37
c Mengurangi ekonomi yang tinggi, dengan melakukan deregulasi- deregulasi dalam perizinan serta kemudahan dalam pendistribusian
barang dapat mengakibatkan harga barang menjadi turun atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian tidak berada dalam
keadaan inflasi.
d. Efek Buruk Inflasi
Kenaikan harga-harga yang terus menerus, tidak hanya menimbulkan efek buruk keatas melainkan juga efek buruk kepada
individu maupun masyarakat. Dalam perkembangan ekonomi inflasi dapat menurunkan kualitas perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan
karena dengan biaya yang terus menerus naik mengakibatkan para pengusaha lebih suka menggunakan uangnya untuk spekulasi dan
berinvestasi pada harta-harta tetap seperti tanah, rumah, property dll. Dibandingkan dengan mengalirkan uangnya di sektor barang dan jasa
yang akan berdampak pada terciptanya pengangguran. Naiknya harga barang, akan membuat barang dalam negeri kalah bersaing dalam pasar
internasional sehingga ekspor akan turun, dan juga harga barang dalam negeri yang tinggi-pun akan kalah bersaing di dalam negeri karena harga
barang impor lebih murah dan biasanya kualitasnya lebih baik dari barang dalam negeri.
38
Lain halnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat terjadinya inflasi, menurut Sukirno 2006:338-339 dampak buruk yang
dirasakan masyarakat akan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut : 1 Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil
individu-individu yang berpendapatan tetap. 2 Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
3 Memperburuk pembagian kekayaan, maksudnya adalah terjadinya perbedaan pendapatan antara orang- orang yang memiliki gaji tetap
dan orang-orang memiliki kekayaan dalam harta tetap.
Pratomo 2006:119 berpendapat bahwa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut:
1 Memburuknya distribusi pendapatan. Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik. Namun bagi produsen, naiknya biaya produksi
akan dibebankan kepada konsumen, sehingga pendapatannya meningkat. Bagi pekerja, walaupun gaji yang diterimanya naik,
39
kenaikkan harga-harga barang konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.
2 Bunga yang semakin tinggi, inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin meningkat. Ada beberapa pandangan antara
Keynes dan Monetaris tentang fenomena ini.
Keynesian: naiknya tingkat harga akan meningkatkan pengeluaran
nominal. Meningkatnya pengeluaran nominal, mengakibatkan permintaan akan uang untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah
uang beredar tetap, maka akan mengakibatkan suku bunga menjadi meningkat.
Monetaris: ekspektasi terhadap inflasi menyebabkan suku bunga
nominal meningkat. Irving Fisher megatakan bahwa ada hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga. Menurut Fisher, sesorang akan
memperoleh keuntungan secara riil jika tingkat bunga nominal melebihi tingkat inflasi. Akan tetapi jika tingkat bunga nominal berada
di bawah inflasi maka secara riil orang yang menabungkan uangnya akan mengalami kerugian.
a Ketidakpastian dan spekulasi Inflasi akan meciptakan ketidakpastian menjadi semakin besar,
karena profitabilitas dari investasi menjadi semakin tidak jelas.
40
b Problem pada Balance of Payment BOP Jika inflasi di dalam negeri lebih besar dari negara lain
partner berdagang maka barang kita akan kalah bersaing, ekspor akan menurun, dan negara partner akan diuntungkan. Dengan kata
lain inflasi menyebabkan ekspor menjadi lesu, dan impor menjadi lebih diminati. Sehingga nerasa transaksi berjalan semakin memburuk,
lalu muncullah spekulasi akan terjadinya devaluasi mata uang.
