Dalam Anggraini 2009:14, Aspek internal dari identitas etnis mengacu pada gambaran, ide, sikap dan perasaan, dan termasuk empat dimesi: afektif,
kepercayaanfiducial, kesadaranpengertian cognitive, dan moral. Dimensi afektif termasuk perasaan dari keterikatan dengan kelompok, dan terdiri dari dua
jenis perasaan: a.
Perasaan simpati dan preferensi kepada sebuah kelompok b.
Perasaan nyaman dengan sebuah kelompok lebih dari kelompok lain atau masyarakat lain.
Dimensi fiducial dari identitas merujuk kepada kepercayaan yang dipunyai seorang individu terhadap kelompoknya, dan rasa aman yang diperoleh.Dimensi
cognitive dari identitas merujuk kepada imej diri dan imej dari kelompok seseorang.
Dimensi ini terdiri dari nilai sebuah kelompok, heritage, dan sejarah masa lalu.Yang terakhir, dimensi moral menurunkan rasa kewajiban kepada kelompok,
dan berasosiasi dengan komitmen individu kepada komunitasnya, begitu pula dengan implikasi sebuah kelompok terhadap tingkah laku seseorang.
2.4. Konsep Strategi Bertahan Hidup Coping Strategies
Menurut Snel dan Staring Resmi, 2005:6 menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang menegah ke bawah secara sosial ekonomi. Melalui strategi yang dilakukan oleh seseorang, bisa menambah penghasilan lewat
pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Selain itu, strategi bertahan
Universitas Sumatera Utara
hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagian dari strategi ekonomi.Sehingga Strategi bertahan hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring
sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah tangga miskin secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu
berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber–sumber lain
ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.
Dalam definisi lain, strategi bertahan hidup Bungara dalam Resmi,2005 merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” ordinary mengatur dirinya
untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola
segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapasitas keluarga
miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.
Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti
Wahyudi,2007:88 . Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Strategi AktifYaitu strategi yang mengoptimalkan segalapotensi keluarga
untuk misalnya melakukanaktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan
sebagainya. b.
Strategi PasifYaitu mengurangi pengeluaran keluargamisalnya pengeluaran biaya untuk sandang,pangan, pendidikan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.Strategi Adaptasi
Suparlan dalam Ginting 2015:27 mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat
melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup : a.
Syarat dasar alamiah, biologi Manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam
hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya.
b. Syarat dasar kejiwaan, manusia memerlukan perasaan tenag yang jauh dari
perasaanperasaan takut,keterpencilan, gelisah dan lain-lain. c.
Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai budaya. Vembrianto dalam Ginting 2015:27 menambahkan adaptasi yang
dilakukan manusia lewat tingkah lakunya dapat menerangkan reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Karena manusia hidup dalam
masyarakat, maka tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat sosial sekitarnya. Soekanto dalam Ginting 2015:27
memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni : a.
Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b.
Menyesuaikan terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. c.
Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
Universitas Sumatera Utara
d. Mengubah agar kondisi sesuai dengan yang diciptakan
e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem. f.
Penyesuaian budaya dan aspek-aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Dari batasan-batasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang
diciptakan.
2.5. Penelitian Terdahulu