commit to user 42
h.  Kepala bagian sortir Bagian  ini  bertugas  untuk  mengawasi  proses  produksi  dan  memeriksa
apakah ada produk yang tidak lolos sortir.
B. ANALISIS DATA
1. Identifikasi  kualitas  produk  t-shirt  pada  IN  Tee-shirt
Yogyakarta
Produk  yang  dihasilkan  adalah  t-shirt,  kaos  berkerah,  dan jamper.  Produk-produk  tersebut  dinyatakan  berkualitas  dan
memenuhi standar apabila : a.  Sablon tidak meleset atau mbayang.
Pada  saat  penyablonan,hasilnya  tidak  pas  pada  pola  yang sudah  ditentukan,  sehingga  mengakibatkan  hasil  sablon
menjadi mbayang atau meleset dari pola tersebut. b.  Warnanya sesuai dengan pesanan
Salah  warna  bisa  terjadi  karena  kurang  konsentrasi  para pegawai,  sehingga  warna  yang  dibuat  tidak  sesuai  dengan
warna yang dipesan pelanggan. c.  Ukurannya sesuai dengan pesanan
Salah  ukuran  terjadi  pada  saat  pemotongan  kain,  ukuran pemotongan  kain  tidak  sesuai  dengan  ukuran  t-shirt
pesanan pelanggan.
commit to user 43
d.  Kain tidak berlubang Kain berlubang merupakan salah satu tipe kecacatan produk
pakaian  jadi  yang  berupa  kain  yang  sebagai  bahan  baku pakaian  menjadi  berlubang  ataupun  sobek,  biasanya  akibat
salah  pada  divisi  pemotongan  atau  bahan  memang  cacat dari pemasok.
e.  Kain tidak kotor Kain  kotor  dapat  disebabkan  oleh  dua  hal,  yaitu  kotor
karena bahan baku yang diterima sudah kotor, kotor karena proses penyablonan dan kotor karena oli mesin jahit.
Kotor  karena  sablon  merupakan  salah  satu  tipe  kecacatan produk pakaian jadi yang berupa kain yang disablon terkena
cat  dari  sablon  ataupun  penyablonan  yang  kurang  bagus sehingga hasil sablon tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan  kotor  akibat  oli  mesin  jahit  merupakan  salah satu  tipe  kecacatan  yang  berupa  pakaian  yang  diproduksi
terkena  oli  dari  mesin  jahit  sehingga  pakaian  tidak  layak untuk dipasarkan.
2. Pengendalian  kualitas  yang  diterapkan  IN  Tee-shirt
Yogyakarta
Sistem pengendalian kualitas produksi yang diterapkan oleh IN  Tee-shirt  adalah  sistem  manual  atau  inspeksi  yang  dilakukan
commit to user 44
oleh manusia  yang dilakukan pada setiap proses  produksi. Produk yang cacat akan ditindak lanjuti dengan memeriksa apakah produk
masih  bisa  diperbaiki  atau  tidak.  Apabila  memungkinkan diperbaiki  akan  dikembalikan  ke  line  produksi,  apabila  tidak
mungkin  diperbaiki  akan  dimasukkan  ke  dalam  gudang  atau  akan dipergunakan oleh karyawan IN Tee-shirt.
Perusahaan  melakukan  proses  pengecekan  kualitas  pada setiap proses produksi. Yang melakukan pengecekan adalah bagian
sortir,  petugas  bagian  sortir  harus  mengetahui  dan  memahami standar  kualitas  produk  yang  diproduksi.  Bagian  ini  mempunyai
tugas sebagai berikut : a.  Memeriksa bahan baku yang digunakan. Bahan baku harus
baik, tidak boleh berlubang. b.  Memeriksa
dan mengawasi
proses cutting.
Hasil pemotongan kain harus rapi dan sesuai dengan ukuran yang
diperlukan.  Apabila  kain  yang  dipotong  salah  ukurannya, maka harus dilakukan pemotongan ulang.
c.  Memeriksa  dan  mengawasi  proses  menjahit.  Jahitan  kaos harus rapi.
d.  Memeriksa dan
mengawasi proses
printing atau
penyablonan.  Sablon  harus  tepat  pada  pola  yang  sudah ditentukan,  apabila  tidak  tepat  harus  diperbaiki  atau
dilakukan penyablonan ulang.
commit to user 45
3. Jenis  kerusakan  yang  terjadi  dan  faktor  yang  menyebabkan
kerusakan,  serta  bagaimana  tindak  lanjut  perusahaan  untuk meminimumkan kerusakan produk.
a. Perhitungan frekuensi jenis kerusakan
Perhitungan  jenis  kerusakan  dapat  dihitung  dengan cara  menjumlah  total  kerusakan  selama  pengamatan.
