Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sampai saat ini kualitas dan kuantitas pendidikan merupakan masalah yang sangat menonjol. Salah satu tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui upaya peningkatan kualitas pada semua jenjang pendidikan, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains IPTEKS. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains IPTEKS sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, siswa sebagai penerus bangsa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerjasama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik dari aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains. Dalam dunia pendidikan penguasaan bidang matematika tidak hanya membentuk siswa yang terampil berpikir tetapi juga dapat mengharumkan nama bangsa. Berkaitan dengan itu pada surat kabar harian disebutkan bahwa siswa Indonesia telah meraih empat 1 2 medali emas di ajang olimpiade matematika tingkat SD sampai SMP pada tahun 2009. Dan tahun 2010 ini pada ajang yang sama yang diadakan tanggal 10-14 juli di Hongkong, siswa Indonesia berhasil mengalahkan 10 negara dengan meraih empat medali perak dan satu emas. Direktur Pembinaan SD Kemendiknas, Murdjito mengatakan bahwa “walaupun prestasi pada tahun 2010 sedikit menurun sebagai bangsa Indonesia kita harus tetap bersyukur dan untuk ke depan siswa Indonesia harus diberi semangat lagi dan lebih dimatangkan lagi persiapannya”. 1 Untuk itu matematika sekolah perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan, serta untuk membentuk kepribadian siswa. Semua kemampuan dan keterampilan seperti yang telah disebutkan akan tercapai, apabila seseorang ada kehendak untuk mempelajarinya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 36: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya…” Maksud ayat di atas selain kita diperintahkan untuk belajar, kita juga harus mengetahui karakteristik dari ilmu pengetahuan tersebut seperti halnya matematika. Pembelajaran matematika akan menuju ke arah yang benar dan berhasil apabila mengetahui karakteristik yang dimilikinya. Matematika memiliki karakteristik tersendiri baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai maupun dari aspek materi yang dipelajari untuk menunjang tercapainya kompetensi. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, matematika menekankan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki 1 Jakarta Post, Indonesia Sabet Emas lagi di Olympiade Matematika, http:www.chajpnn. 14 Juli 2010, 21.55 WIB 3 kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, Dalam bukunya Erna menyatakan bahwa di sekolah siswa dalam belajar matematika mulai dari SDMI sampai SMAMA harus memiliki kecakapan matematika, yaitu: 1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau dugaan untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika. 4. Menyusun kemampuan strategi dalam membuat atau merumuskan, menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. 2 Kenyataannya proses belajar matematika tidak selamanya berjalan efektif, karena masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika dan menganggap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Kesulitan belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang memiliki objek abstrak. Sehingga siswa membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari matematika yang diajarkan oleh guru di kelas. Selain itu siswa belum memahami peranan penting matematika sehingga matematika dianggap pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Matematika juga dianggap identik dengan angka-angka. Menurut Nurhadi dan Suharta hasil pembelajaran matematika di sekolah dasar dan menengah di Indonesia menunjukkan ketidakmampuan 2 Erna Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006, hlm.28 4 siswa menghubungkan antara materi yang dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari. 3 Padahal memecahkan persoalan sehari-hari dalam ilmu matematika digambarkan pada soal cerita matematika. Sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika akan menunjukkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah sudah sejak lama direkomendasikan oleh The National Council of Teacher of Mathematics NCTM sebagai salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Sebagai suatu hasil belajar, maka kemampuan pemecahan masalah tentu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satu faktor penting yang menjadi kunci dalam pemecahan masalah adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Namun berdasarkan pada pengalaman peneliti, ketika memberikan soal cerita matematika pada sebagian siswa SMP kelas VII dan kelas VIII. Terbukti pada setiap penyelesaian soal yang menyangkut kehidupan sehari- hari, terlebih soal yang tersaji dalam bentuk cerita, siswa tersebut tidak dapat menyelesaikan secara benar. Pada umumnya para siswa menyelesaikan soal cerita tersebut dengan langkah-langkah yang tidak uruttidak sistematis. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami maksud soal, lemah dalam penguasaan bahasa atau belum mengetahui prosedur rutin yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Berkaitan dengan itu kesulitan dalam memahami soal cerita yang paling banyak disebabkan karena mereka kurang tahu atau kurang paham apa yang ada dalam soal, mereka kurang memahami makna setiap kalimat yang ada, kurang mampu merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kurang mampu menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan masalah dan masih ada yang tidak tahu unsur yang harus dimisalkan dalam satu variabel. Hal ini terlihat dalam persentase beberapa aspek yang ada yaitu aspek ingatan sebesar 7, 3 Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.3 No.1, Desember 2006, hal.442 5 sedangkan dari aspek pemahaman sebesar 50, dan yang terakhir pada aspek aplikasi sebesar 43. Diperlukan langkah-langkah yang sistematis agar proses menyelesaikan masalah dalam soal cerita mudah dan terarah, juga agar soal-soal dalam bentuk soal cerita ini tidak menjadi suatu kendala besar dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa. Maka siswa juga dituntut menggunakan keterampilan membaca agar dapat memahami makna atau ide pokok dari suatu soal cerita matematika. Seperti yang dijelaskan oleh Slameto bahwa dalam belajar jangan hanya membaca belaka tetapi harus dipahami dengan kata-kata sendiri. 4 Ada beberapa tingkatan keterampilan membaca yang diperlukan seseorang ketika membaca suatu teks bacaan seperti soal cerita yaitu keterampilan membaca literal, keterampilan membaca kritis, dan keterampilan membaca kreatif. Sehingga diperlukan suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa menggunakan keterampilan membacanya. Ketika proses belajar mengajar matematika, siswa juga cenderung kurang aktif dan tidak bersemangat, lebih memilih diam, enggan dan malu untuk mengemukakan pendapat atau permasalahan yang belum diketahui. Agar proses pembelajaran berhasil, selain guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat, guru juga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Untuk itu diperlukan model pembelajaran dan strategi yang efektif dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran matematika, khususnya menyelesaikan soal cerita. Mengingat begitu pentingnya strategi dalam penyelesaian masalah matematika, maka untuk menyelesaikan sebuah soal cerita yang pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal tersebut, sangat diperlukan langkah-langkah untuk mempermudah pemahamannya. Selain itu guru juga harus mampu mendesain suatu pembelajaran yang efektif, menarik, sehingga dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa. Salah satu strategi yang efektif dalam 4 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm.80 6 menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan tentunya dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi di kelas. Pembelajaran dengan suasana belajar aktif dan memberikan strategi dalam penyelesaian soal cerita, dapat diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Compotition. CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition atau disebut juga kooperatif terpadu, membaca dan menulis termasuk salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning. Cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, sehingga siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Para siswa secara individu lebih percaya diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika. Dorongan teman dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Beberapa penelitian telah banyak dilakukan untuk mengaplikasikan aspek kooperatif pada pembelajaran matematika. Termasuk model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk melatih keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah CIRC. Berdasarkan penelitian Suyitno menyimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition layak dipakai guru sebagai suatu variasi dalam model pembelajaran matematika, khususnya dalam membahas soal cerita. 5 Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. Suyitno juga menggambarkan kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita matematika meliputi rangkaian kegiatan bersama 5 Suyitno, Skripsi “Kefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC” http:digilib.unnes.ac.idgsdlcgi-binlibrary. 8 Juni 2010 7 yang spesifik, yakni salah satu anggota kelompok atau beberapa anggota saling membaca soal, membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan variabel tertentu, saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut, saling merevisi dan mengedit penyelesaiannya jika ada yang perlu direvisi. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP

2 26 296

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERMEDIAKAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN (PTK Kel

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA FIKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ ( Cooperative Integrad Reading And Composition ) Siswa Kelas

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

6 21 57

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERINGKAS ISI BUKU CERITA.

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN

2 7 10

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition ) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bengkalis

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) BERBANTUAN METODE GARIS PADA SOAL CERITA MATEMATIKA - Raden Intan Repository

0 12 273