20
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya.
Disamping itu, guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk
menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh
Marpaung bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara alternatif sendiri
dalam memecahkan masalah.
18
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara konvensional adalah suatu
kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru
mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk
menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Jadi hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Slavin
menerangkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
19
Keberhasilan
18
http:xpresiriau.comartikel-tulisan-pendidikanpembelajaran-konvensional
19
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung;Refika Aditama,2010, hlm.62
21
belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan akivitas anggota kelompok baik secara individual maupun secara berkelompok.
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.
Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok.
Menurut Eggen and Kauchak bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
20
Arends menyatakan
bahwa pelajaran
yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajar; 2 Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; 3 Bila memungkinkan,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan 4 Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari
pada individu.
21
Dari beberapa uraian pengertian dan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut : 1
Meningkatkan kinerja siswa dan membantu siswa memahami konsep sulit.
20
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hlm.42
21
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif, . . . , hlm.47
22
2 Menerima teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda.
3 Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, bekerjasama dalam kelompok.
Selain itu, Suyatno juga menerangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja
5 Evaluasi
6 Memberikan penghargaan.
22
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, lingkungan belajar dan
sistem pengelolaan yang khas dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Berikut ini perbedaan model pembelajaran kooperatif dan model
pembelajaran konvensional. Tabel.1
Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Konvensional
23
Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri
pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan
dan siapa
yang dapat
memberikan bantuan. Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok sedangkan
anggota kelompok
lainnya hanya
“menumpang” keberhasilan
“pemborong”.
22
Suyatno, Menjelajah pembelajaran inovatif, Surabaya: Masmedia Buana, 2009, hlm.52
23
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif, . . . , hlm.43- 44
23
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok. Pemimpin
kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing- masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan
intervensi jika
terjadi masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas
tetapi juga
hubungan interpersonal
hubungan antar pribadi yang saling menghargai
Penekanan sering
hanya pada
penyelesaian tugas.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Pada penelitian ini peneliti mengambil model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition. Dimana model pembelajaran ini sangat berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan diperkuat oleh beberapa teori pembelajaran.
24
b. Teori Pembelajaran Kooperatif