Pengamatan  dilakukan  selama  5  bulan  dari  bulan  Januari- Mei  2010.  Setiap  bulannya  dilakukan  sebanyak  20  kali
pengamatan,  yang  mana  penulis  mengambil  keseluruhan populasi  sebagai  sampel.  Dari  pengamatan  yang  dilakukan
terdapat 5 jenis kerusakan yaitu : 1  Sablon meleset atau mbayang.
Pada  saat  penyablonan,hasilnya  tidak  pas  pada  pola yang  sudah  ditentukan,  sehingga  mengakibatkan
hasil sablon menjadi mbayang atau meleset dari pola tersebut.
2  Warnanya tidak sesuai dengan pesanan Salah  warna  bias  terjadi  karena  kurang  konsentrasi
para  pegawai,sehingga  warna  yang  dibuat  tidak sesuai dengan warna yang dipesan pelanggan.
commit to user 46
3  Ukurannya tidak sesuai dengan pesanan Salah  ukuran  terjadi  pada  saat  pemotongan  kain,
ukuran  pemotongan  kain  tidak  sesuai  dengan pesanan pelanggan.
4  Kain berlubang Kain berlubang merupakan salah satu tipe kecacatan
produk  pakaian  jadi  yang  berupa  kain  yang  sebagai bahan  baku  pakaian  menjadi  berlubang  ataupun
sobek, biasanya akibat salah pada divisi pemotongan atau bahan memang cacat dari pemasok.
5  Kain kotor Kain  kotor  dapat  disebabkan  oleh  tiga  hal,yaitu
kotor karena bahan baku yang diterima sudah kotor, kotor  karena  proses  penyablonan  dan  kotor  karena
oli mesin jahit. Kotor  karena  sablon  merupakan  salah  satu  tipe
kecacatan  produk  pakaian  jadi  yang  berupa  kain yang  disablon  terkena  cat  dari  sablon  ataupun
penyablonan  yang  kurang  bagus  sehingga  hasil sablon  tidak  sesuai  dengan  yang  diharapkan.
Sedangkan  kotor  akibat  oli  mesin  jahit  merupakan salah satu tipe kecacatan  yang berupa pakaian  yang
commit to user 47
diproduksi  terkena  oli  dari  mesin  jahit  sehingga pakaian tidak layak untuk dipasarkan.
Berikut  adalah  tabel  jumlah  kerusakan  produk  dari bulan  Januari  2010  sampai  Mei  2010  berdasarkan  jenis
kecacatan  yang  terdapat  pada  produk  t-shirt  pada perusahaan t-shirt IN Tee-shirt. Yang mana data mengenai
jenis dan jumlah produk cacat diperoleh dari inspeksi yang dilakukan  oleh  bagian  produksi.  Mengingat  keterbatasan
dalam  penelitian  yang  dilakukan  oleh  penulis  sehingga tidak  memungkinkan  penulis  melakukan  penelitian  lebih
lanjut.  Penentuan  jumlah  produk  yang  diobservasi ditentukan  oleh  perusahaan,  yaitu  sebesar  650  pcs  yang
merupakan total produksi per harinya.
