Autodesk 3Ds Max 2010 Studi Sejenis

2.10 Autodesk 3Ds Max 2010

3Ds Max adalah sebuah software yang dikhususkan dalam pemodelan 3D ataupun untuk pembuatan animasi 3D. Selain terbukti handal untuk digunakan dalam pembuatan objek 3D, 3Ds Max juga banyak digunakan dalam pembuatan desain furnitur, konstruksi, maupun desain interior. Selain itu, 3Ds Max juga sering digunakan dalam pembuatan animasi atau film kartun. 3Ds Max yang dilengkapi dengan bahasa scripting MaxScript juga terbukti ampuh untuk membuat game 3D, mulai dari yang sederhana hingga yang rumit sekalipun. Dengan kemampuan tersebut, banyak orang maupun instansi memanfaatkan software 3Ds Max untuk membuat suatu desain atau iklan yang berguna sebagai media publikasi produk atau karya mereka pada publik. 3Ds Max memungkinkan pengguna untuk membuat tampilan 3D yang sangat menarik. Pranowo, 2010

2.11 Pemahaman

“Pemahaman” adalah proses dari awal sampai selesai dari usaha memperoleh hasil makna. Di mulai dari interaksi antara seseorang dengan objek yang dikaji; mulai dari objek itu ditangkap oleh panca indera, kemudian disalurkan ke dalam otak, dipikirkan, dipertanyakan, diolah, sampai dikeluarkan hasil olahannya menjadi makna. Pemahaman merupakan suatu proses panjang dan bersifat individual. Pemahaman seseorang antara satu dengan yang lain, tidak mungkin sama secara keseluruhan. Sebab dalam memahami sesuatu, seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman, ilmu, dan kemampuannya.

2.11.1 Definisi Pemahaman

Untuk dapat lebih memahami tentang pengertian pemahaman, akan dipaparkan beberapa pendapat antara lain: menurut WJS. Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kat a “paham” yang artinya mengerti benar tentang suatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman. Hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Marshall mengatakan, “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan insight, bukan hafalan dan latihan. Definisi di atas tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka, arti pemahaman yang bersifat operasional adalah: 1. Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan. Pemahaman di sini mengandung arti dari definisi yang pertama yakni pemahaman yang diartikan mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan. 2. Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta. Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua yakni pemahaman tumbuh dari pengalaman, di samping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian di sini, kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta, jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan. 3. Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara produktif. Dalam hal ini, pemahaman diartikan bilamana seseorang tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat dilihat pada waktu proses belajar mengajar.

2.11.2 Evaluasi Belajar

Kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemahaman siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan, dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan perseptual, keharmonisan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif, dan interpretatif.

2.12 Gambaran Umum Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya, serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem reproduksi.

2.12.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental, serta sosial kultural. Fauzi, 2008

2.12.2 Remaja

Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, remaja adolescence adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain, PBB menyebutkan anak muda youth untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda young people yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock 1993, masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri 1995, remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja, antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi: dimensi biologis, kognitif, dan sosial. 1. Dimensi Biologis Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu, terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat, dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat, dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. 2. Dimensi Kognitif Perkembangan kognitif remaja dalam pandangan Jean Piaget 2007, seorang ahli perkembangan kognitif; merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal period of formal operations. Pada periode ini idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa, sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang, sehingga mereka mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu, serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi prediksi dan rencana untuk masa depan. 3. Dimensi Sosial Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.

2.12.3 Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi

1. Pria Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam. a. Organ Reproduksi Bagian Luar  Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot, dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang disebut uretra.  Scrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat terdapat 2 buah kiri dan kanan berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis. b. Organ Reproduksi Bagian Dalam  Testis, yaitu merupakan isi scrotum berjumlah 2 buah terdiri dari saluran kecil-kecil membentuk anyaman sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.  Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa berjumlah 2 buah.  Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.  Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen; yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi. c. Fungsi Organ Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas sekitar usia 11-14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut antara lain:  Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama kehidupannya.  Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel Interstisial Leydig dalam testis. 2. Wanita Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. a. Organ Reproduksi Bagian Luar  Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.  Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.  Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu.  Payudara kelenjar mamae, yaitu organ yang berguna untuk menyusui. b. Organ Reproduksi Bagian Dalam  Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja.  Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur di tengah sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual coitus atau setelah melahirkan.  Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot- otot melingkar yang di kanan-kirinya terdapat kelenjar bartolini menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual.  Uterus rahim, yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.  Tuba uterina fallopi, yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus sebagai tempat melintasnya sel telur ovum.  Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah. c. Fungsi Organ Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan dihasilkannya sel telur ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga payudara akan membesar.