e. Teori Inflasi
Boediono 1985:167-176 menjabarkan secara garis besar terdapat 3 kelompok mengenai teori inflasi,masing-masing menyoroti aspek-aspek
tertentu dari proses inflasi. Teori tersebut adalah sebagai berikut: 1 Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Dengan demikian permintaan
masyarakat akan barang melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal ini terjadi karena masyarakat mengetahui keinginannya dan menjadikan
keinginan tersebut dalam bentuk permintaan yang efektif terhadap barang. Dengan kata lain, masyarakat berhasil memperoleh barang dengan jumlah
yang lebih besar dari seharusnya. Jika jumlah permintaan meningkat dibandingkan dengan harga barang yang berlaku maka akan menyebabkan
inflation gap. Keadaan ini menyebabkan harga-harga naik sehingga
rencana pembelian barang tidak terpenuhi. Keadaan seperti itu membuat
41
masyarakat berusaha untuk mendapatkan dana yang lebih besar lagi baik dengan pencetakan uang baru atau melakukan kredit inflasi ini akan terus
berlangsung selama terjadi kelebihan permintaan dibandingkan jumlah output yang dihasilkan masyarakat.
2 Teori Kuantitas Uang Irving Fisher Teori kuantitas uang adalah teori yang paling tua mengenai inflasi,
teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher dalam bukunya The Quantity of Money
, teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum inflasi. Namun
teori ini yang akhir-akhir ini mengalami penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok ahli ekonomi Universitas Chicago masih sangat berguna
untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara sedang berkembang. Persamaan dalam teori ini adalah:
M V = P T ................................................................. 2.7
Dimana : M
= Jumlah uang beredar V
= Perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun P
= Harga barang dan jasa T
= Trade volume transaksi
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari a jumlah uang beredar, dan b psikologi harapan masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga expectations.
3 Teori Strukturalis
42
Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi
tekanan pada ketegaran rigidities dari struktur perekonomian negara- negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor
struktural dari perekonomian yang menurut definisi, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang, maka teori
ini bisa disebut teori inflasi “jangka panjang”.
f. Hubungan Inflasi dengan Utang Luar Negeri
Dalam menganalisa hubungan tingkat inflasi terhadap utang luar negeri, dapat digunakan teori imported inflation. Dimana saat negara
Indonesia mengalami inflasi, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan lemah. Indonesia masih bergantung terhadap produk dari luar baik bahan
baku atau barang setengah jadi disektor barang dan jasa. Sehingga saat terjadi inflasi di Indonesia, pemerintah membutuhkan dana yang lebih
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tersebut dan dibutuhkanlah utang luar negeri. Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara inflasi
dengan utang luar negeri pemerintah adalah berpengaruh positif. Dari uraian diatas dapat dibuat fungsi model sebagai berikut :
ULN = ƒ Inf ........................................................... 2.8 Dimana :
ULN
= Utang Luar Negeri Inf
= Inflasi
43
5. Konsep Dummy Variabel
Dalam statistik dan ekonometrik, terutama dalam analisis regresi, variabel dummy juga dikenal sebagai variabel indikator atau variabel kualitatif sebagai
salah satu cara untuk mengambil nilai 0 atau 1 yang menunjukkan tidak adanya atau kehadiran beberapa efek kategoris yang dapat diharapkan untuk
menggeser hasilnya Gujarati, 2006: 1. Dalam penelitian ini tolak ukur dalam variabel dummy adalah krisis
global 2008. Dimana sebelum krisis global dilambangkan dengan angka 0 dan setelah krisis global dilambangkan dengan angka 1.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang utang luar negeri di Indonesia maupun di negara lain telah banyak dilakukan, penelitian tesebut banyak digunakan sebagai referensi
penelitian dimasa yang akan datang. Penelitian tentang utang luar negeri telah dilakukan oleh :
1 A. Tony Prasetyantono 1996
Penelitiannya berjudul “Utang Luar Negeri dan Defisit Transaksi
Berjalan dalam Perekonomian Indonesia ” , dalam periode 1973-1991.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah defisit transaksi berjalan dan utang luar negeri pada periode tahun sebelumnya
dan variabel dependennya adalah utang luar negeri. Dengan menggunakan
44
metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Y
1
= ƒ X
1,
X
2
Y
1
= β + β
1
X
1
+ β
1
X
1+
µ ULN
= β +
β
1
DTB + β
1
ULN
-1 +
µ Dimana :
ULN = Utang Luar Negeri
DTB = Defisit Transaksi Berjalan
ULN
-1
= Utang Luar Negeri pada periode sebelumnya β
1
= koefisien regresi
µ
= error term
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan mempunyai hubungan negatif dengan utang luar negeri dan variabel utang
pada periode tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan
defisit transaksi berjalan yang tinggi akan menurunkan utang luar negeri .