commit to user 48
Tabel IV.1 Jumlah dan jenis kecacatan produk
t-shirt Perusahaan t-shirt IN Tee-shirt Bulan Januari
Hari ke
Jumlah  yang diobservasi
Jenis Kecacatan Jumlah
Meleset Salah
Warna Salah
Ukuran Bolong  Kotor
1 650
2 2
1 5
2 650
2 2
3 650
2 1
2 5
4 650
2 2
4 5
650 1
2 3
6 650
2 1
3 7
650 1
1 2
4 8
650 2
1 1
1 5
9 650
10 650
3 2
5 11
650 2
1 3
12 650
2 2
13 650
2 2
4 14
650 3
3 6
15 650
2 1
1 4
16 650
3 2
4 2
11 17
650 1
2 3
18 650
1 1
2 19
650 2
1 3
20 650
2 1
2 5
Jumlah  13000 27
16 17
8 11
79 Sumber : Bagian Produksi In Tee-shirt 2010
commit to user 49
Tabel IV.2 Jumlah dan jenis kecacatan produk
t-shirt Perusahaan t-shirt IN Tee-shirt Bulan Februari
Hari ke Jumlah yang
diobservasi Jenis Kecacatan
Jumlah Meleset
Salah Warna
Salah Ukuran
Bolong Kotor
1 650
2 650
2 1
1 4
3 650
3 2
5 4
650 1
1 5
650 1
3 1
5 6
650 1
1 1
1 4
7 650
2 2
8 650
3 1
1 5
9 650
2 2
3 3
10 10
650 1
1 1
3 11
650 2
2 4
12 650
3 3
13 650
1 2
3 14
650 3
2 4
9 15
650 2
2 16
650 3
1 4
17 650
2 1
2 1
6 18
650 1
3 4
19 650
1 1
20 650
2 2
Jumlah  13000 26
9 16
13 13
77 Sumber : Bagian Produksi In Tee-shirt 2010
commit to user 50
Tabel IV.3 Jumlah dan jenis kecacatan produk
t-shirt Perusahaan t-shirt IN Tee-shirt Bulan Maret
Hari ke Jumlah yang
diobservasi Jenis Kecacatan
Jumlah Meleset
Salah Warna
Salah Ukuran
Bolong Kotor
1 650
2 2
3 7
2 650
3 650
2 2
4 650
3 3
5 650
2 1
1 4
6 650
2 1
3 1
2 9
7 650
2 2
3 5
12 8
650 2
1 3
9 650
5 2
7 10
650 3
1 1
5 11
650 1
2 3
12 650
1 1
13 650
4 2
6 14
650 3
1 1
5 15
650 2
1 4
7 16
650 2
2 4
17 650
3 1
1 1
6 18
650 2
2 1
5 19
650 2
2 20
650 1
2 2
5 Jumlah  13000
38 14
18 10
16 96
Sumber : Bagian Produksi In Tee-shirt 2010
commit to user 51
Tabel IV.4 Jumlah dan jenis kecacatan produk
t-shirt Perusahaan t-shirt IN Tee-shirt Bulan April
Hari ke Jumlah yang
diobservasi Jenis Kecacatan
Jumlah Meleset
Salah Warna
Salah Ukuran
Bolong Kotor
1 650
2 2
1 5
2 650
2 2
3 650
2 3
2 7
4 650
3 2
1 6
5 650
14 14
6 650
2 1
3 7
650 2
1 3
8 650
2 1
2 5
9 650
1 1
3 5
10 650
2 1
3 11
650 2
3 3
8 12
650 5
5 13
650 1
5 6
14 650
3 1
4 15
650 2
2 16
650 5
5 17
650 18
650 2
1 3
19 650
1 1
20 650
2 2
Jumlah  13000 35
10 23
8 13
89 Sumber : Bagian Produksi In Tee-shirt 2010
commit to user 52
Tabel IV.5 Jumlah dan jenis kecacatan produk
t-shirt Perusahaan t-shirt IN Tee-shirt Bulan Mei
Hari ke Jumlah yang
diobservasi Jenis Kecacatan
Jumlah Meleset
Salah Warna
Salah Ukuran
Bolong Kotor
1 650
2 2
2 650
3 650
4 1
2 7
4 650
2 1
3 5
650 3
2 2
2 9
6 650
7 650
3 2
3 8
8 650
2 2
2 6
9 650
2 1
3 10
650 2
1 3
11 650
2 2
2 1
7 12
650 1
1 13
650 2
2 4
14 650
2 1
3 15
650 2
2 2
6 16
650 3
2 5
17 650
1 1
18 650
10 10
19 650
2 2
20 650
3 2
5 Jumlah  13000
31 15
15 8
16 85
Sumber : Bagian Produksi In Tee-shirt 2010
b.  Analisis Diagram Fishbone Diagram  fishbone  adalah  gambar  yang  terdiri  dari
garis  atau  simbol  yang  menunjukkan  hubungan  sebab akibat.  Dalam  diagram  ini  akan  diketahui  faktor-faktor
yang  menyebabkan  kerusakan  suatu  produk,  yang kemudian  dapat  disimpulkan  solusi  yang  tepat  untuk
meminimumkan  kerusakan  suatu  produk  yang  terjadi. Diagram  fishbone  digambarkan  menyerupai  bentuk  tulang
commit to user 53
ikan.  Dalam  penelitian  ini  akan  dicari  faktor-faktor penyebab  kerusakankecacatan  yang  terjadi  pada  produk  t-
shirt  pada  IN  Tee-shirt,  sehingga  dapat  disimpulkan  solusi yang tepat untuk mengurangi jumlah kerusakan produk.