2.12.4 Faktor Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual PMS, pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. 1. Kebersihan Organ Genital Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital, bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus. 2. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual PMS, dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut. 3. Hubungan Seksual Pranikah Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas tingkat kesakitan dan mortalitas tingkat kematian yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5 kali risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil, misalnya hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu mistimed. Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu, antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yaitu:  Kematian mendadak karena pendarahan hebat.  Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.  Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.  Rahim yang sobek uterine perforation.  Kerusakan leher rahim cervical lacerations yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.  Kanker payudara, karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita.  Kanker indung telur ovarian cancer.  Kanker leher rahim cervical cancer.  Kanker hati liver cancer.  Kelainan pada placenta ari-ari placenta previa yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.  Menjadi mandul tidak mampu memiliki keturunan lagi ectopic pregnancy.  Infeksi rongga panggul pelvic inflammatory disease.  Infeksi pada lapisan rahim endometriosis. Selain itu, aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian, seperti berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku percobaan bunuh diri. 4. Penyalahgunaan NAPZA NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dll. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIVAIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian. 5. Pengaruh Media Massa Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel- artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. 6. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual. 7. Hubungan Harmonis dengan Keluarga Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang di alaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orangtua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja. 8. Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah- daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, thermometer, dll. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonoreae, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune Deficiency Syndrom AIDS.

