4.2 Karakteristik Negara China
Menurut CIA World Factbook Tahun 2015, Republik Rakyat China menempati urutan pertama dan merupakan Negara yang memiliki Populasi atau Jumlah
Penduduk terbanyak di Dunia dengan jumlah penduduknya sekitar 1,36 milliar jiwa atau tepatnya adalah 1.367.485.388 jiwa. Angka tersebut merupakan 18,8
dari keseluruhan Jumlah Penduduk Dunia ini. Populasi China mencapai 1,3 miliar yang merupakan populasi negara terbesar di dunia. GDP China di tahun 2014
mencapai 10,35 triliun dengan pertumbuhan GDP sebesar 7,3 dan inflasi sebesar 2.
China merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah petani, pertanian menduduki tempat penting dalam ekonomi China. Walaupun wilayah
China seluas 9,6 juta kilometer persegi, namun luas tanah pertaniannya hanya 1,27 juta kilometer persegi, kira-kira menempati 7 persen daripada luas tanah
pertanian dunia. Daerah pertanian China sebagian besar terletak di dataran dan lembangan di kawasan mansun bagian timur. Tanaman utamanya meliputi padi,
gandum, jagung, kacang soya dan lain-lain. Sedangkan tanaman ekonominya antara lain kapas, kacang tanah, sawi bunga, tebu, bit dan lain-lain. Dalam
beberapa tahun ini, kerajaan China senantiasa menumpukkan perhatian terhadap pengembangan pertanian, meningkatkan penelitian dalam bidang pertanian,
menaikkan pendapatan petani dan mewujudkan selangkah demi selangkah perkembangan selaras antara pedesaan dengan perkotaan.
Kerjasama pemerintah Indonesia dengan China di bidang ekspor-impor produk pertanian sudah cukup baik. China mengimpor berbagai macam produk
perkebunan, perikanan, peternakan, serta hortikultura dari Indonesia. Untuk 45
Universitas Sumatera Utara
produk hortikultura sendiri ada beberapa jenis buah yang sudah tidak asing lagi di pasaran China yaitu, kelengkeng, pisang, dan manggis. Jenis buah-buahan tropis
lainnya seperti alpukat, papaya, salak, dan rambutan saat ini sedang dalam masa promosi untuk melakukan penetrasi pasar ke China.
Pola konsumsi buah-buahan di RRC saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut China Custom Trade Information, beberapa faktor tersebut antara lain :
1. Peningkatan pendapatan masyarakat Cina karena adanya pertumbuhan
ekonomi RRC. 2.
Adanya perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan karena adanya perubahan standar hidup dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.
3. Pengaruh musiman juga banyak berdampak pada pola konsumsi masyarakat
RRC dalam mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga manakala musim tertentu dimana ketersediaan buah-buahan tertentu di RRC terbatas, maka adanya
buah-buahan dari manca negara akan menunjang pasokan buah-buahan agar tetap ada untuk dikonsumsi.
4. Konsumsi beberapa buah-buahan tropika tertentu seperti durian dan semangka
juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsinya. Sebagai contoh misalnya buah-buahan dari Thailand terutama durian banyak
dikonsumsi di Propinsi Guangdong. Sementara di daerah lain menyukai manggis, nenas, belimbing, pisang dan semangka. Dari beberapa pengamatan
di berbagai pasar di RRC, buah-buahan tropika yang banyak masuk ke RRC terutama dari Thailand dan Malaysia.
46
Universitas Sumatera Utara
5. Konsumsi buah sebagai oleh-oleh. Buah-buahan yang dikemas secara khusus
untuk hadiah atau oleh-oleh saat ini semakin populer di Cina, terutama bila dikaitkan dengan perayaan hari besar, saat berkunjung keluarga, dan
kesempatan atau moment penting lainnya. Menurut survey di Beijing dan Shanghai, hampir 63 persen hingga 71 persen responden menyatakan bahwa
mereka lebih suka membeli produk buah-buahan dan olahan lainnya untuk oleh-oleh atau hadiah terutama makanan alami yang banyak nutrisinya.
6. Daya tarik impor dari komoditas buah-buahan yang ditawarkan. Sebenarnya
ada beberapa negara yang memiliki peluang ekspor komoditas buah-buahan ke RRC selain Thailand dan Malaysia, yaitu Indonesia, Philipina dan
Vietnam. Dari kesemuanya itu ternyata Thailand masih mendominasi pasar ekspor buah-buahan tropika, sehubungan dengan daya tarik impor yang
diberikan pemerintah Thailand dengan membebaskan hambatan tarif pada komoditas yang diekspornya, khususnya ke RRC.
Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah China dalam hal perdagangan komoditas pertanian dinilai cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
pada penandatanganan Protokol Pemeriksaan Karantina Tumbuhan antara Badan Karantina Pertanian Deptan dengan Badan Karantina Cina AQSIQ yang
berisikan penghapusan hambatan non tariff untuk produk pertanian Indonesia yang masuk ke China. Produk-produk yang mendapat kemudahan karantina
tersebut adalah manggis, duku, pisang, dan salak. Kesepakatan tersebut secara signifikan akan lebih memudahkan komoditi pertanian Indonesia untuk
memperluas pasarnya di China. 47
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Data pada Lampiran 2 merupakan data awal hasil penelitian dimana satuan pengukuran belum sama. Menurut Nachrowi 2005, walaupun unit yang
digunakan dalam regresi berbeda-beda, kesimpulan akhir dari model tersebut akan sama bila berhati-hati dalam menginterpretasikan model. Namun untuk
mengurangi salah interpretasi, sebaiknya digunakan satuan ukuranunit yang sama dalam mengukur variabel-variabel bebas maupun terikat.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data per tiga bulan yaitu data mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2014. Dalam persamaan diketahui variabel bebas
terdiri dari nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar X1, volume ekspor manggis X2, harga ekspor manggis X3 dan hambatan non tarif dummy H.
Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap nilai ekspor manggis sebagai variabel dependen variabel terikat,
dimana hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model Regresi Linier Berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b4H + b3X3 + ɛ
Keterangan : Y
= Nilai ekspor manggis Sumatera Utara a
= Koefisien intersep b1-b4 = Koefisien variabel regresi
X1 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Rp
48
Universitas Sumatera Utara