Mesin Manusia
Mesin aus              Pelumas jelek                                  Pandangan keliru Jarum rusak
Lalai mengontrol
Motor rusak Kurang teliti
Telat kirim Salah bahan                                               SOP kurang tegas
Bahan rusak
Material Prosedur
Gambar IV.2 Diagram
Fishbone
Berdasarkan diagram sebab akibat yang telah dibuat, dapat ditemukan
penyebab-penyebab awal
terjadinya kerusakan.
Gambaran  lebih  lanjut  mengenai  faktor-faktor  dominan  dan penyebab-penyebab awal dapat dilihat pada tabel  sebagai berikut :
commit to user 54
Tabe IIV.6 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Produk
NO Jenis
kecacatan Faktor
Penyebab Akibat
1 Meleset
Material Manusia
Mesin Prosedur
- Pandangan
keliru -
Kerapihan dalam
penyablonan kurang
- Sablon  tidak  seuai
dengan pola -
Hasil  sablon  tidak sesuai
2 Salah warna
Material Manusia
Mesin Prosedur
- Kurang teliti
- Pemilihan
warna tidak
tepat -
Warna  tidak  sesuai dengan pesanan
- Warna  tidak  sesuai
pesanan
3 Salah ukuran
Material Manusia
Mesin Prosedur
- Kurang
teliti kurang
tanggung jawab -
Pemotongan kain
kurang tepat
- Produk  tidak  sesuai
ukuran
- Produk  tidak  sesuai
ukuran
4 Berlubang
Material Manusia
Mesin Proesedur
Bahan baku
rusak Kurang
teliti dalam menyortir
- -
Bahan baku
yang diterima
kurang berkualitas
Produk tidak
berkualitas -
- 5
Kotor Material
Manusia Mesin
Prosedur Kualitas  bahan
baku kurang
baik Lalai
dalam mengontrol
Mesin kotor
karena pelumas Kebersihan  dan
kerapian  dalam penyablonan
kurang Hasil
produksi kurang berkualitas
Produk kurang
berkualitas Produk
kurang berkualitas
Produk kurang
berkualitas
commit to user 55
Tabel IV.7 Pemecahan Masalah Untuk Kerusakan Meleset
PENYEBAB TINDAKAN
Manusia: Pandangan keliru
Training dan penyuluhan dalam proses produksi Prosedur:
kerapian dalam
penyablonan kurang
diperhatikan Penerapan  SOP  yang  lebih  tegas,  jika  diperlukan
disertai dengan pemberian sangsi
Tabel IV.8 Pemecahan Masalah Untuk Kerusakan Salah Warna
PENYEBAB TINDAKAN
Manusia: Kurang teliti
Training  dan  penyuluhan  dalam proses produksi
Prosedur: Pemilihan warna tidak tepat
Penerapan SOP yang lebih tegas, jika diperlukan disertai dengan pemberian
sangsi
Tabel IV.9 Pemecahan Masalah Untuk Kerusakan Salah Ukuran
PENYEBAB TINDAKAN
Manusia: Kurang teliti kurang tanggung jawab
Training  dan  penyuluhan  dalam  proses produksi
Prosedur: Pemotongan kain kurang tepat
Penerapan  SOP  yang  lebih  tegas terutama
menyangkut kedisiplinan
karyawan  pada  saat  bekerja.  Terutama dalam  hal  ini  mengenai  ketelitian  pada
saat  memotong  bahan  baku  yang digunakan
commit to user 56
Tabel IV.10 Pemecahan Masalah Untuk Kerusakan Berlubang
PENYEBAB TINDAKAN
Material: Bahan baku rusak
Lebih teliti
dalam melakukan
pembelian bahan baku. Manusia:
Kurang teliti dalam menyortir Training  dan  penyuluhan  dalam  proses
produksi Penerapan  SOP  yang  lebih  tegas
terutama
menyangkut kedisiplinan
karyawan  pada  saat  bekerja.  Terutama dalam  hal  ini  mengenai  ketelitian  pada
saat menyortir bahan baku.