2.13 Studi Sejenis

Sumber literatur yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur hasil dari penelitian atau hasil penulisan karya ilmiah yang bertujuan untuk menekankan pada kelebihan dan kekurangan yang dilihat dari sisi sistem yang telah dirancang sebagai sumber referensi dan bahan acuan terhadap sistem yang akan dibuat. Dari berbagai referensi, terdapat studi literatur yakni sebagai berikut: Dian 2011 dalam laporan penelitiannya berjudul “Kesehatan Reproduksi Remaja” menjelaskan bahwa minimnya informasi kesehatan reproduksi kerap terjadi penyalahgunaan fungsi seksual. Kendala yang menyebabkan sulit sekali bagi remaja untuk mengakses informasi tentang seks dan pelayanan kesehatan reproduksi adalah faktor agama, adat, dan tradisi. Maka, untuk remaja yang sudah beraktivitas seks namun belum mempunyai pengetahuan seks yang cukup untuk menjaga dirinya sendiri, perlu diberikan bekal pendidikan seks yang materinya lebih banyak berupa kiat-kiat untuk berperilaku seks yang aman dan sehat. Iqbal 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Perancangan perangkat lunak interaktif Tuntunan shalat berbasis 3 D dan 2D”. Melalui media aplikasi pembelajaran tuntunan shalat berbasis 3D dan 2D dengan konsep interaktif ini diharapkan akan memudahkan kita untuk memahami materi dengan baik sehingga dapat beribadah dengan baik dan benar. Perancangan menggunakan metode Waterfall, dimana alat yang digunakan untuk merancang sistem yaitu Usecase Diagram. Sedangkan alat pengembangan aplikasi menggunakan Adobe Flash CS5 dan Autodesk 3Ds Max 2011. Iswara 2011 dalam modul pembelajarannya berjudul “Penyusunan Proposal dan Konsep Audio Digital” menjelaskan bahwa tahapan penting dalam pembuatan multimedia adalah pembuatan script atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut skrip. Sebuah skrip adalah runtutan alur cerita yang akan ditayangkan dalam multimedia. Skrip harus sangat detail, karena akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan multimedia. Kusmiran 2011 menjelaskan dalam bukunya berjudul “Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita” secara detail mengenai kesehatan reproduksi pada remaja dan wanita. Binanto 2010 dalam bukunya berjudul “Multimedia Digital – Dasar Teori dan Pengembangannya” menjelaskan beberapa versi metode pengembangan aplikasi multimedia yang dikembangkan oleh Luther 1994 dan Vaughan 2004. Di sini Vaughan 2004 berpendapat bahwa ada beberapa tahap yang harus dilalui dan diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai tahap lainnya perencanaan dan pembiayaan, dan ada beberapa tahap yang dapat dikombinasikan atau dihilangkan desain dan produksi. Pada metode ini, dilakukan untuk pengembangan proyek multimedia dalam hal bisnis karena membutuhkan ruang lingkup skala besar. Villeny 2010 dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMAN 8 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja kelas XI di SMAN 8 Surakarta. Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Jumlah responden 179 siswa. Uji analisis menggunakan uji korelasi Spearmen Rank. Wardhani 2010 dalam penelitiannya berjudul “Visualisasi Edukatif Sistem Pencernaan Manusia Sebagai Alat Bantu Ajar Biologi Berbasis Multimedia ”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang aplikasi visualisasi sistem pencernaan manusia secara tiga dimensi sebagai media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan edukatif yang didukung dengan pemanfaatan teknologi multimedia. Aplikasi tersebut dibangun dengan menggunakan Autodesk 3Ds Max 2009 untuk membuat animasi 3D, serta Adobe Director 11.5 dan Adobe Flash CS4 sebagai authoring tool-nya. Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang dibuat, dibuktikan dengan responden sebanyak 66 berpendapat bahwa melalui aplikasi ini siswa dapat lebih memahami struktur organ pencernaan dan proses pencernaan yang terjadi dalam tubuh. Theda 2009 dengan judul skripsi “Pembuatan Media Pembelajaran Dasar- Dasar Animasi Grafis 3 Dimensi Berbasiskan Multimedia Interaktif Untuk Mata Pelajaran Animasi Grafis Tingkat X Di SMKN 5 Malang ”. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menghasilkan media pembelajaran berbasis komputer program 3D Studio Max yang dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa pada pembelajaran Animasi 3D Kelas X Jurusan Animasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Malang. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket untuk ahli media dan ahli materi. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan perbandingan pre-test dan post test. Berdasarkan hasil penelitian diatas, produk pengembangan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih mewadahi dan memberikan wahana yang lebih luas kepada para guru, instruktur dan mahasiswa Jurusan Seni dan Desain untuk menunjukkan kinerja dan kapasitasnya dalam memanfaatkan dan menghasilkan produk media tayangan lainnya secara lebih bervariasi, kreatif dan inovatif. Sutopo 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Pembuatan Aplikasi Multimedia Khususnya Puzzle Game pada Mata Kuliah Multimedia”. Penelitian ini difokuskan mengembangkan model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khususnya puzzle game untuk dapat mengatasi kesukaran mahasiswa mengikuti kuliah Multimedia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapat bahwa model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khususnya puzzle game ini dinilai baik dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membuat puzzle game. Tyas 2009 dalam penelitiannya berjudul “Aplikasi Pembelajaran dengan Global Illumination Pencahayaan Realistik menggunakan V-Ray pada Alat Pencernaan Manusia Berbasis 3D ”. Penelitian ini menampilkan desain 3D dengan global illumination pencahayaan realistik menggunakan teknologi V-Ray yang diaplikasikan dalam CD interaktif untuk sistem pencernaan manusia berbasis 3D yang menarik dan mudah dimengerti. Aplikasi tersebut dibangun dengan menggunakan 3Ds Max 2008 untuk membuat animasi 3D, serta Macromedia Director MX 2004 dan Macromedia Flash sebagai authoring tool-nya. Dari hasil penelitian ini dibuktikan dengan 72,5 siswa menyatakan aplikasi ini mudah digunakan karena menggunakan media interaktif yang berbasis multimedia dengan navigasi yang mudah dan tidak membingungkan, serta sebanyak 77,5 menyatakan aplikasi ini membantu kebutuhan user akan program interaktif sesuai dengan pelajaran sistem pencernaan manusia sehingga membantu proses belajar. Kurniawan 2008 dalam penelitiannya berjudul “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Praktek Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMAN 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek kesehatan reproduksi remaja di SMAN 1 Purbalingga dengan menggunakan pendekatan studi cross sectional dengan besar sampel 110 remaja dari populasi 1053. Budirochminarni 2007 dalam laporan hasil penelitian fundamentalnya yaitu “Tipologi Remaja SMP dan SMU dalam Pemanfaatan Media sebagai Sumber Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di Kota Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan dari lima permasalahan yang ada yaitu: 1 tipologi remaja SMP dan SMU tentang pengetahuan kesehatan reproduksi, 2 tipologi media pengetahuan kesehatan reproduksi yang digunakan oleh remaja SMP dan SMU, 3 perilaku kesehatan reproduksi remaja SMP dan SMU, 4 lingkungan kesehatan reproduksi remaja SMP dan SMU, dan 5 Sosial ekonomi keluarga remaja SMP dan SMU. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik yang bersifat deskriptif kepada semua sampel 200 siswa SMP dan SMU yang diambil secara random sampling bertingkat multi stage random sampling terhadap lima kecamatan lokasi SMP dan SMU Negeri yang ada di kota Malang. Citrawathi, dkk 2007 dalam penelitiannya berjudul “Pengembangan Modul Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat untuk Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah Menengah Atas SMA”. Peneliti mengembangkan suatu modul kesehatan reproduksi remaja sebagai suplemen bahan ajar Biologi untuk membantu remaja memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi. Penelitian ini berlangsung selama 3 tahun, mulai dari tahun 2005 s.d 2007. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa modul KRR berwawasan STM yang disusun dinyatakan sangat layak untuk digunakan sebagai suplemen bahan ajar dalam pembelajaran Biologi, khususnya pada bidang kajian sistem reproduksi manusia, dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar mengenai kesehatan reproduksi remaja. Davin 2007 dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Pornografi dari Sisi Kenakalan Remaja”. Studi Kasus ini akan membahas pornografi dari sisi kenakalan remaja. Fokus utama pendidikan seks adalah pendidikan dan pengetahuan, daripada seks. Pendidikan seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari keadaan yang tidak sehat atau berbahaya untuk kesehatannya. Seharusnya pendidikan seks tidak dianggap tabu dan tidak ditutupi lagi. Sebagai suatu cabang masyarakat yang mampu sebagian besar penduduk kaum muda, ruang sekolah seharusnya mengambil peran utama untuk memberi pendidikan seks ini. Lubis, dkk 2007 dalam Jurnal Harmoni Sosial berjudul “Pengetahuan Remaja Pria dalam Mencegah Kehamilan di Desa Pantai, Sumatera Utara”. Penelitian ini membahas berbagai pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi, khususnya dalam mencegah kehamilan. Remaja dalam penelitian ini adalah individu yang berusia antara 15 hingga 24 tahun dan belum menikah. Penelitian ini memperlihatkan besarya peranan teman sebaya dalam pembentukan pengetahuan para remaja, termasuk berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan reproduksi. Kuswanto 2007 dalam penelitiannya berjudul “Rancang