Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Nata

Nurul Huda Effendi : Pengaruh Penambahan Variasi Massa Pati Soluble Starch Pada Pembuatan Nata De Coco Dalam Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter xylinum, 2009. dan fermentasi segera terjadi. Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasikan dengan biakan murni. 3. Fermentasi Dilakukan pada media cair yang telah dinokulasikan dengan starter. Fermentasi ini berlangsung pada kondisi aerob, lalu fermentasi akan diteruskan sampai nata yang diperoleh hasilnya cukup tebal, dengan ketebalan natanya sekitar 1,0 – 1,5 cmhttp:www.ristek.go.id.Tek+Tepat+Guna+Agroindustri+KecilSumbar.htm.

2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Nata

1. Temperatur Ruang Inkubasi Temperatur ruang inkubasi harus diperhatikan karena berkaitan dengan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada umumnya suhu fermentasi untuk pambuatan nata adalah pada suhu kamar 28 °C. suhu yang terlalu rendah membuat nata yang dihasilkan kurang memuaskan. Mengatasi temperatur yang rendah dapat dilakukan dengan menutup semua baki dengan wadah yang lebar. Dapat juga dengan menyalakan lampu. Temperatur ruang yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembuatan nata yang akhirnya juga menghambat produksi nata. 2. Kualitas Starter Starter yang kurang baik akan menghasilkan nata yang kurang baik pula. Jadi sebaiknya digunakan starter yang berkualitas baik untuk mendapatkan nata dengan kualitas baik. Starter yang berkualitas baik adalah starter yang tidak terkontaminasi, dengan nata yang tidak terlalu tebal dan berada pada lapisan atas permukaan media fermentasi. 3. Kebersihan Alat Alat – alat kotor dapat menghambat bahkan mematikan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, sedangkan alat – alat yang bersih dan steril dapat memacu pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Karena itu, semua peralatran harus disterilkan terlebih dahulu. Semua alat disterilkan dengan cara dikukus dengan dandang atau dengan memakai autoklaf. Warisno, 2004 4. Jenis dan Konsentrasi Medium Nurul Huda Effendi : Pengaruh Penambahan Variasi Massa Pati Soluble Starch Pada Pembuatan Nata De Coco Dalam Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter xylinum, 2009. Medium fermentasi ini harus banyak mengandung karbohidrat gula di samping vitamin – vitamin dan mineral, karena pada hakikatnya nata tersebut adalah benang-benang halus slime menyerupai kapsul dari sel bakteri yang kaya akan selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini dalam kondisi optimum memiliki kemampuan yang luar biasa untuk memproduksi slime yang terapung – apung di permukaan medium. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum, bakteri ini dapat tumbuh dan berkembang dalam medium gula dan akan mengubah gula menjadi selulosa. 5. Waktu Fermentasi Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata pada umumnya 2 – 4 minggu. Minggu ke – 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu maksimal produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu produksi nata akan menurun. 6. pH Fermentasi Derajat keasaman uang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah 3 – 5 atau dalam suasana asam. Pada kedua sisi pH optimum, aktifitas enzim seringkali menurun dengan tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang amat penting bagi organisme. Penurunan pH dapat terjadi akibat fermentasi karbohidrat menjadi asam, sehingga akan semakin cenderung terjadi penurunan pH optimum. 7. Tempat Fermentasi Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk nata. Di samping itu tempat fermentasi tidak terkontaminasi, tidak terkena cahaya matahari langsung, jauh dari sumber panas dan jangan sampai berhubungan langsung dengan tanah. Selain itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatuikan bahwa selama proses pembentukan nata berlangsung harus dihindari gerakan atau goncangan di sekitar tempat fermentasi. Akibat adanya gerakan atau goncangan ini akan menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah dari lapisan nata pertama. Hal ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar. Budiyanto, 2004 Nurul Huda Effendi : Pengaruh Penambahan Variasi Massa Pati Soluble Starch Pada Pembuatan Nata De Coco Dalam Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter xylinum, 2009.

2.3 Pati

Pati ialah karbohidrat penyimpan energi bagi tumbuhan. Pati merupakan komponen utama pada bebijian, kentang, jagung, dan beras. Inilah bentuk cadangan glukosa yang disimpan oleh tumbuhan untuk digunakan kemudian. Pati tersusun dari unit-unit glukosa yang bergabung lewat ikatan 1,4- - glikosidik, meskipun rantainya dapat mempunyai sejumlah cabang yang melekat lewat ikatan 1,6- -glikosidik. Hidrolisis parsial dari pati menghasilkan maltosa, dan hidrolisis sempurna hanya menghasilkan D-glukosa. Pati dapat dipisahkan dengan berbagai teknik menjadi dua fraksi, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa, yang menyusun sekitar 20 dari pati, unit glukosa 50 sampai 300 membentuk rantai sinambung, dengan tautan-1,4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di atas Hart. H. 2003.

2.4 Selulosa

Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan di dalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Kayu terutama mengandung selulosa dan senyawa polimer lain; katun merupakan selulosa hampir semua murni. Selulosa tidak hanya merupakan polisakarida struktural ekstrasellular yang paling banyak dijumpai pada dunia tumbuhan, tetapi juga merupakan senyawa yang paling banyak di antara semua biomolekul pada tumbuhan atau hewan. Karena selulosa merupakan homopolisakarida linear tidak bercabang, terdiri dari 10.000 atau lebih unit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 4 glikosida, senyawa ini akan kelihatan seperti amilosa, dan rantai utama glikogen. Tetapi terdapat perbedaan yang amat penting: pada selulosa, ikatan 1 4 berada dalam konfigurasi , sedangkan pada amilosa, amilopektin, dan glikogen, ikatan 1 4 nya berbentuk . Karena ikatan nya, rantai D-glukosa pada selulosa membentuk konformasi yang melebar dan mengalami pengelompokkan antar sisi menjadi serat yang tidak larut. Ikatan 1 4 pada selulosa tidak dapat dihidrolisa oleh -amilase. Karena tidak ada enzim yang mampu menghidrolisa selulosa yang dikeluarkan oleh saluran usus