Tabel IV.11 Pemecahan Masalah Untuk Kerusakan Kotor
PENYEBAB TINDAKAN
Material: Kualitas bahan baku kurang baik
Pada  waktu  melakukan  pembelian harus  lebih  memperhatikan  kualitas
bahan baku
manusia: lalai dalam mengontrol
Training  dan  penyuluhan  dalam  proses produksi
Penerapan  SOP  yang  lebih  tegas terutama
menyangkut kedisiplinan
karyawan  pada  saat  bekerja.  Terutama dalam  hal  ini  mengenai  ketelitian  pada
saat menyortir bahan baku yang kotor
Mesin: Mesin kotor karena pelumas
Dilakukan pengecekan
dan pemeliharaan secara rutin
Prosedur : Kebersihan
dan kerapian
dalam penyablonan kurang
Penerapan SOP yang lebih tegas
commit to user 57
4. Kualitas Produk Yang Dihasilkan IN Tee-Shirt Yogyakarta
Metode statistical process control digunakan penulis untuk menganalisis data, yaitu p-chart yang digunakan untuk mengetahui
tingkat  keberhasilan  produk  yang  sesuai  dengan  standar  kualitas yang  telah  ditetapkan  oleh  perusahaan  berdasarkan  sifat  atau
atribut  produk.  Dalam  hal  ini  akan  diketahui  apakah  kerusakan produk  akhir  masih  dalam  batas  pengendalian  atau  tidak.  Selain
menggunakan  p-chart,  dalam  penelitian  ini  juga  menggunakan analisis  diagram  pareto  untuk  mengetahui  persentase  jenis
kerusakan,  yang  diurutkan  dari  jenis  kerusakan  terbesar  hingga yang  terkecil.  Untuk  lebih  jelas,  perhitungannya  adalah  sebagai
berikut :
a. Analisis Diagram Pareto
Analisis  diagram  pareto  dapat  dibuat  berdasarkan perhitungan  frekuensi  jumlah  kerusakan  dengan  cara
menggambarkan  persentase  frekuensi  jenis  kecacatan  dari yang  paling  dominan  ke  yang  paling  resesif  dalam  bentuk
diagram  batang.  Data  yang  diolah  untuk  mengetahui persentase frekuensi jenis kecacatan dan kemudian disusun
dari  yang  paling  dominan  ke  yang  paling  resesif  dalam diagram batang dihitung dengan rumus :
kerusakan = jumlah kerusakan pada jenis i  x  100 Jumlah seluruh kerusakan
commit to user 58
Tabel IV.12 Total Jenis Kerusakan Selama 5 Bulan Januari 2010-Mei 2010
Bulan Meleset
Salah warna
Salah ukuran
Berlubang  Kotor Jumlah
Januari 27
16 17
8 11
79 Februari
26 9
16 13
13 77
Maret 38
14 18
10 16
96 April
35 10
23 8
13 89
Mei 31
15 15
8 16
85 Total
157 64
89 47
69 426
Jenis kecacatan produk yang sering terjadi adalah : 1  Meleset  sebesar 157 Pcs
Perhitungannya =
100 426
157 x
= 36,85 2  Salah warna sebesar 64 pcs
Perhitungannya =
100 426
64 x
=15,02 3  Salah ukuran sebesar 89 pcs
Perhitungannya =
100 426
89 x
= 20,89 4  Berlubang sebesar 47 pcs
Perhitungannya =
100 426
47 x
=11,03
commit to user 59
5  Kotor sebanyak 69 pcs
Perhitungannya =
100 426
69 x
= 16,2
Hasil  perhitungan  diatas  dapat  ditunjukkan  dalam  diagram  batang  di bawah ini:
Gambar IV.3 Diagram Pareto
Dari diagram pareto dapat dilihat bahwa kerusakan tertinggi adalah sablon yang meleset. Hal ini dapat terjadi karena pada proses penyablonan
tidak  sesuai  pada  pola  yang  sudah  ditentukan,  sehingga  sablon  menjadi meleset  atau  mbayang.  Kerusakan  kedua  yang  sering  terjadi  adalah  salah
ukuran. Salah ukuran terjadi karena pemotongan kain tidak sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, sehingga t-shirt yang dihasilkan ukurannya tidak
commit to user 60
sesuai dengan ukuran yang dipesan. Kedua kerusakan tersebut disebabkan karena karyawan kurang teliti dalam bekerja.