Bangun Media Audio Visual Berbasis Animasi 2D dan 3D untuk Pendidikan Sejarah Nasional ”. Penelitian ini bertujuan meningkatkan minat, keingintahuan, kecintaan, dan kepedulian terhadap Sejarah Nasional bagi generasi muda dengan memanfaatkan media audio visual sebagai cara penyampaian materi. Penelitian ini menggunakan metode integrated digital design untuk mengembangkan teknik animasi 2D dan 3D yang bermanfaat untuk menghemat biaya produksi, karena pembuatan media audio visual dengan teknik media kamera membutuhkan biaya produksi yang sangat tinggi untuk para pemain, setting lokasi cerita, proses penyuntingan, dll. Vaughan 2004 berpendapat bahwa ada beberapa tahap yang harus dilalui dan diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai tahap lainnya perencanaan dan pembiayaan, dan ada beberapa tahap yang dapat dikombinasikan atau dihilangkan desain dan produksi. Pada metode ini, dilakukan untuk pengembangan proyek multimedia dalam hal bisnis karena membutuhkan ruang lingkup skala besar. Dastbaz 2003 dalam bukunya “Designing Interactive Multimedia System” mengungkapkan metode pengembangan multimedia baru yang dikenal dengan IMSDD Interactive Multimedia System Design Development. Dastbaz berpendapat, sistem multimedia interaktif membutuhkan perencanaan yang sangat hati-hati pada struktur navigasi analisa kebutuhan sistem dan pendekatan dalam pembuatan interaktifitas menggunakan metafora desain yang tepat pertimbangan desain. Namun dalam metode ini, makna metafora desain mempunyai makna yang tidak jelas rancu dan penggunaannya lebih bersifat ke multimedia programming. Sutopo 2003 menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Multimedia Interaktif dengan Flash” mengenai metode pengembangan aplikasi multimedia yang dikembangkan oleh Luther 1994, yaitu: concept, design, material collecting, assembly, testing, dan distribution, serta studi kasus pengembangannya. Pengembangan aplikasi dengan metode Luther dapat dilakukan proses perencanaan yang sistematis, sehingga dapat memperkecil tingkat kesalahan dalam pembuatan aplikasi. Dan aplikasi yang dibuat akan sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Metode Luther memungkinkan pengembang aplikasi untuk menyelesaikan satu langkah dahulu, baru setelah selesai berpindah menuju langkah selanjutnya. Suyanto 2003 dalam bukunya “Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing” mengatakan bahwa multimedia menjadi penting karena dapat dipakai sebagai alat persaingan antar perusahaan. Di samping itu, pada abad ke-21 ini multimedia menjadi suatu keterampilan dasar yang sama pentingnya dengan keterampilan membaca. Sesungguhnya, multimedia pun mengubah hakikat membaca itu sendiri. Multimedia menjadikan kegiatan membaca itu dinamis dengan memberi dimensi baru pada kata-kata. Apalagi dalam hal penyampaian makna, kata-kata dalam aplikasi multimedia bisa menjadi pemicu yang dapat digunakan untuk memperluas cakupan teks ketika memeriksa suatu topik tertentu. Multimedia melakukan hal ini bukan hanya dengan menyediakan lebih banyak teks, melainkan juga dengan menghidupkan teks yang disertai bunyi, gambar, musik, animasi, dan video. Berdasarkan literatur-literatur di atas, maka peneliti membandingkan dengan penelitian yang dibuat. Peneliti membuat suatu aplikasi multimedia interaktif yang mampu memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi remaja dalam permasalahannya dengan pengoptimalisasian objek 3D pada organ reproduksi manusia dengan maksud agar para remaja memiliki wawasan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai masalah remaja dalam memahami kesehatan reproduksinya dan meningkatkan minat mereka terhadap animasi 3D secara signifikan. Melalui aplikasi ini, diharapkan remaja mampu menyampaikan informasi yang benar kepada remaja lainnya dalam upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab. 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data ini, peneliti melakukannya pada saat melakukan PKL di BKKBN Pusat selama kurang lebih satu bulan Februari s.d Maret 2011. Tabel 3.1 Deskripsi Lokasi dan Tempat Penelitian Tempat Penelitian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN Pusat Waktu Penelitian Februari s.d Maret 2011 Alamat Jalan Permata No.1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur 13650. Untuk mendapatkan data serta informasi yang dibutuhkan, peneliti akan menggunakan dua metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian yang dilakukan yaitu studi pustaka dan studi lapangan, baik dalam pengumpulan data, maupun informasi yang diperlukan, serta untuk mendapatkan kebenaran dari materi uraian pembahasan.

3.1.1 Studi Pustaka

Pada tahapan pengumpulan data dengan studi pustaka, peneliti mencari referensi-referensi yang relevan dengan objek yang akan diteliti. Referensi- referensi tersebut berasal dari buku-buku pegangan, artikel, situs internet, dan