiyah dikalangan para aktifis kebangkitan Islam. Kedua, tidak adanya gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah dalam
menerapkan Fikrah. Ketiga, tidak adanya usaha untuk menjalin Fikrah Islamiyah dengan Thariqah Islamiyah sebagai satu hubungan yang solid, yang tidak
mungkin terpisahkan. Apabila kita telusuri mengenai fikrah, ternyata banyak unsur-unsur
terselubung telah menyelinap masuk kedalam Fikrah Islamiyah yang tidak banyak diketahui secara rinci oleh sebagian besar kaum Muslim. Unsur-unsur terselubung
mulai menyusup sejak awal abad II Hijriyah sampai munculnya periode penjajahan. Filsafat-filsafat asing, seperti filsafat India, Persia, dan Yunani telah
mempengaruhi sebagian kaum Muslim dan menyeret mereka terjerumus dalam kesalahan dengan berupaya mengkompromikan Islam dengan filsafat-filsafat ini.
Padahal jelas filsafat-filsafat ini bertentangan secara keseluruhan dengan Islam. Usaha-usaha untuk mengkompromikan islam dengan Filsafat-filsafat tersebut
telah menimbulkan adanya interpretasi dan penafsiran yang menjauhkan sebagian arti dan hakikat Islam dari benak kaum Muslim. Hal ini melahirkan
kesalahpahaman terhadap Islam dalam diri sebagian besar umat. Ditambah lagi dengan kelalaian umat terhadap penguasaan Bahasa Arab dalam pengembanagn
Islam yang terjadi pada abad VII Hijriyah. Faktor-faktor inilah yang mendorong kemunduran kaum muslim. Belum lagi sejak akhir abad XI Hijriyah abad ke-17
Masehi sampai sekarang dengan munculnya ghazwu ats-tsaqafi invasi budaya, kristenisai dan serangan politik yang datang dari Barat semakin menambah
parahnya kemerosotan, sekaligus menjadi problema baru dalam masyarakat Islam.
34
Faktor-faktor tersebut memberikan andil yang cukup besar terhadap kesalahpahaman kaum muslim mengenai Fikrah islamiyah, Sehingga mampu
melenyapkan kejernihan fikrah islamiyah yang hakiki dari benak kaum muslim. Sedangkan terhadap thariqah Islamiyah, umat Islam jelas secara berangsur-angsur
telah kehilangan gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah. Dahulu, kaum muslim mengtahui bahwa keberadaannya dalam hidup ini adalah hanya
untuk Islam saja, dan bahwasanya tugas Dawlah Islamiyah adalah menerapkan Islam, menjalankan hukum-hukum Islam di dalam negri dan menyebarluaskan
dakwah Islam ke luar negeri dan sesungguhnya metode praktis untuk merealisasikannya adalah dengan jihad yang dilakukan oleh Negara. Namun
demikian, Kenyataan sebenarnya menunjukan bahwa umat Islam setelah mngetahui semua itu mulai berpandangan bahwa tugas seorang muslim di dunia
ini terlebih dahulu, baru setelah itu sebagai tugas yang kedua menyampaikan nasehat dan petunjuk. Itupun jika keadaannya mengijinkan. Di sisi lain, Negara
sudah tidak mempedulikan lagi kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan hukum-hukum Islam. Negara tidak lagi merasa bersalah atas kelalaiannya dan
berpangku tangan dari aktifitas jihad fi sabilillah dalam rangka menyebarkan Islam. Kaum muslim sendiri, setelah kehilangan negaranya disamping kekurangan
dan kelemahannya, mulai beranggapan bahwa kebangkita Islam dapat diraih kembali melalui membangun masjid-masjid, menerbitkan buku-buku, tulisan atau
karangan, serta mendidik akhlak. Sementara mereka pada saat yang sama berdiam diri terhadap kepemimpinan kufur yang menguasai dan menjajah mereka.
35
Begitulah menyangkut aspek fikrah konsep dan thariqah metode penerapan. Sedangkan jika dilihat mengenai hubungan Fikrah dan thariqah,
ternyata kaum muslim hanya memperhatikan hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan pemecahan problematika kehidupan yang menyangkut aspek
fikrah saja , mereka tidak lagi memperhatikan hukum-hukum yang menjelaskan cara fraktis pemecahan problematika tersebut, yaitu hal-hal yang menjelaskan
thariqah. Pandangan seperti ini menjadikan kaum muslim hanya menitikberatkan pada studi hukum-hukum syari’at dengan meninggalkan metode operasionalnya.
Mereka lebih banyak mempelajari hukum-hukum yang berkaitan masalah shalat, nikah, talak, sedangkan hukum yang berkaitan dengan jihad, ghanimah, hukum-
hukum yang menyangkut khilafah, qadla peradilan, hukum-hukum tentang kharaj, dan sebagainya terlupakan. Cara seperti inilah yang akan membuat kaum
muslim memisahkan fikrah dan thariqah, antara teori dan praktek, sehingga hasilnya kemustahilan untuk menerapkan fikrahnya karena tidak ada penerapan
thariqahnya.
6
Semua itu menjadi lebih parah lagi dengan munculnya kesalahan dalam memahami syariat yang akan diterapkan ditengah-tengah masyarakat, Islam
akhirnya ditafsirkan tidak sesuai dengan isi kandungan nash-nashnya dengan tujuan agar disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kondisi masyarakat
pada saat itu, padahal seharusnya masyarakatlah yang harus diubah agar sesuai dengan Islam.
7
Tindakan yang mereka lakukan ini tentu saja semakin menjauhkan
6
an-Nabhani , Taqiyuddin “Mafahim Hizbut Tahrir, Diterjemahkan oleh Abdullah, HTI, Jakarta.2008
7
Syabab Hizbut Tahrir “bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah ´ judul asli The Methode to Re-establish the Khilafah,diterjemhkan oleh M.Ramdan Adi, Bogor Pustaka Thariqul
Izzah, 2004
36
Islam dari kehidupan. Musuh-musuh Islam selalu menggunakan faham-faham yang salah dan hukum yang batihl ini, sebagai alat untuk menyusupkan undang-
undang dan prinsip-prinsip mereka kepada umat Islam, yang tanpa disadari bahwa hal ini bertentangan dengan agama Islam.
Bertolak dari penjelasan ini sudah seharusnya terdapat sebuah gerakan yang memahami Islam, baik dalam aspek fikrah konsep maupun thariqah
metoda penerapannya lalu mengkaitkan keduanya dan berusaha melangsungkan kembali kehidupan Islam di negeri-negeri Islam, sehingga menjadi titik awal
pergerakan yang memancarkan sinar dakwah Islam, dan kemudian menjadi titik tolak penyebaran Dakwah Islamiyah. Atas dasar inilah Hizbut Tahrir berdiri
untukmendirikan Dawlah Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan Islam secara sempurna di negeri-negeri Islam serta mengemban dakwah islamke seluruh dunia.
D. Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia HTI