Akasia Acacia mangium Willd

diselamatkan dari penyusutan karena sangat berpotensi secara luas khususnya di masa mendatang. Suren memiliki potensi untuk digunakan sebagai salah satu jenis tanaman rehabilitasi lahan terdegradasi Sofyan dan Islam, 2006.

2.2 Akasia Acacia mangium Willd

A. Deskripsi Botani Akasia Pohon akasia pada umumnya besar dan bisa mencapai ketinggian 30 m, dengan batang bebas cabang lurus yang bisa mencapai lebih dari setengah total tinggi pohon. Pohon akasia jarang mencapai diameter setinggi dada lebih dari 60 cm. Di tempat tumbuh yang buruk, pohon akasia bisa menyerupai semak besar atau pohon kecil dengan tinggi rata-rata antara 7 sampai 10 m. Batang pohonnya beralur memanjang. Pohon yang masih muda umumnya berkulit mulus dan berwarna kehijauan; celah-celah pada kulit mulai terlihat pada umur 2–3 tahun. Pohon yang tua biasanya berkulit kasar, keras, bercelah dekat pangkal, dan berwarna coklat sampai coklat tua Djam’an, 2002. Pada awal perkecambahan, A. mangium mempunyai daun majemuk yang serupa dengan Leucaena dan Albizia sp. Jenis lain dari sub famili mimosoideae. Daun majemuk setelah beberapa minggu membentuk daun palsu yang disebut Phyllodia, yang ditandai dengan melebarnya tangkai daun dan sumbu utama daun majemuk menjadi rata. Daun umumnya berbentuk bulat telur sampai ellips, halus atau sedikit bersisik, berwarna hijau tua. Bunga majemuk berbentuk simetris dengan banyak stemen. Petal dan filamen berwarna putih sedangkan anter berwarna kuning. Biji yang telah masak berkulit keras, warna hitam dengan panjang 7-8 mm dan lebar 3-5 mm Anhar, 2006. Universitas Sumatera Utara Adapun klasifikasi akasia menurut Krisnawati et al. 2011a adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae Tumbuhan Divisi: Magnoliophyta Tumbuhan berbunga Kelas: Magnoliopsida berkeping dua dikotil Ordo: Fabales Famili: Fabaceae suku polong-polongan Genus: Acacia Spesies: Acacia mangium Willd. B. Penyebaran A. mangium Jenis akasia tumbuh secara alami di hutan tropis lembab di Australia bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan timur. Setelah berhasil diintroduksikan ke Sabah, Malaysia, pada pertengahan tahun 1960-an, akasia banyak diintroduksikan ke berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Bangladesh, Cina, India, Filipina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, jenis ini pertama kali diintroduksikan ke daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun 1970-an sebagai jenis pohon untuk program reboisasi Pinyopusarerk et al., 1993. C. Tempat Tumbuh A. mangium A. mangium merupakan jenis tanaman pioner yang tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah dengan pH rendah yaitu di bawah 4.2, tanah miskin hara, padang alang-alang, lahan bekas tebangan, Universitas Sumatera Utara tanah-tanah tererosi dan tanah berbatu. A. mangium mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada kondisi klimatis yang berbeda dari habitat alaminya, namun keberhasilan dari pertumbuhannya kemungkinan dipengaruhi oleh ketinggian tempat, kelembaban, curah hujan tinggi dan temperatur yang tetap sepanjang tahun. A. mangium dapat tumbuh dengan bagus pada keadaan yang penuh cahaya. Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian di atas permukaan laut sampai ketinggian 480 m. Jumlah curah hujan tahunan di areal tumbuhnya akasia bervariasi dari 1000 mm sampai lebih dari 4500 mm dengan rata-rata curah hujan tahunan antara 1446 dan 2970 mm. Suhu minimum rata-rata berkisar 12–16 o C dan suhu maksimum rata-rata sekitar 31–34 o C Krisnawati et al., 2011a. A. mangium melakukan simbiosis dengan bakteri tanah dari genus Rhizobium. Bakteri melakukan penetrasi pada permukaan akar muda dalam tanah kemudian akan memperbanyak diri dengan membentuk bintil akar pada permukaan akar. Melalui bintil-bintil akar, bakteri akan menyerap gas nitrogen dari udara pada tanah. A. mangium yang tumbuh dengan normal memiliki bintil akar yang besar sehingga dapat mencegah terjadinya kekurangan nitrogen, karena bakteri Rhizobium mampu menyediakan kebutuhan nitrogen yang cukup Anhar, 2006. D. Kegunaan A. mangium Penanaman A. mangium pada HTI umumnya adalah untuk menghasilkan bahan baku pembuatan pulp dan kertas, selain itu untuk pembuatan furnitur dan pembuatan alat-alat rumah tangga serta pembuatan papan partikel unggul. Dengan kepadatan dan nilai kalori sebesar 4800 sampai 4900 kkal per kilogram kayu A. akasia sangat bagus digunakan untuk pembuatan papan partikel yang cukup bagus. Universitas Sumatera Utara Dalam keadaan mendesak daun A. mangium bisa juga digunakan untuk makanan ternak Krisnawati et al., 2011a. Kayu gubal akasia tipis dan berwarna terang dan kayu terasnya berwarna agak coklat, keras, kuat, dan tahan lama pada ruangan yang berventilasi baik, meskipun tidak tahan apabila kontak dengan tanah. Pohon akasia juga dapat digunakan sebagai pohon penaung, ornamen, penyaring, pembatas dan penahan angin, serta dapat ditanam pada sistem wanatani dan pengendali erosi. Jenis ini banyak dipilih oleh petani untuk tujuan peningkatan kesuburan tanah ladang atau padang rumput. B eberapa spesies akasia dari daerah humid atau sub humid digunakan untuk kegiatan reforestasi, dan menghasilkan kayu untuk produksi pulp, kayu gergajian dan bahan bakar. Di daerah beriklim kering beberapa spesies akasia berguna untuk program rehabilitasi dan mempunyai potensi untuk digunakan dalam kegiatan agroforestri Awang dan Taylor, 1993.

2.3 Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen

Dokumen yang terkait

Aplikasi Penggunaan Beberapa Aktivator terhadap Pertumbuhan Sengon (Paraserainthes falcataria), Akasia (Acacia mangium), dan Suren (Toona sureni)

2 46 64

Respon Pertumbuhan Bibit Beberapa Jenis Akasia (Acacia Spp) Terhadap Fungi Mikoriza Arbuskula.

3 61 71

Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Asam Humik Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona serene Merr) Pada Tanah Bekas Tambang Emas

1 41 53

Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Rhizosfer Paraserianthes falcataria terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild

0 16 63

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 14

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 2

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 3

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 15

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 4

Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Suren (Toona surenii) pada Tanah Marginal

0 0 16