2 Gohoon Kwon, Lavern McFarlane, and Wayne Robinson 2009
Penelitiannya b erjudul “Public Debt, Money Supply, and Inflation: A
Cross-Country Study ” dalam periode 1962-2004 . Variabel yang
digunakan adalah Public Debt, Money Supply, GDP, and Inflation. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Y = ƒ X
1
45
Y
1
= β + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ e PB
= β +β
1
I + β
2
M1+ β
3
GDP + e Dimana :
PB = Public Debt
I = Inflation
M1 = Money Supply
GDP = Gross Domestic Product
β
1
= Koefisien regresi e
= error term
Hasil dari penelitian ini adalah kenaikan inflasi dapat meningkatkan tingkat hutang tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak
langsung . Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara utang dan inflasi menempati α : range14 mean group
estimator to ½ GMM estimator . Hal ini menyiratkan bahwa efek dari
ekspektasi inflasi bisa menjadi lebih besar dari PDB yang menurun sebanyak 13
– ½.
3 I Wayan Gayun Widharma, I Made Kembar Sri Budhi, dan A A I N
Marhaeni 2011
Penelitiannya yang berjudul “Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Kajian Terhadap Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh”, dalam periode 1981-2010. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
pajak, defisit anggaran, pengeluaran pembangunan, kurs dollar dan utang luar negeri pemerintah sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode
46
Path Analisis. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Y = ƒ X
1
,X
2
,X
3
,X
4
,X
5
,X
6
Y = β +β
1
X
1
+β
2
X
2
+β
3
X
3
+β
4
X4+β
5
X
5
+β
6
X
6
+ e ULNp = β
+β
1
P+β
2
DA+β
3
PCU+β
4
PP+β
5
KD+β
6
ULN
t-1
+ e Dimana :
ULNp = Utang Luar Negeri Pemerintah P
= Pajak DA
= Defisit Anggaran PCU = Pembayaran Cicilan Utang
PP = Pengeluaran Pembangunan
KD = Kurs Dollar
ULNP
t-1
= Pengeluaran Pemerintah Tahun Sebelumnya β
1
β
2
β
3
= koefisien regresi e
= error term Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pajak berpengaruh
signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah melalui pengeluaran pembangunan. Defisit anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap
utang luar negeri pemeritah melalui pengeluaran pembangunan. Defisit anggaran dan pembayaran cicilan utang berpengaruh signifikan terhadap
kurs. Lalu pengeluaran pembangunan berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah. Sedangkan kurs dollar berpengaruh
signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah. Kemudian utang luar negeri pemerintah tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
47
utang luar negeri pemerintah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah, kurs, dan utang luar negeri tahun sebelumnya
berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap utang luar negeri pemerintah. Artinya pemerintah menutup utang dengan utang
sehingga mengakibatkan jumlah utang luar negeri pemerintah jumlahnya sangat besar.
4 Yerimias Manuhutu 2010
Penelitiannya
yang berjudul “Nilai Tukar Berpengaruh pada Pinjaman Luar Negeri Indonesia
”, dalam periode 1997-2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar dan pinjaman luar
negeri. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode Vector Autoregression
VAR . Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Y = ƒ X
1
Y = β
+ β
1
X
1
+ e PLN
= β +β
1
NT + e Dimana :
PLN = Pinjaman Luar Negeri
NT = Nilai Tukar
β
1
= koefisien regresi e
= error term Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara kursnilai
tukar terhadap pinjaman luar negeri adalah satu arah, yakni nilai tukar mempengaruhi pinjaman luar negeri. Adanya shock variabel nilai tukar
memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan variabel pinjaman luar