21
Supaya dapat memahami bacaan yang dipilih sebaik-baiknya, seseorang harus dapat membaca secara kritis dan kreatif untuk memahami bahasa kias,
menentukan maksud pengarang, mengevaluasi ide yang dinyatakan dan menerapkan ide pada situasi yang sebenarnya.
Membuat kesimpulan dari sebuah bacaan dapat dilakukan setelah siswa membaca keseluruhan karangan. Hal ini pun dapat dijadikan salah satu
ukuran pemahaman
siswa terhadap
karangan yang
dibacanya. Menghubungkan bacaan dengan pengalaman pribadi siswa merupakan upaya
untuk mengetahui seberapa luas pengalaman dan wawasan yang dimiliki siswa.
7. Macam-Macam Membaca
Macam-macam dapat dibagi berdasarkan cakupan-cakupan lain yang lebih spesifik. Misalnya untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam
keterampilan mekanis jenis membaca yang paling tepat adalah membaca nyaring atau membaca bersuara. Adapun untuk tujuan pemahaman jenis
membaca yang tepat adalah membaca dalam hati. Menurut Rizem Aizid macam-macam membaca antara lain:
a. Membaca intensif adalah membaca yang dilakukan secara cermat dan hati- hati dengan tujuan untuk memahami seluruh isi teks buku secara
mendalam dan detail. Dengan demikian, jenis membaca intensif ini sangat cocok untuk Anda yang tujuan dan membacanya adalah untuk
memperoleh informasi atau pengetahuan yang sangat detail dan komprehensif dari sebuah buku.
b. Membaca cepat adalah suatu kegiatan membaca yang menitikberatkan apada kecepatan memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam
waktu yang relatif singkat. Membaca cepat dilakukan apabila Anda akan mengambil gagasan pokok dan garis besarnya saja. Dalam hal ini waktu
harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
c. Membaca indah adalah kegiatan membaca yang menitik beratkan pada aspek keindahan teks bacaan. Biasanya jenis membaca ini sangat tepat
digunakan untuk membaca teks-teks sastra. Dalam membaca karya sastra dengan gaya membaca indah ini, pembaca hendaknya menjatuhkan alur
suaranya pada gagasan-gagasan sebagimana layaknya orang berbicara. Gerak dan mimik harus sejalan dengan gagasan pokok yang terkandung
dalam teks sastra tersebut. Dengan demikian, membaca indah adalah
22
teknik membaca yang menekankan pada sisi keindahan dari suatu karya sastra.
d. Membaca teknik adalah kegiatan membaca dengan menggunakan suara. Singkatnya, membaca teknik adalah membaca nyaring. Maksudnya ketika
Anda membaca teks Anda harus mengiringinya dengan suara nyaring. Biasanya jenis membaca ini sering digunakan oleh guru saat mengajar
siswanya di kelas. Guru mendikte siswa dengan membaca nyaring.
e. Membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya sehingga pembaca tidak sekadar membaca, namun juga
berpikir tentang masalah yang dibahas oleh penulis buku tersebut. Satu hal penting yang perlu Anda ingat adalah tidak semua yang ditulis itu benar.
Maka dari itu, Anda dituntut untuk kritis dalam mengikuti alur pikiran penulis. Dengan demikian membaca kritis adalah membaca aktif.
27
B. Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian
Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun yang artinya pohon
28
atau disebut juga “tarikh” yang artinya ketentuan masa atau perhitungan tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sejarah” diartikan “asal
usul keturunan, silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.”
29
Asrohah mengutip pendapat Abdullah memberikan pengertian sejarah adalah “tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu dan
pada masa lampau yang dilakukan ditempat tertentu.”
30
Sejarah dalam pengertian sejarah sebagai peristiwamemiliki sifat atau ciri-ciri einmalig dan unik. Einmalig berarti sekali terjadi. Setiap peristiwa
hanya sekali terjadi dan tak akan pernah terulang kembali. Sedang sifat unik menunjuk sebagai peristiwa satu-satunya yang berarti tidak ada duanya. Maka
peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus. Sejarah dalam pengertian ini adalah sejarah dalam pengertian objektif, artinya sejarah sebagai peristiwa itu
adalah sesuai dan sama dengan yang ada dalam alam. Jika kita renungkan agak mendalam, kita akan menyadari bahwa
sejarah sebagai peristiwa sebenarnya sudah tidak ada lagi. Peristiwa atau
27
Rizem Aizid, op.cit, h. 32 – 38
28
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, , h. 190
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 1011
30
Hanum Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 2001, h. 9