Karena  sebagian  besar  kesalahan  disebabkan  oleh  faktor  manusia maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam menetapkan peraturan
SOP  Standar  Operating  Procedure  pada  pelaksanaan  proses  produksi masih kurang tegas atau disiplin karena masih sering terjadi penyimpangan
terhadap  proses  produksi  yang  menyebabkan  kerusakan  produk. Perusahaan  harus  lebih  tegas  dan  spesifik  lagi  dalam  menerapkan  SOP.
Bahkan jika diperlukan dapat disertai sangsi yang tegas. Semua karyawan wajib bekerja sesuai SOP yang telah ditentukan. Setiap pelanggaran  yang
terjadi harus diberi sangsi yang tegas.
b.  Analisis peta control p p-chart Analisis  control  chart  p-chart  ini  diolah  dengan  bantuan
software Pom for Window’s. Selain menggunakan software Pom  for  Window’s  dalam  menganalisis  data,  peneliti  juga
melakukan pengolahan data secara manual. Analisis  p-chart  dapat  dibuat  melalui  langkah-langkah
sebagai berikut:
Penghitungan Bulan Januari :
1 Menentukan rata-rata kerusakan
p
:
p
=
n x
commit to user 61
Keterangan :
p
= rata-rata kerusakan x   = banyaknya produk yang rusak
n   = banyaknya produk yang diobservasi
Rata-rata  kerusakan  untuk  bulan  januari  adalah  sebagai berikut :
p
=
000 .
13 79
= 0.0061 2
Menentukan standar deviasi dari produk yang rusak Sp:
n p
p Sp
- =
1
650 0061
. 1
0061 .
- =
=   0.003 3
Menentukan  batas  kendali  atas  dan  batas  kendali bawah dengan rumus:
Batas kendali atasUCL =
p
+2Sp = 0. 0061+20,003
= 0,0122
commit to user 62
Batas kendali bawahLCL =
p
-2Sp = 0. 0061-20,003
= 0,0001
Tabel IV.13 Analisis
Control Chart P-Chart Tabel Hasil Output Menggunakan
Software Pom For Windows Bulan Januari
Sample Number of
Defects Fraction
Defective 2 sigma
95.45
Sample  1 Sample  2
Sample  3 Sample  4
Sample  5 Sample  6
Sample  7 Sample  8
Sample  9 Sample  10
Sample  11 Sample  12
Sample  13 Sample  14
Sample  15 Sample  16
Sample  17 Sample  18
Sample  19 Sample  20
5 2
5 4
3 3
4 5
5 3
2 4
6 4
11 3
2 3
5 .0077
.0031 .0077
.0062 .0046
.0046 .0062
.0077 .0077
.0046 .0031
.0062 .0092
.0062
.0169 .0046
.0031 .0046
.0077 Total Defect
Total units sampled Defect rate pbar
Std dev of proportions UCL Upper control limit
CL Center line LCL
Lower Control
Limit 79
13000 .0061
.003 .0122
.0061
commit to user 63
Grafik 4.1 In Tee-shirt
Penghitungan Bulan Februari :
1 Rata-rata kerusakan untuk bulan Februari adalah sebagai berikut :
p
=
000 .
13 771
= 0.0059 2
Menentukan standar deviasi dari produk yang rusak Sp:
n p
p Sp
- =
1
650 0059
. 1
0059 .
