seperti pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, para manajerial SKPD mempunyai otonomi yang lebih besar dalam proses pengambilan atau penetapan keputusan.
Otonomi pengambilan keputusan ini antara lain meliputi tanggung jawab pimpinan kepala dinas atau badan secara keseluruhan terhadap unit kerja yang
dipimpinnya. Sebelum diberlakukan otonomi daerah tanggungjawab fisik dan keuangan diemban oleh pimpinan proyek dan bendahara proyek, maka sejak otonomi
daerah Kepala Dinas atau Badanlah yang bertanggung jawab secara langsung terhadap proyek-proyek tersebut. Dengan otonomi yang semakin tinggi ini, dapat
diprediksikan bahwa Kepala Badan dan Kepala Dinas akan lebih bertanggung jawab, selanjutnya kinerja manajerial juga menjadi semakin meningkat. Dengan kata lain,
semakin struktur terdesentraslisasi organisasi di pemerintahan daerah, maka semakin tinggi pula kinerja kepala SKPD dalam menjalankan pengelolaan keuangan daerah.
5.6.4. Pengaruh Pengawasan Internal terhadap Kinerja Managerial SKPD
Hasil penelitian menujukkan bahwa pengawasan internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja managerial SKPD. Hal ini tidak sejalan
dengan pendapat beberapa pakar keuangan daerah. Menurut Mardiasmo 2001 dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh pelaksanaan APBD dan
Pertanggung jawaban APBD yang meliputi setiap tahapan pengelolaan keuangan daerah, maka diharapkan proses pengelolaan keuangan daerah terutama dalam proses
penyusunan anggaran akan memperbesar pengaruhnya terhadap kinerja manajerial SKPD. Alamsyah 1997 menyebutkan bahwa tujuan adanya pengawasan APBD
Andarias Bangun : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, K e j e l a s a n S a s a r a n A n g g a r a n D a n S t r u k t u r Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel
Pemoderasi Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2009
adalah untuk : 1 menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan, 2 menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan, dan
3 menjaga agar hasil pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
Dari pengujian hipotesis kedua, disimpulkan bahwa variabel pengawasan internal bukan merupakan variabel independen yang mempengaruhi kinerja
managerial SKPD. Hal ini diperkirakan dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu: belum adanya barometer keberhasilan seperti pada organisasi
bisnis sehingga sulit untuk menentukan tingkat keberhasilan. Begitu juga adanya faktor terjadinya keterlambatan dalam pengesahan peraturan daerah tentang APBD,
yang dapat menyebabkan banyak program dan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan untuk tahun anggaran berjalan sehingga terjadi keterlambatan
pembangunan daerah tersebut. Selain itu juga ada masalah sumber daya manusia yang masih belum seperti harapan, misalnya pemahaman dalam pembuatan dokumen
yang diperlukan untuk pelaksanaan APBD. Faktor lain juga yang diperkirakan mempunyai peran yang sangat besar yaitu masalah perubahan peraturan khususnya
yang mengatur tentang keberadaan kantor Inspektorat sebagai pengawas intern, dimana banyak yang terjadi setelah era otonomi daerah banyak lahir raja-raja kecil
baru, sehingga rekruitmen personil dan pemutasian personil dari satu badankantor ke tempat lain begitu mudah, sehingga kwalitas personil banyak yang tidak seperti
harapan.
Andarias Bangun : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, K e j e l a s a n S a s a r a n A n g g a r a n D a n S t r u k t u r Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel
Pemoderasi Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2009
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan intern tidak dapat memoderasi pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran
anggaran dan struktur desentralisasi terhadap kinerja manegerial SKPD.
Andarias Bangun : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, K e j e l a s a n S a s a r a n A n g g a r a n D a n S t r u k t u r Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel
Pemoderasi Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2009
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan struktur desentralisasi
terhadap kinerja manajerial SKPD, dengan memasukkan pengawasan internal sebagai pemoderasi. Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah di uraikan sebelumnya,
maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan, partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran
anggaran dan struktur desentralisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD, dan hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian.
2. Secara parsial, partisipasi dalam penyusunan anggaran, stuktur desentralisasi
berpengaruh cukup signifikan yang mana hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Suhartono dan Abdul Halim 2005 dan juga hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syafruddin 2005. Sedangkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja managerial SKPD, dan hal ini berbeda dengan hasil
penelitian oleh Suhartono dan Abdul Halim 2005 yang menyimpulkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja managerial.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan internal tidak dapat
memoderasi pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan stuktur desentralisasi terhadap kinerja managerial SKPD. Hal ini
Andarias Bangun : Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, K e j e l a s a n S a s a r a n A n g g a r a n D a n S t r u k t u r Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel
Pemoderasi Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2009