- =
=   0.003
commit to user 64
3 Menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus:
Batas kendali atasUCL =
p
+2Sp = 0. 0059+20,003
= 0.0119 Batas kendali bawahLCL
=
p
-2Sp = 0. 0059-20,003
= -0.0001
Tabel IV.14 Analisis
Control Chart P-Chart Tabel Hasil Output Menggunakan
Software Pom For Windows Bulan Februari
Sample Number of
Defects Fraction
Defective 2 sigma
95.45
Sample  1 Sample  2
Sample  3 Sample  4
Sample  5 Sample  6
Sample  7 Sample  8
Sample  9 Sample  10
Sample  11 Sample  12
Sample  13 Sample  14
Sample  15 Sample  16
Sample  17 Sample  18
Sample  19 Sample  20
4 5
1 5
4 2
5 10
3 4
3 3
9 2
4 6
4 1
2 .0062
.0077 .0015
.0077 .0062
.0031 .0077
.0154 .0046
.0062 .0046
.0046
.0138 .0031
.0062 .0092
.0062 .0015
.0031 Total Defect
Total units sampled Defect rate pbar
Std dev of proportions UCL Upper control limit
CL Center line LCL
Lower Control
Limit 77
13000 .0059
.003 .0119
.0059
commit to user 65
Grafik 4.2 In Tee-shirt
Penghitungan Bulan Maret :
1 Rata-rata kerusakan untuk bulan Maret adalah sebagai berikut :
p
=
000 .
13 96
= 0.0074 2
Menentukan standar deviasi dari produk yang rusak Sp:
n p
p Sp
- =
1
650 0074
. 1
0074 .
- =
=   0.0034 3
Menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus: Batas kendali atasUCL
=
p
+2Sp = 0. 0074+20.0034
= 0.0141
commit to user 66
Batas kendali bawahLCL =
p
-2Sp = 0. 0074-20,0034
= 0.0007
Tabel IV.15 Analisis
Control Chart P-Chart Tabel Hasil
Output Menggunakan Software Pom For Windows Bulan Maret
Sample Number of
Defects Fraction
Defective 2 sigma
95.45
Sample  1 Sample  2
Sample  3 Sample  4
Sample  5 Sample  6
Sample  7 Sample  8
Sample  9 Sample  10
Sample  11 Sample  12
Sample  13 Sample  14
Sample  15 Sample  16
Sample  17 Sample  18
Sample  19 Sample  20
7 2
3 4
9 12
3 7
5 3
1 6
5 7
4 6
5 2
5 .0108
.0031 .0046
.0062 .0138
.0185 .0046
.0108 .0077
.0046 .0015
.0092 .0077
.0108 .0062
.0092 .0077
.0031 .0077
Total Defect Total units sampled
Defect rate pbar Std dev of proportions
UCL Upper control limit CL Center line
LCL
Lower Control
Limit 96
13000 .0074
.0034 .0141
.0074 .0007
commit to user 67
Grafik 4.3 In Tee-shirt
Penghitungan Bulan April :
1 Rata-rata kerusakan untuk bulan April adalah sebagai berikut :
p
=
000 .
13 89
= 0.0068 2
Menentukan standar deviasi dari produk yang rusak Sp:
n p
p Sp
- =
1
650 0068
. 1
0068 .
- =
=   0.0032 3
Menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus: Batas kendali atasUCL
=
p
+2Sp = 0. 0068+20,0032
= 0,0133
commit to user 68
Batas kendali bawahLCL =
p
-2Sp = 0. 0068-20,0032
= 0,0004
Tabel IV.16 Analisis
Control ChartP-Chart Tabel Hasil
Output Menggunakan Software Pom For Windows Bulan April
Sample Number of
Defects Fraction
Defective 2 sigma
95.45
Sample  1 Sample  2
Sample  3 Sample  4
Sample  5 Sample  6
Sample  7 Sample  8
Sample  9 Sample  10
Sample  11 Sample  12
Sample  13 Sample  14
Sample  15 Sample  16
Sample  17 Sample  18
Sample  19 Sample  20
5 2
7 6
14 3
3 5
5 3
8 5
6 4
2 5
3 1
2 .0077
.0031 .0108
.0092
.0215 .0046
.0046 .0077
.0077 .0046
.0123 .0077
.0092 .0062
.0031 .0077
.0046 .0015
.0031 Total Defect
Total units sampled Defect rate pbar
Std dev of proportions UCL Upper control limit
CL Center line LCL
Lower Control
Limit 89
13000 .0068
.0032 .0133
.0068 .0004
commit to user 69
Grafik 4.4 In Tee-shirt
Penghitungan bulan Mei :
1 Rata-rata kerusakan untuk bulan Mei adalah sebagai berikut :
p
=
000 .
13 85
= 0.0065 2
Menentukan standar deviasi dari produk yang rusak Sp:
n p
p Sp
- =
1
650 0065
. 1
0065 .
- =
=   0.0032 3
Menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah dengan rumus: Batas kendali atasUCL
=
p
+2Sp = 0. 0065+20,0032
= 0.0129
commit to user 70
Batas kendali bawahLCL =
p
-2Sp = 0. 0065-20,0032
= 0,0002
Tabel IV.17 Analisis
Control Chart P-Chart Tabel Hasil
Output Menggunakan Software Pom For Windows Bulan Mei
Sample Number of
Defects Fraction
Defective 2 sigma
95.45
Sample  1 Sample  2
Sample  3 Sample  4
Sample  5 Sample  6
Sample  7 Sample  8
Sample  9 Sample  10
Sample  11 Sample  12
Sample  13 Sample  14
Sample  15 Sample  16
Sample  17 Sample  18
Sample  19 Sample  20
2 7
3 9
8 6
3 3
7 1
4 3
6 5
1 10
2 5
.0031 .0108
.0046 .0138
.0123 .0092
.0046 .0046
.0108 .0015
.0062 .0046
.0092 .0077
.0015
.0154 .0031
.0077 Total Defect
Total units sampled Defect rate pbar
Std dev of proportions UCL Upper control limit
CL Center line LCL
Lower Control
Limit 85
13000 .0065
.0032 .0129
.0065 .0002
commit to user 71
Grafik 4.5 In Tee-shirt
Dari  analisis  menggunakan  p-chart  diperoleh  hasil  proporsi kerusakan    produk  pada  bulan    Januari  sebesar  0.0061  dengan  batas  atas
sebesar  0.0122 dan  batas bawah sebesar 0. Untuk bulan Februari proporsi kerusakan  produk  sebesar  0.0059  dengan  batas  atas  0.0119  dan  batas
bawah  0.  Pada  bulan  Maret  proporsi  kerusakan  mencapai  0.0074,  ini merupakan  jumlah kerusakan terbesar dengan batas atas 0.0141 dan batas
bawah  0.0007.  Untuk  bulan  April  proporsi  kerusakan  sebesar  0.0068 dengan  batas  atas  0.0133  dan  batas  bawah  0.0004.  Sedangkan  bulan  Mei
proporsi  kerusakan    produk  sebesar  0.0065  dengan  batas  atas  0.0129  dan batas bawah 0.0002.
Dari hasil analisis tersebut, dapat dilihat bahwa di setiap bulan ada sampel yang  berada di luar batas kendali.  Sampel-sampel yang berada di
luar  batas  pengendalian,  yaitu  di  bulan  Januari  pada  pengamatan  ke  16 proporsi produk berada di atas batas atas yaitu sebesar 0.0169. Pada bulan
Februari juga ada kerusakan  yang di luar batas atas , yaitu pada sampel 9
commit to user 72
sebesar  0.0154  dan  pada  sampel  14  sebesar  0.0138.  Untuk  bulan  Maret proporsi kerusakan berada di atas batas atas pada sampel 7 sebesar 0.0185.
Sedangkan  pada  bulan  April  proporsi  kerusakan  yang  di  atas  batas  atas pada  sampel    5  sebesar  0.025,  dan  pada  bulan  Mei  proporsi  kerusakan
yang  di  atas  batas  atas  pada  sampel  5  sebesar  0.0138  dan  sampel  18 sebesar 0.0154.
Berdasarkan  hasil  analisis  diagram  fishbone,  ternyata  penyebab proporsi  kerusakan  produk  yang  berada  di  luar  batas  pengendalian
mayoritas disebabkan karena faktor manusia yang kurang teliti dan kurang berhati-hati  dalam  manjalankan  tugasnya.  Selain  itu  juga  faktor  mesin
karena  pembersihan  dan  pemeliharaannya  kurang  maksimal.  Oleh  karena itu, kerusakan yang terjadi harus tetap menjadi perhatian yang serius bagi
perusahaan. Jumlah kerusakan selama ini, harus diminimalisasi agar tidak mengakibatkan  biaya  tambahan  untuk  melakukan  penggulangan  proses
produksi.
commit to user 73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN