Stereotip Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil dalam Interaksi Komunikasi Antarbudaya

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Data diri informan :

Nama :

TTL/Usia :

Agama :

Etnis/Suku : Alamat : Pekerjaan :

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras? 2. Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

3. Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

4. Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

5. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil dalam kehidupan sehari-hari?

6. Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan orang-orang dari Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

7. Dimanakah interaksi komunikasi Anda dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil biasanya terjadi?

8. Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

9. Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis Pribumi/Etnis India Tamil? Seperti teman dekat atau pasangan mungkin? 10.Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan masyarakat

dari Etnis Pribumi/Etnis India Tamil, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

11.Darimana Anda mengetahui stereotip tersebut?

12.Apakah pada awalnya Anda langsung percaya dengan stereotip tentang Etnis Pribumi/Etnis India Tamil tesebut?


(2)

13.Pernah punya pengalaman bersama dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil yang berhubungan sama stereotip itu nggak?

14.Setelah berinteraksi, bagaimana pandangan Anda terhadap Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

15.Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

16.Lantas bagaimana sikap Anda dalam menyesuaikan diri dengan kondisi hubungan antarbudaya dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil karena stereotip tersebut?

17.Menurut Anda masyarakat Etnis Pribumi/Etnis India Tamil saat ini seperti apa?

18.Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara etnis Anda dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil bagaimana?

19.Pernah ada konflik pribadi dengan Etnis Pribumi/Etnis India Tamil? 20.Bagaimana penyelesaiannya?

21.Disini Pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

22.Apa penyebab terjadinya konflik tersebut? 23.Bagaimana penyelesaian dari konflik tersebut?

24.Apakah seluruh masyarakat Etnis Pribumi/Etnis India Tamil disini menerima solusi penyelesaian konflik tersebut?

25.Secara pribadi, bagaimana pandangan Anda terhadap Etnis Pribumi/Etnis India Tamil setelah konflik itu terjadi?

26.Setelah konflik tersebut terjadi, menurut Anda bagaimana kondisi hubungan antarbudaya antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil sampai saat ini?

27.Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

28.Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan masyarakat Etnis Pribumi/Etnis India Tamil?

29.Apa harapan Anda kedepannya terhadap keberlangsungan hubungan antaretnis yang tinggal disini?


(3)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Mila

Jenis Kelamin : Prempuan

TTL/Usia : Medan, 09 September 1993 / 23 Tahun

Agama : Islam

Etnis/Suku : India Tamil

Alamat : Jl. T. Cik Di Tiro Belakang Pekerjaan : Pedagang Makanan

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras? I : Dari lahir saya udah tinggal disini bang.

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah ini?

I : Ya campurlah, ada orang pribumi. Orang pribumi itu ada padang, jawa, lain-lain. Ada juga orang tionghoa disni.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Semua sama bang, bergaul sama semua gak pilih-pilih mau dari suku apa juga kita bekawan.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Ya kalo itu komunikasi seperti biasa sih dirumah sama tetangga kalo ada waktu senggang ngobrol sama pelanggan.

P : Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan masyarakat Etnis Pribumi dalam kehidupan sehari-hari?

I : Ya kalo sering ya hampir setiap hari soalnya jualan kan banyak juga yang beli itu orang pribumi. Ngobrolnya ya disini ditempat jualan, di rumah. Kalo di tempat-tempat lain jarang lah.


(4)

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Kalo dengan tetangga ya biasa la gimana orang bertetangga, paling cerita tentang masak, tentang anak, tentang jualan ya kayak biasalah pokoknya.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan Etnis Pribumi?

I : Nggak ada sih bang, sama aja. Cuma kan karena dari lahirnya disini makanya ya gak ada ngebeda-bedain jadi nggak ada kendala komunikasi sama orang pribumi bang.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis Pribumi?

I : Banyak lah bang, teman-temanku ada juga, sodara juga ada ya camurlah bang. Yang kayak sahabat juga ada.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan masyarakat dari Etnis Pribumi, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Gak ada juga bang biasa aja kayaknya bang. Sama kaya yang lain.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis Pribumi saat ini seperti apa?

I : Biasa aja bang mereka saling menghargai saling hormat gak saling menyudutkan dan gak saling melecehkan lah. Tergantung orangnya juga. Kalo yang kukenal ya biasa aja sama kayak yang lain. Kayak mana ya bang susah bilangnya. Disini itu kalo ada satu orang bermasalah yang lain mau ikut bantu, dari etnis apa aja juga mau bantu. Misalnya kalo ada yang lagi berduka tetangga kan, ya udah semua ikut gabung ikut bantu. Kemarin ada yang meninggal orang padang. Cuma gak ada yang bilang dia orang padang. Soalnya semua udah berbaur disini.

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Ya baguslah bang hubungannya. Masuklah antara etnis tamil sama etnis pribumi semuanya saling menghargai, saling menghormati. Kalo orang itu sembahyang kita tenang gak bikin ribut. Gitu juga pas giliran kita sembahyang orang itu juga menghargai. Pokoknya gak mengganggu saat beribadah, tenang.


(5)

P : Pernah ada konflik pribadi dengan orang dari Etnis Pribumi? I : Nggak ada bang. Nggak pernah. Bagus-bagus aja kok bang.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Nggak pernah bang. Selama tinggal disni belum pernah ada konflik kayak gitu.

P : Apakah ada kegiatan khusus secara langsung maupun tidak langsung yang melibatkan masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil? I : Kalau kegiatan khusus disini jarang bang. Karena kan disini kami udah sedikit. Jadi jarang ada kegiatan khusus kayak gitu disini. Paling ya kegiatan gotong royonglah. Acara keagamaan adalah Cuma jarang. Kayak kami kan keluarga islam ya paling pas ada kegiatan isra’ mi’raj. Terus ada kemalangan ya yang kayak gitu-gitulah bang.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan masyarakat Etnis Pribumi?

I : Ya dengan cara menghargai mereka sebagaimana mereka menghargai kita. Gak inilah, istilahnya bisa jaga bicara, sikap, perilaku, sopan santun. Jadi nggak saling mengganggu gitu bang.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Ya semakin lebih baik dan nggak ada yang membeda-bedakan kasta gitu atau apapun itu.


(6)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Fahmirawati Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Medan, 22 April 1966 / 50 Tahun

Agama : Islam

Etnis/Suku : Padang/Minang

Alamat : Jl. Taruma Belakang No. 5A Pekerjaan : Pedagang Makanan

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras?

I : Semenjak lahir udah tinggal disini. Jadi kurang lebih udah 50 tahun lah tinggal disini

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Ada india, minang, jawa, batak. Kebanyakan orang india, minang, sama jawa itu dari dulu. Batak itu baru masuk. Sama itu chinese..chinese satu lagi.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Ya kalau bergaul ya sama siapa aja nggak pernah milih-milih. Cuma lihat-lihat juga lah orangnya.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Ya biasa ajalah kalo kita datangi orang itu atau kita yang datangi orang itu gitu aja. Kalo untuk ngumpul-ngumpul gitu soalnya kan ibu jualan jadi sibuk dengan dagangan sendiri lah. Dulu pun gitu juga waktu masih sekolah jarang ngumpul-ngumpul gitu. Soalnya kan orangtua ibu juga ketat. Mana ada kumpul sana, main sana. Palingan pas lagi hari raya. Kalo orang itu hari raya kita datang. Ada yang menikah kita datang. Kunjung mengunjunglah, ada yang meninggal kita juga datang. Tapi kalau untuk gabung-gabung gitu nggak ada.


(7)

P : Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil dalam kehidupan sehari-hari?

I : Komunikasi ya biasa-biasa aja pas jualan gini. Seloroh-seloroh aja nggak ada yang formal kali. Seringnya ya sering hampir setiap hari soalnya kan kita bertetangga.

P : Dimanakah interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil biasanya terjadi?

I : Dekat rumah. Orangkan kita sebelah-sebelah. Dari pintu ke pintu ajalah rumahnya kan rapat. Jadi kalo ada tetangga ngomong ya kedengaran kadang-kadang karena dindingnya kan cuma papan.

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Ngobrol masalah tentang jualannya, tentang anak-anak, banyaklah. Apa lagi ya masalah duit ya namanya curhat itu kalo sebelah-sebelahan ya pasti ada.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Kayaknya tengok orangnya juga lah. Tapi kalo sama sebelah rumah ibu gak adalah. Tapi kadang-kadang kan manusia ini lain-lain. Kadang-kadang ada bangsa yang ketat peraturanlah, ada yang inilah nggak cocok, kan biasalah di kampung kan gitu. Kadang-kadang juga karena ada anaknya yang begado. Makanya kita juga kan jangan rapat kali lah sama orang itu. Bergaul itu juga pakai jarak.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis India Tamil?

I : Ada, sebelah rumah ibu. Ya itu udah seperti saudara orang india tamil dia. Sam chinese pun gitu juga udah macam saudara. Sampai sekarang juga masih kayak saudara.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Kalau itu semua manusia sama lah dek kayaknya. Cuma mereka ini kalo dulu ya, kalau dulu orang India ini nggak kayak India sekarang. Kalo dulu orang india ini kalo dia ada duit kerjanya mabuk-mabuk. Tapi nggak kayak india sekarang.


(8)

India dulu ya suka mabuk, ngumpul-ngumpul yang laki-laki ya. Kalo perempuannya banyak dirumah.

P : Jika ada, darimana Anda mengetahui stereotip tersebut? I : Ya dari lingkungan ibu. Makanya kita bisa cakap.

P : Apakah pada awalnya Anda langsung percaya dengan stereotip tentang Etnis India Tamil tesebut?

I : Iya dek, karena kejadiannya di lingkungan itulah ibu percaya.

P : Pernah punya pengalaman bersama dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil yang berhubungan sama stereotip itu nggak?

I : Ya pernah lah kan tadi ibu udah cerita. Karena orang yang dulu banyak Indianya pemabuk. Di lingkungan ibu ya. Tapi nggak taulah di lingkungan lain. Itu dulu sekarang nggak lagi. Orangnya udah pada pindah-pindah.

P : Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Nggak pengaruh kali karena udah biasa menghadapinya.

P : Lantas bagaimana sikap Anda dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dari Etnis India Tamil karena stereotip tersebut?

I : Biasa aja kita harus pandai bawa dirilah. Dia kan minum nggak mengganggu kita. Dia kan minum untuk dirinya sendiri. Ada juga kok kawan ibu yang dulu kayak gitu, tapi ya kita tetap bekawan, becanda ya becanda seloroh ya seloroh sampe sekarang pun. Eceknya nggak ada inilah.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis India Tamil yang ada di lingkungan Anda saat ini seperti apa?

I : Kalo sekarang indianya modern. Istilahnya banyaklah yang udah diatas. Dulu dari semua suku india itu ada dibawah. Kalo sekarang udah banyak yang keataslah sikit. Sudah pandai berdagang. Dalam hal ekonomilah pokoknya. Sekarang bukan orang padang aja yang pandai berdagang, orang india juga banyak.


(9)

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Sosial? Kayaknya ada yang mau bersosial ada yang enggak. Ada yang terbuka ada juga yang tertutup. Misalnya kalo ada orang yang pesta atau meninggal dia mau bantu, tapi ada juga yang nggak mau tau. Nggak semuanya sama. Modelnya siapa lu siapa gua. Dia dia kita kita selama nggak saling mengganggu ya nggak apa-apa.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Etnis India Tamil?

I : Kalo dulu nggak ada. Tapi kalo sekarang adalah itupun kan karena anak-anak. Ya biasalah anak sama anak begado.

P : Bagaimana penyelesaiannya?

I : Ya kita pisah la, kita ngomong orangtua sama orangtua.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Adalah sekarang kan zaman ada yang pro dan ada yang kontra begado-gado itu adalah. Disini kan juga lingkungan narkoba biasalah kawan sama kawan. Soalnya kan narkoba ini bikin emosi orang naik jadi marah lah.

P : Bagaimana penyelesaian dari konflik tersebut?

I : Paling orang-orang tua lah. Tapi pun orangtua juga udah malas ngeladeni anak sekarang. Udah narkoba semua disini. Jadi panggil polisilah.

P : Apakah seluruh masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil disini menerima solusi penyelesaian konflik tersebut?

I : Kalo masyarakat aman-aman aja tapi ya lingkungan narkoba itulah paling yang nggak terima karena ada polisi itu tadi.


(10)

P : Secara pribadi, bagaimana pandangan Anda terhadap Etnis India Tamil setelah konflik itu terjadi?

I : Ya mengganggulah agak jantungan juga. Kita kan jualan disini kan bisa pula nanti kena sasaran.

P : Setelah konflik tersebut terjadi, menurut Anda bagaimana kondisi hubungan antarbudaya antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil sampai saat ini?

I : Kalo hubungan antar etnis ya masih baik-baik aja. Cuma ya itu tadi kita jantungan lihat orangnya juga. Jaga jarak ajalah pokoknya.

P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung yang melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I :Nggak ada. Karena orang ini kan orang ini ada acara khusus gitu. Tapi adalah India yang muslim. Kan dia buat acara misalnya 1 Muharram orang itu kan bikin acara, terus bagi-bagi beras atau bagi apa dia manggil yang nggak muslimnya juga gitu.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis India Tamil?

I : Menghormati, ya tergantung kita juga. Kita menghargai orang itu orang itu juga menghargai kita. Ya misalnya kalo orang itu lagi sembahyang, sembahyangnya di kuil kan. Ya kita hargailah jangan bikin ribut. Begitu juga dengan mereka, pas kita lagi ada adzan orang itu juga harus tenang. Ya saling mengerti lah.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Ya maunya aman, rukun, kalau bisa dihilangkanlah narkoba ini. Karena keributan itu dari narkoba ini. Karena narkoba emosi orang jadi tinggi. Mengganggu kita lah, soalnya kan asap-asapnya bisa merusak kalo kita hirup. Rokok aja bahaya apalagi asap ganja itu. Pemerintahlah yang harus tanggung jawab, terkadang malah pemerintah itu sendiri yang jualan. Dia juga yang jual dia juga yang nangkap.


(11)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Inis Cintia Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Medan, 16 Desember 1971 / 45 Tahun

Agama : Islam

Etnis/Suku : Padang/Minang Alamat Kios : Jl. KH. Zainul Arifin

Pekerjaan : Pedagang Makanan Dan Minuman Ringan

P : Sudah berapa lama Anda berdagang di daerah Kampung Madras?

I : Kalo jualan ini dari turunan dari bapaknya ibu lajang lah. Sekarang kan dia udah meningal jadi ibu lah sekarang yang jualan. Tapi kalo dari jaman gadis dulu ibu udah sering bantu bapak jualan disini. Jadi udah lumayan lama lah. Lama kali lah udah disini

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Cina ada, India, Jawa, Padang, campurlah pokoknya. Padang tapi yang banyak. Mandailing ada juga.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Semua gaul. Kalo cocok india ibu bergaul sama india. Tergantung orangnya. Orang padang pun kalo nggak cocok ya ibu nggak mau bergaul. Dulu pas gadis kawan akrab ibu india sama juga ada cina.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Kalo ibu nggak juga, kadang-kadang sambil jualan, Kalo nggak penting kali pun ibu nggak ada untuk-untuk eceknya bergaul kali sama orang. Kecuali ibu nggak ada tanggungan macam masih gadis dulu barulah ada.


(12)

P : Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil dalam kehidupan sehari-hari?

I : Ya kalo jualan ajalah di dekat sini hampir setiap hari kecuali hari minggu ibu nggak jualan.

P : Dimanakah interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil biasanya terjadi?

I : Di sekitar sinilah tempat jualan ini, kadang di tempat jualan si Mila itu yang martabak itu. Kadang juga ditempat jualan yang lain.

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Paling ya tentang jualan kadang jualan sepi. Masalah-masalah dagang ajalah. Kalo memburuk-burukkan nyeritain orang ya enggaklah. Masalah dagang aja seloroh-seloroh. Tapi kalo serius-serius kali nggak adalah.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Ya enggak lah, cuma kadang-kadang mau juga macam naik-naik syekh (emosi sedikit) gitu. Karena ada yang sering hutang lama bayar. Dibawa seloroh aja gitu ujung-ujungnya.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis India Tamil?

I : Teman-teman dekat ada juga India-India macam laki-laki kawan-kawan seloroh gitu juga ada.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : kayaknya ibu, macamnya, namanya tetangga kebanyakan india ya nggak ada macam biasa aja gitu. Semenjak ibu kecil kan udah ada orang Tamil jadi nggak terkejut lagi biasa aja. Jadi nggak terlalu terkejut gitu. Soalnya kan kadang India ini menyebalkan karena mabuknya, kadang-kadang ularnya ya seperti itulah. Cakap-cakap di mulut lain dengan perbuatannya. Ya namanya kita bergaul sama laki-laki. Laki-laki ya perempuan nggak juga.


(13)

P : Jika ada, darimana Anda mengetahui stereotip tersebut?

I : Udah pasaran udah banyak juga yang bilang India itu kan memang gitu. Kadang pun kan kita kick juga, “ngular kau” sambil bercanda-canda kayak gitu. Orang itu pun biasa aja dibilang gitu, orang dia pun tau dibilang dia suka ngular. Orang udah tau udah pasaran.

P : Apakah pada awalnya Anda langsung percaya dengan stereotip tentang Etnis India Tamil tesebut?

I : Percayalah soalnya kan ibu juga ngalami langsung hahaaha. Lagian udah banyak juga yang bilang kayak gitu.

P : Pernah punya pengalaman bersama dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil yang berhubungan sama stereotip itu nggak?

I : “Ngular” ini kan eceknya nipu gitu. Kejadian-kejadian gitu ya pernah lah kayak ingkar janji. Macam masalah orang India ini ngutang gitu, katanya mau dibayar nyatanya nggak...kan dasar ular. Padahal ecek-ecek ajanya seloroh gitu bukan serius. Sebenarnya kan udah dari dulu sering orang ngucapin kata-kata gitu jadi udah terbiasalah orang bilang ngular gitu.

P : Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Ya biasa aja sih. Kalo perkara ngular orang kita pun suka ngular juga. Orang kita pun banyak gitu ya kan. Tetap bekawan aja biasa aja tetap terbukalah.

P : Lantas bagaimana sikap Anda dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dari Etnis India Tamil karena stereotip tersebut?

I : Gimana ya, pandai-pandai bergaul ajalah bawa diri sama orang. Nggak Cuma sama India sama suku-suku lain pun gitu. Yang penting kita tau lah kita siapa posisi kita dimana. Yang penting ibu nggak ganggu dia ya dia juga kan nggak ganggu ibu macam itulah.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis India Tamil saat ini seperti apa?

I : Ya biasalah kaya orang lain sama ajalah. Tapi sekarang lain sama dulu. Kalo sekarang Indianya banyak yang berdagang. Kalo orang-orang India yang senang ya dagangnya yang keren-kerenlah buka ruko jualan toko sari gitu. Kalo yang


(14)

biasa-biasa ya jualannya mie rebus, martabak, kayak gitu rata-rata India juga India muslim. Namanya muslim ya muslim. India ya india. Sama aja sih sebenarnya kayak yang lain-lain.

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Hubungan bagus nggak pernah ada rusuh-rusuh disini. Mudah-mudahan aman disini.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Etnis India Tamil?

I : Kalo slek-slek besar nggak ada. Paling ya seloroh-seloroh tegang-tegang urat ada tapi nanti baikan juga. Biasalah namanya orang jualan. Kadang emosi sama yang tukang parkir ini. Sama dia lah yang sering. Karena kan dia suka ngakalin. Kadang nanti ngambil nanti sampai berhari-hari baru dibayarnya. Bapaknya ibu kan pernah gini, dia kan dikasih utang kadang dia suka ngakalin kalo nggak diminta nggak dibayar-bayarnya.

P : Bagaimana penyelesaiannya?

I : Jadi ibu bilang sama bapak dia jangan lagi dikasih utang. Tapi sekarang udah nggak lagi karena ibu marah sama dia. Kan jualan ini untungnya berapalah. Nanti mau dia berhari-hari dibawa lupa. Sama dia aja yang lain nggak ada. Tapi dia ini bangsa nggak dendam. Kayak mana kita marah sama dia, dia tetap mau negur kita. Kadang-kadang kan emosi kita naik gitu. Tapi bagusnya dia nggak dendam pulak.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Kalau konflik gitu masalah-masalah gitu ibu nggak tau nggak pernah open-open sebenarnya. Jadi ya menurut ibu nggak adalah selama ibu jualan disini. P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I : Disini kan India ada juga yang muslim paling kadang ya pas Isra’ Mi’raj buatnya ya di jalan besar ini. Biasanya itu orang India muslim yang buat. Walaupun India muslim yang buat tapi kan yang datang ya orang kita juga banyak dari macam-macam tapi yang muslim ya.


(15)

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis India Tamil?

I : Kayak manalah ibu kan hanya sebatas jualan ya kalo orang India kan sering selorohin. Caranya kalo orang itu seloroh ya kita bawa bercanda ajalah sama dia. Ya biasa ajalah.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Harapannya ya kalau bisa aman-aman ajalah. Namanya Ibu jualan disini kalo bisa jangan digusurlah jualan ibu. Bagus-bagus ajalah kedepannya saling menghargailah semua yang tinggal sama yang jualan disini.


(16)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Wijes Sri Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Medan 11 Juli 1979 / 37 Tahun

Agama : Hindu

Etnis/Suku : India Tamil

Alamat : Jl. Cik Di Tiro Belakang No. 22B Pekerjaan : Wiraswasta

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras?

I : Dari lahir udah disini. Dari tahun 1979 dsini sampai umur 24 tahun lah disini. Setelah nikah terus pindah lah ke alamat Jl. S. Parman. Tapi kan ibu masih tinggal disini. Jadi sehari-hari waktunya dihabiskan disini.

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Kalo dulu pas kakak masih dirumah sini ya di depan ada chinese, samping kiri pribumi ada jawa, di belakang rumah ada padang. Disni mayoritas pribumi padang sama jawa sih.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Pukul rata semua, mau chinese, mau india, mau orang kita pribumi, mau Jawa sama semua campur. Keluarga kita aja ya, abangnya kakak istrinya Jawa “Wong Jowo Muslim”. Adek kakak juga istrinya Jawa muslim juga. Keluarga kita orangnya nasional. Abang kandung mamak kakak aja agamanya Kristen.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Ya kalo khusus nggak ada. Paling kalo ada waktu kita nongkrong gabung-gabung hilangin suntuk. Nggak ada waktu ya nggak nongkrong


(17)

P : Seberapa sering dan dimana biasanya Anda berkomunikasi dengan masyarakat Etnis Pribumi dalam kehidupan sehari-hari?

I : Kadang-kadang kakak suka duduk disini ngilangin suntuk nengok-nengok motor mobil lewat sambil ngobrol. Ya paling disinilah tempat jualan si Mila makan martabak kesana kesini supaya nggak jenuh sambil negok-negnok motor lewat.

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan orang-orang dari Etnis Pribumi?

I : Hal yang umum aja biasa. Yang khusus itu nggak ada sih. Topiknya itu selalu berbeda-beda jadi susah kita bilang. Kalo kayak kita yang orang dewasa ya hal bisnis lah gimana hari esok, prosopek ke depan yang bagus.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan Etnis Pribumi?

I : Nggak ada, kita kan bahasa sehari-hari ngomong pakai juga bahasa Indonesia kan. Fasih kan kakak ngomong bahasa Indonesia hehehe. Malah bahasa kakak yang nggak bisa kakak.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis Pribumi?

I : Banyaklah, adek ipar kakak, kakak ipar kakak, itulah yang keluarga dekat kita.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan masyarakat dari Etnis Pribumi, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Kalo kakak gini ya selalu berpikiran positif. Gimana ya bagi kakak semuanya itu sama. Jadi nggak adalah.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis Pribumi saat ini seperti apa?

I : Rasa kakak biasa aja mau etnis pribumi, chinese, india ya semua orang sama aja seperti itu. Mana ada pengaruhnya sama kakak. Mau itu sifatnya, pekerjaannya apapun latar belakangnya kakak rasa sama aja ya. Udah kayak keluarga semuanya.


(18)

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara etnis Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Kami kebersamaannya kuat.misalnya kayak lebaran ya sama. Kami nanti kalo lebaran kami ngantar makanan ke mereka. Mereka juga sama seperti itu. Udah kayak keluarga semuanya.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan orang dari Etnis Pribumi? I : Kalo kakak nggak pernah sih ngalami yang kayak gitu.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Konflik besar gitu enggak ada sih. Enggak pernah ada setahu kakak. Aman-aman aja disini.

P : Apakah ada kegiatan khusus secara langsung maupun tidak langsung yang melibatkan masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil? I : Kalo disini ya kadang acara-acara tertentulah. Kayak ini kemarin ada kemalangan ya gabunglah etnis pribumi sama tamil gabung. Kalo ada orang pesta juga gitu. Depan rumah kami kan lebar halamannya jadi siapa aja yang pesta disitu numpang belanjaanya, masak-masaknya disitu. Kami nasional buat kami semua sama kok.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan masyarakat Etnis Pribumi?

I : Caranya ya dengan kebersamaan lah, jadi dalam kebersamaan itu kita bisa saling menghargai satu sama lain. Menghormati agama masing-masing. Soalnya disini udah kayak keluarga semua sama kakak. Jadi kalau ngobrol apa aja jadinya nyaman, enak, terbuka. Ya kayak gitu-gitulah.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Harapan kita ya semoga semua etnis selalu hidup rukun damai kedepannya lebih bagus damai lah.


(19)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : WW (Inisial) Jenis Kelamin : Laki-Laki

TTL/Usia : Medan, 28 Juni 1996 / 20 tahun

Agama : Hindu

Etnis/Suku : India Tamil

Alamat : (tidak dicantumkan) Pekerjaan : Wiraswasta

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras? I : 20 tahun lah bang, sejak lahir udah tinggal disini.

P : Etnis apa saja yang ada dan tinggal di lingkungan Anda?

I : Kalo di gang aku Jawa sama Hindulah bang. Jawa sama Tamil maksudnya bang. Ada juga suku lain tapi cuma satu dua lah. Adalah 30% Tamil, 60% Jawa sisanya suku lain lah bang.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana? I : Bebas bang mana aja masuk.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Enggak juga bang, kadang tidur aja tu, pulang kerja tidur. Paling pas jumpa ajalah gitu.

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Nggak ada lah biasa aja, tentang tentang ini...jual-jual itu aja...(sambil meniru gerakan menggunakan narkoba). Tentang ceweklah paling, tentang kerja, taruhan bola judi, udah itu aja.


(20)

P : Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dalam kehidupan sehari-hari?

I : Ya seringlah bang tiap malam pulang jualan ini jumpalah itu di depan gang bang jam segini udah rame itu biasanya. Ada pos jaga piket.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Nggak ada bang sama sekali nggak ada. Kalo aku sehari-hari pake bahasa Indonesia bang karena bahasa Tamil nggak ngerti. Tapi mereka kadang sering pake bahasa jawa juga kalau ngomong sama kawan-kawan yang lain. Aku nggak ngerti entah apa yang dibilangnya. Aku biasa aja apa yang diomongin orang itu biar ajalah.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis Pribumi?

I : Nggak ada semua kawan biasa aja nggak terlalu dekat.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Dirumahku bagus-bagus aja orangnya bang, nggak kayak di luar-luar sana gayanya aja yang tengik-tengik semua. Di tempat jualan inilah kadang, jumpa lewat keling-keling katanya. Tapi anak-anak luar sini banyak kali nggak kenal-kenal ya kan. Awak beli rokok keling katanya, entah mana orangnya nggak tau awak udah enggak nampak. Jadi awak pun mikirnya orang ini (pribumi) tukang ngejek pikiran kotor semua bang.

P : Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Ya enggaklah bang soalnya didaerah rumahku nggak ada lagi yang manggil kayak gitu. Orang itu manggilnya ane semua.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis Pribumi di lingkungan Anda saat ini seperti apa?

I : Bagus-bagus bang. Baguslah pokoknya nggak ada yang nyuri, nggak ada yang punya pikiran kotorlah, paling bandelnya cuma narkoba ajalah. Jawa di gang aku ya inilah bang jual ini lah bang (sambil menggunakan bahasa tubuh yang sedang


(21)

menggunakan narkoba) selain itu nggak ada, rata-rata jual itu semua. Orang itu yang masukin (barang) pun aku dari sini rap kasi orang itu jual.

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Bagus bagus aja bang. Baguslah nggak pernah ribut.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Pernah bang, masalah br (narkoba) lah kena tipu, udah dikasi br-nya duitnya nggak dikasi.

P : Bagaimana penyelesaiannya?

I : Nggak ada sampe sekarang mana ada penyelesaian bawa diam ajalah, orangnya udah lari nggak pernah nampak lagi. Ikhlas ajalah bang, mau melapor awak pun kena juga ya kan.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Nggak ada bang. Yang kayak gitu nggak ada.

P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I : Kalo yang khusus nggak ada, kalo nggak yang khususnya banyak. Duduk didepan gang itu. Duduk datang masuk ke belakang (tempat penjualan narkoba). Paling pas ada kemalangan ramelah. Rame bukan untuk kemalangan tapi kesempatan untuk gini...(menirukan cara menggunakan narkoba). Sama inilah bang ngorek paret gotong royong tiap minggu. Yang ngumpulin inilah pak ketua, ketua PP (organisasi massa) disitu. Orang kita Jawa juga dia.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis Pribumi?

I : Cara baiknya ya biasalah bang nggak banyak-banyak cakap tegur-tegur biasa aja. Kalo kerukunan beragama yaa cemana lah jarang juga nya sholat orang itu.


(22)

Awakpun juga jarang ke kuil. Paling satu dua adalah yang tua-tua sholat paling sholat. Muda-mudanya nggak pernah bang. Lebaran lah setahun sekali aja orang itu sholat.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Harapannya apa ya bang untuk supaya kencang aja jalan duit. Awak kasih-kasih obat ke orang itu ya kan. Yang penting habisin barang (narkoba). Supaya ekonomi disitu bisa lancar, jadi biar nggak ada rusuh-rusuh bisa lebih baguslah hubungannya ya kan.


(23)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Christafora Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Medan, 17 Desember 1951 / 64 tahun Agama : Kristen Katolik

Etnis/Suku : India Tamil

Alamat : Jl. Cik Di Tiro Belakang No. 18.A Pekerjaan : Penjahit

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras?

I : Kawasan kampung Madras, saya ya dari nikah sampai sekarang sudah 45 tahun tinggal disini kurang lebihlah

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Orang Cina ada, orang Indonesia ada, orang kita Batak nggak ada. Pribuminya Padang, Jawa, India juga banyak.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Asal lewat saya semua saya ngomongin, semua saya mau gitu pergaulan di kampung ini.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Saya senang, kalo begitu saya lewat ke pajak, saya jumpa, saya ngomong gitu, enggak pilih.

P : Seberapa sering dan dimana biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dalam kehidupan sehari-hari?


(24)

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Ya tentang jahit, tentang sakit-sakit kita gini, ya curhat gitu. Tetangga ada juga orang sini biasa ngomong tentang rumah sakit, tentang sakit, obatnya apa, makanannya apa, jangan makan ini, obatnya ini. Sehari-harinya gitu aja.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Enggak ada, enggak ada. Semua baik-baik gitu. Semua baik, nggak ada eceknya cemburu, iri gitu nggak ada.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis Pribumi?

I : Dekat, hubungannya senang gitu, “lagi ngapain?” gitu. Kayak teman gitu, suka. Nggak mau diam-diam pergi gitu nggak mau, pasti ada becakap, umapamanya “masak apa gini hari?” gitu suka.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan masyarakat dari Etnis Pribumi, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Yang kayak gitu-gitu nggak ada disini dek. Sama aja semua.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis Pribumi di lingkungan Anda saat ini seperti apa?

I : Yang sekarang ya masing-masing dirumah lah. Kalo nggak penting kali ya tertutup juga, kalo yang nggak penting kali kita pun nggak mau dekat sama yang tertutup gitu. Kita yang bergaul tiap hari ajalah yang kita deket, eceknya gitu. Cuma kalo ada pertengkaran dirumah kita orang itu mau juga dipanggil gitu. Sering ada rusuh dirumah kita masalah anak-anaklah. Orang itu perhatikan, Ibu kan sering kerja gitu orang itu perhatikan sama anak-anak kita. Cuma udah pada nggak ada orang-orang dulu. Pindah, orangtuanya meninggal anak-anaknya yang udah berhasil pindah nyari rumah yang lebih cantik gitu. Beda, orang dulu yang tinggal disini baik-baik, macam Kak Em, anaknya suaminya, semua baik-baik. Mau tau sama anak-anak, kalau anak-anak lagi main terus nangis mau dia perhatian gitu, nggak pilih bangsa lah gitu. Mereka itu baik-baik, ada yang jualan, ada yang jualan nasi kita sering beli. Baiklah, kalo ada apa-apa gitu dirumah kita entah ada kerusuhan gitu tentang anak orang itu dipanggil terus langsung datang gitu. Macam suami dia (menunjuk pada tetangganya) gitu, kalau dipanggil terus datang, udah kayak saudara gitu, terus nolong gitu.


(25)

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Bagus, nggak ada yang saling : kamu nggak bagus, dia nggak bagus, nggak ada. Saling tidak pernah nyaci-nyaci gitu.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi?

I : Masalah apa itu ya masalah-masalah anak, ada kan anakku ulang tahun dia kita undang, terus dibilangnya nggak usahlah pergi kesana makanannya nanti nggak halal gitu. Padahal dari kecil sering mamaknya bikin kayak gitu. Saya dengar melalui dari orang. Terus saya ngomong ginilah ke dia, mana mungkin kita masak nggak halal, masa kita kasih nggak halal. Kamu memang makan tapi kan kita dosanya itu ada di kita. Terus dia bilang “oh nggak adalah Kak, aku nggak ada ngomong gitu”. Oh udahlah, terus aku nggak berdebat lagi.

P : Bagaimana penyelesaiannya?

I : Saya selesaikan dengan pelan-pelan udah. Saya sendiri mulai cakap sama dia, saya nggak bisa musuh sama orang dek. Padahal dia lebih muda, kita udah tua saya sendiri ngomong sama dia. Saya nggak bisa nggak ngomong sama orang gitu.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Nggak ada kita nggak pernah dengar gitu membeda-bedakan nggak ada itu. Ada keributan pun orang nggak pernah bilang “Kamu itu keling, nggak ada itu” kita nggak dengerlah. Orang kita juga nggaak mau bilang kayak gitu ya kan.

P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I : Berkumpul gitu ada, kalo diundang gitu semuanya ngumpul rame-rame seneng senenglah disni. Ibu kan sering bikin pesta, anakku banyak. Semua datang gitu kalo diundang. Sama paling 17 Agustus lah acara anak anak perlombaan ada, tari-tarian juga ada, juga nyanyi nyanyian, dimana-mana disini adalah keramain 17 Agustus, pasang panggunglah mereka.


(26)

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis Pribumi?

I : Saya nggak pernah sombong sama mereka gitu. Nggak pernah saya itu tinggi diri, lagak gitu kalo lewat nggak mau ngomong. Lewat pun kalo kadang ada orang yang nggak seneng sama saya, saya panggil juga, saya senang gitu. Biar mereka nggak senang itu urusan dia, yang penting saya panggil. Ada juga kita punya suku yang nggak senang sama kita, kita lewat kita panggil “oop” ya udah. Terserah respon kamu kayak mana yang penting saya lewat kalo udah manusia itu nampak saya panggil, nggak pernah saya diem aja. Ya mereka nggak senang nggak suka sama saya, saya nggak perduli sama sekali. Yang penting saya lewat saya panggil. Nah diapun bilang “kemana kak?” , “ke gereja” saya bilang gitu.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Maunya tiap hari aku berdoa maunya semua rukun, kalau saya berdoa saya tetap meminta begitu. Karena tetangga ini yang famili buat kita. Tetangga itu adalah segala-galanya sama kita. Karena kita juga ada apa-apa kan, saudara dari jauh belum tentu bisa cepat datang, ya tetanggalah.


(27)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Maysarah

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Galang, 04 Mei 1967 / 49 tahun

Agama : Islam

Etnis/Suku : Jawa

Alamat : Jl. Cik Di Tiro Belakang No. 29 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras?

I : Kalau ibu sudah sekitar 27 tahun, dari tahun berapa tuh ya sekitar 87/88 lah. Ibu sebelumnya di Galang sekolahnya, tamat ke Jakarta habis itu balik ke Medan kerja, berumah tangga. Bapaklah orang lama disini

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Cina, India, Pribumi. Pribuminya ada Jawa, Padang, Mandailing ada juga.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Ibu sih kalau misalkan bergaul itu nggak pernah bergaul dekat, ya sekedar kalau kita lewat tegur aja gitu. Ya kalo misalkan teguran semua etnis kalau kita lewat teguran. Yang sering ngobrol orang-orangnya tertentu. Kalaupun dia etns india tertentu orangnya, kalaupun dia etnis india tertentu aja kita mau ngobrol.

P : Apakah Anda menyempatkan atau memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?


(28)

P : Seberapa sering dan dimana biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil dalam kehidupan sehari-hari? I : Kalau pas ketemu aja di pajak. Tapi pas ke pajak dekat sini itu yang sering ketemu. Kalau pajak petisah kan jarang ketemu. Kalau pajak yang disini ibu sekali-sekali.

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : paling kalau ketemu dipajak ya nanya belanja apa hari ini, masak apa hari ini, yang gitu-gitu aja.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Kalau sekedar berkomunikasi nggak ada, kadang kesulitannya kalau kita lagi ngomong gitu kan ada etnis India, mereka ngobrolnya bukan bahasa Indonesia, dia terus ngobrolnya bahasa India. Kalau dia udah ngomong bahasa India ya ibu tinggalin. Karena kan nggak pakai bahasa Indonesia, karena kan kita nggak tahu apa yang dibicarakannya, entah dia membicarakan kita kan kita nggak tau. Jadi ya ibu tinggalin aja.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis India Tamil?

I : Kalo dekat ya tetangga, sekedar kita ngobrol gitu aja tetanggalah, tapi kalo sedekat kita istilahnya makan-makanannya dia, ibu enggak. Ya karena kan ibu nggak mau, selain muslim ibu nggak makan. India muslim ada tapi nggak banyak, lebih banyak yang non muslim.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang dalam kelompok Anda?

I : Ya kalau ibu sih dimanapun bertempat ibu orangnya kurang perduli sama orang cuek. Walaupun dia mau suku apa yang penting kita kan nggak tibut-ribut, Ibu ya nggak gitu open dengan suku-suku yang lain gitu.

P : Menurut Anda masyarakat Etnis India Tamil saat ini seperti apa?

I : Kalo dulu Ibu nggak pernah dengar karena kan ibu baru disini. Paling setelah ada disini, kalau ibu sih kurang cocok. Mereka kadang-kadang terlalu kasar, udah


(29)

gitu mereka kurang sopan. Ya orang India ini sering berantem-berantem gitu sama tetangga. Nanti mereka kasar maki-maki gitu kan, nah ibu kurang cocok. Udah gitu mereka kurang apa namanya, suka-suka hati aja gitu merasa berkuasa disini. Udah gitu ada istilah nya orang india ini kalau punya duit tidurnya di paret kalau nggak punya duit tidurnya baru di rumah, itu istilah untuk orang India. Kalau misalnya mereka punya duit kan orang itu sering mabuk-mabukan, jadi kalau orang mabuk-mabukan itu kan sering jatuhnya ke paret gitu kan. Jadi kalau nggak punya duit gimana mau mabuk-mabukan tidurnya di rumah lah. Udah gitu ya orang India ini kalau ngomong gitu banyak bohongnya. Ya dibilang ngularnya gitulah, jadi kita pun nggak mau terlalu dekat, nggak mau terlalu berurusan.

P : Pernah punya pengalaman bersama dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil yang berhubungan sama stereotip itu nggak?

I : Ngeliatnya gitu? Sering sering kali. Tiap hari Ibu lihatnya mabuk malah sampe ada yang udah mati lagi. Tapi mereka biasa kalau mabuk gitu yang diganggu keluarganya. Tapi kan kita terganggu sebagai tetangga, Cuma kalau ganggu kita sih enggak. Kalau yang suka bohong gitu nggak pernah kejadian sama Ibu. Karena kita nggak mau berurusan jadi nggak pernah kejadian langsung, cuma kalau orang sini gitu sering kejadian, misalkan dia ikut jula-jula dia bohong, dia bilang udah bayar padahal belum, ngularnya banyaklah nggak tepat janji, banyak cakap. Makanya ibu nggak mau terlalu berurusan dengan orang India.

P : Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Kalau masalah tadi dia tetangga itu mabuk itu mengganggu tapi kalau yang lain-lain ya ibu nggak open, cuma dulu waktu anak-anak ibu kecil ibu nggak mau anak ibu bergaul sama India, Ibu nggak ngasih gitu.

P : Lantas bagaimana sikap Anda dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dari Etnis India Tamil karena stereotip tersebut?

I : Kalau sekedar berkomunikasi ya Ibu nggak apa-apa, misalnya ke pasar gitu kan ya ibu tegur lah seadanya sekedar aja gitu. tapi kalau berurusan yang lain ibu nggak mau gitu. Ada batasannya.

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Kalau menurut ibu sih biasa-biasa aja bagus sih, kadang kalau di kuil itu ada acara ya pribumi juga mau ikut makan disana. Ya baguslah bebas mereka toleransinya tinggi. Kalau di kuil itu ada acara kita nggak ada masalah. Kalau kita


(30)

ada acara juga mereka nggak apa-apa, kalau misalnya ada orang India yang meninggal yang pribumi jenguk. Kalau ada orang pribumi meninggal ya orang Indianya juga jenguk.

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Etnis India Tamil?

I : Ibu sih pernah gitu gara-garanya anak, Cuma kan tadinya ibu nggak peduli karena anak sama anak tapi karena tiap hari anak ibu terus disakitin ya ibu juga emosi,

P : Bagaimana penyelesaian dari konflik tersebut?

I : Semenjak ibu ngomong sama dia itu kasar, dia nggak berani lagi. Hubungan ibu biasa-biasa aja sekarang. Karena kan ibu nggak mau terlalu dekat itu tadi, ya paling sama dia cuma tegur-teguran

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Kalau konflik kayak gitu setahu Ibu disini nggak pernah ya, aman-aman aja.

P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I : 17 agustus itu sering ada perlombaan, disitu gabung aja india sama pribumi yang jarang itu orang cina. Disini ada namanya LKM yang PNPM itu perkotaan, ya itu kalau yang formal. Karena anggotanya ada yang India ada yang pribumi.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis India Tamil?

I : Ya saling tegur-menegur gitu, jadi kalau kita nggak terlalu dekat jadi kan nggak ada masalah gitu ya sekedar aja, menghindarilah gitu.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Kalau ibu sih ya jangan ada ribut-ribut, kalau ada ribut ya kita sih maunya pindah dari sini nggak mau dekat dnegan orang india, ya karena itu tadi sifat-sifatnya itu tadi.


(31)

TRANSKRIP WAWANCARA PENGERJAAN SKRIPSI STEREOTIP ETNIS PRIBUMI DAN ETNIS INDIA TAMIL DALAM

INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Data diri informan :

Nama : Suci Al Falah Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Usia : Medan, 05 September 1990 / 25 tahun

Agama : Islam

Etnis/Suku : Minang

Alamat : Jl. Cik Di Tiro Belakang No. 26 Pekerjaan : Freelancer Survei Publik

P : Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah Kampung Madras? I : Udah .... dari lahir udah 25 tahun lah.

P : Etnis apa saja yang tinggal di daerah sini?

I : Etnisnya...India, India itu ada dua Tamil sama Punjabi, Punjabi itu Bengali. Terus kalau pribumi ada Minang ada Jawa tapi mayoritasnya Minang. Kalau Cina ada juga, Cina pun banyak.

P : Kalau bergaul biasanya dengan etnis tertentu atau bagaimana?

I : Pilih-pilih juga kalau jujur. Ya pilih-pilihnya mungkin lebih banyak ke Pribumi ya. Kalau Chinese nya lebih banyak sih tutup pintu semua. Jadi nggak bergaul sama Chinese. Tapi dulu waktu kecil-kecil banyak masih mau bergaul sama Chinese tapi udah pada pindah. Kalau Tamil ada juga sih tapi Tamilnya Tamil Islam sih. Cuma lebih banyak Pribumi sih, kadang yang main ke rumah juga Pribumi. Kalau sama Tamil tergantung kebutuhan juga paling kalau ada perlu baru bergaul. Lebih banyak di rumah sih.

P : Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil dalam kehidupan sehari-hari?

I : Nggak terlalu sering sih. Paling kalau lewat tegur-teguran gitu aja sih. Kalau pas keluar nampak di jalan paling.


(32)

P : Dalam konteks apa biasanya Anda berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Kalau yang di tengah ini kan ada kak Wijes namanya, yang sebelumnya juga diwawancarain kan. Udah gitu kan dia ada MLM, nah dia itu sering datang ke rumah nawarin MLM-nya suruh gabung. Nanti dia sering itu bbm, chat, nanya gimana perkembangan. Ya sebatas itu sih karena ada kebutuhan itu aja sih. Kalau dulu sih sempat ada hubungan. Karena kan kakak dulu ngajar les udah gitu banyak anak-anaknya India, karena faktor itu aja diluar itu nggak ada.

P : Apakah ada kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Secara komunikasi nggak ada kesulitan kayaknya ya karena bahasanya kan sama-sama pakai Bahasa Indonesia.

P : Apakah Anda punya hubungan dekat dengan anggota masyarakat Etnis India Tamil?

I : Nggak ada, Nggak ada. Sekedar tegur sapa aja kalau lewat. Kalau komunikasinya intens berteman dekat itu nggak ada. Malah dekatnya dengan tetangga pribumi sih.

P : Sebelum Anda mulai berinteraksi atau berhubungan dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil, apakah ada stereotip tentang mereka yang berkembang menurut Anda?

I : Ya mungkin pada umumnya ya sama aja sih, suka gimana ya, suka ngajak berantam gitu tetangga. Memang sih kakak nggak pernah terlibat cuma kan kakak sering lihat kan. Nanti kalau ada apa-apa dikit ribut-ribut terus ngeluarin orang satu kampung gitu. Ya apalagi ya....banyak omongnya, banyak bohongnya ya gitu. Pokoknya kita sih jarang cocok aja ke mereka, kalau kakak pribadi sih lebih banyak jarang berhubungan jadi secara kurang tau juga secara pasti gimana merekanya itu. Tahunya dari dari luar aja, misalnya ada yang berantam si anu sama si anu, ditengah-tengah itu udah diramein. Yang berantam itu kan orang India, nanti sama-sama saudara bisa berantem. Ibaratnya kan ngundang tetangga yang lain buat nontonin kayak gitu sih. Orang itu kayaknya lebih senang kalau ngajak berantam kayaknya ada kepuasan tersendiri gitu buat mereka. Makanya kalau ada berantem kan pasti itu orang India jarang ada orang Pribumi. Kalau kita kan pasti ada rasa malu kalau berantam-berantam gitu. Kakak rasa mereka lebih terbuka sih, terbuka dalam mengekspresikan diri mereka, ya kayak gitu. Udah gini kan India itu suka ngular, sampai ada istilahnya kalau jumpa orang India sama ular, kita tembak orang Indianya dulu baru ularnya karena kan orang Indianya bisa pura-pura mati. Karena kan ibaratnya gimana ya banyak bualnya banyak


(33)

bohongnya. Kalau bisa sih jangan terlalu banyak berhubungan sih lebih dalam sama mereka.

P : Menurut Anda apakah ada stereotip positif yang berkembang terkait dengan Etnis India Tamil?

I : Kalau yang positif itu mereka toleransinya ada, kita kan juga sering buat acara agama, mereka juga sering ibadah di kuil jadi kita nggak saling ganggu. Sangat toleran lah saya rasa mereka. Jadi kalau satu sampai sepuluh itu sembilan lah.

P : Pernah punya pengalaman bersama dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil yang berhubungan sama stereotip itu nggak?

I : Kalau kakak sih nggak pernah punya masalah sama Etnis Tamil soalnya kan kakak nggak pernah berhubungan itu aja sih. Kalau langsung bermasalah sih nggak pernah cuma kan melihat apa yang ada. Kita juga memang nggak pernah kejadian secara langsung sih, cuma kan dengar orang kan, ini si anu habis nipuin si anu terus si anu nggak bayar-bayar hutangnya sama si anu kan kedengaran sama kita. Karena kita kan nggak pernah mau berurusan sama mereka gitu aja sih. Nggak pernah percaya juga sih nggak pernah percaya. Tapi orang India disini kan ada Tamil ada Punjabi, Bengali, itu mereka karakternya beda, yang Punjabi itu agak lebih tertutup sih daripada yang Etnis Tamil.

P : Apakah stereotip tersebut mempengaruhi interaksi komunikasi Anda dengan anggota masyarakat dari Etnis India Tamil?

I : Ya berpengaruh dong, ibaratnya kan gini kita udah tau pengalaman orang ini itu kayak gini, ini itu kayak gini yang buruklah. Karena udah tau buruk ya kita pasti lebih antisipasi untuk bisa lebih berhubungan sama mereka.

P : Lantas bagaimana sikap Anda dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dari Etnis India Tamil karena stereotip tersebut?

I : Karena kita udah tau pengalaman orang lain kan itu mengurangi kepercayaan kita sama mereka. Ya nggak semua seperti itu, saya yakin sih tidak juga. Cuma sejauh ini yang saya jumpain ya mereka seperti itu. Mungkin ada sih yang nggak seperti itu cuma saya rasa jarang lah kayaknya. Kita nggak mau menuduh sebenernya karena yang bener-bener baik itu pasti ada. Cuma kita kan mengantisipasi supaya nggak terlalu terlibat ambil resiko. Yang baik pasti adalah nggak semuanya seperti itu.


(34)

P : Pernah ada konflik pribadi dengan anggota masyarakat dari Etnis Etnis India Tamil?

I : Kakak sih cuek ya orangnya, kalau masalah gitu nggak terlalu masalah kali lah kayaknya.

P : Selama tinggal disini menurut Anda kondisi hubungan sosial antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil itu bagaimana?

I : Hubungannya lebih ke arah cuek sih kalau menurut kakak, Cuma ada kondisi-kondisi tertentu misalnya ada yang meninggal ada pesta mereka mau bantu, nanti masaknya bareng, mau sih rata-rata. Kadang orang pribumi ini sering ke pekong itu lo, ke kuil-kuil. Kan orang pekong sering buat acara makan bareng gitu apa ya namanya yang di daun itu, orang pribumi mau juga itu kadang ngambil-ngambil gitu. Cuma kan pribuminya banyak disini jadi kita nggak bisa bilang juga pribumi karena kan karakternya beda-beda, kadang ada juga orang disana itu yang nggak mau makan itu. Tapi sebagian ada juga yang mau. Kalau kakak nggak mau.

P : Apakah disini pernah terjadi konflik antara Etnis Pribumi dengan Etnis India Tamil?

I : Kalau konflik sih nggak pernah ada.

P : Apakah ada kegiatan khusus yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan anggota masyarakat dari Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil?

I : Ada dulu ada namanya LKM Madras, sekarang kan udah jadi PNPM nah PNPM itu anggotanya itu orang Pribumi sama orang India. Kita kayak program bangun infrastruktur terus kegiatan sosial, dananya kan memang PNPM itu hibah dari pemerintah tapi pelaksanaannya kan warga sekitar. Disitu tergabung semua, ya membaur lah. Jadi kalau untuk kerukunan, kerja sama di Kampung Keling ini masih bagus. Saling tolong menolongnya juga bagus. Cuma kan karena berantem-berantemnya itu tadi jadi malas berurusan gitu. Nanti anaknya dimarahin dikit mamaknya udah nyerang gitu kan, jadi kita takut hal itu lebih bagus kita jaga jarak aja sama mereka gitu. Kalau non formalnya paling 17 agustus tapi di Kediri sana ramenya. Kalau jaman saya kecil-kecil dulu ada disini sering malahan.

P : Bagaimana cara Anda menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan anggota dari masyarakat Etnis India Tamil?

I : Ya kalau ada tetangga disapa, ditegur, jangan cari masalah, dihormati. Mereka beribadah ya dihormati, mereka butuh sesuatu ya dibantu, mereka berlebaran ataupun kita berlebaran kita berbagi, Cuma memang kita nggak mau banyak urusan aja gitu, banyak urusan maksudnya terlibat lebih dalam, akrab gitu enggak


(35)

sih. Karena orang Chinese disini juga banyak termasuk mayoritas dominan juga karena jumlah Etnis Tionghoa juga hampir berimbang sama Etnis Tamil. Pribumi malah lebih kecil sebenarnya dibanding sama India dan Tionghoa disini. Mereka lebih banyak tutup pintu, nggak ada itu Etnis Tionghoa buka pintu itu nggak ada, mereka lebih banyak menjaga diri sendiri kayaknya.

P : Apa harapan Anda terhadap keberlangsungan hubungan antara masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang tinggal disini?

I : Pastinya kita maunya yang bagus-bagus aja yakan. Harapannya sih sifat mereka berubah, lebih bisa menjaga tata krama mereka sebagai etnis tamil, lebih santun bisal lebih menghargai orang lain lah. Sebenarnya mereka bagus ya Cuma itu tadilah.


(36)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Sandy Akhindra

NIM : 110904065

PEMBIMBING : Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D

No. Tanggal Pembahasan Paraf

Pembibing

1. 27 Mei 2015 ACC Proposal

2. 01 Juni 2015 Seminar Proposal

3. 07 Juni 2015 Penyerahan BAB I. II, II, dan Pedoman Wawancara

4. 11 Oktober 2015 Penyerahan Revisi BAB I, II, II, dan Pedoman Wawancara 5. 26 Oktober 2015 ACC Penelitian Lapangan 6. 21 Agustus 2016 Penyerahan BAB IV dan V 7. 19 Oktober 2016 Penyerahan Revisi BAB IV dan V 8. 20 Oktober 2016 ACC Sidang Meja Hijau


(37)

BIODATA

Data Pribadi

Nama : Sandy Akhindra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tgl. Lahir : Lhokseumawe, 21 September 1993

Umur : 22 Tahun

Suku : Jawa

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Kera Gg. Saring No. 5A Medan Perjuangan

Kode Pos : 20233

Nomor Telepon : 082378032319

Email : sandy.akhindra@yahoo.com Orangtua : Adi Samseri Panut

Sri Eka Lestari Pendidikan

1999 – 2005 : SD Negeri 060877 Medan 2005 – 2008 : SMP Negeri 12 Medan 2008 – 2011 : SMA Negeri 8 Medan

2011 – sekarang : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Pengalaman Organisasi

1. Ketua Musyawarah Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) 2013.


(38)

116

DAFTAR REFERENSI

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gudykunst, William & Young kim. 2003. Communications With Strangers. New York: Mc Graw Hill.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. 1993. Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional. Jakarta: UI Press.

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

__________. 2001. Gatra - Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

__________. 2005. Prasangka & Konflik. Yogyakarta : LKIS

Lubis, Lusiana. A. 2012. Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. Medan: USUpress.

Moeloeng, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja Rosdakarya.

_____________. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(39)

117

Purba, Amir., Kurniawati, Dewi., Lubis, Fatma Wardy., Dayana., dan Wijaya, Haris. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press. Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah.

Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural:Mindfulness Dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rupert, Brown. 2005. Prejudice (Menangani “Prasangka” dari Perspektif Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Samovar, Larry A.,Porter, Richard E., dan McDaniel, Edwin R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Communication Between Cultures). Terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.

Sendjaja, Djuarsa & Ilya Sunarwinardi. 2008. Modul Komunikasi Antarbudaya. Makassar: Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin.

Severin, Werner & Tankard, James W. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. Edisi kelima. Terjemahan dari Sugeng Hariyanto. Jakarta: Kencana

Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya:Suatu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sinar, Tengku Lukman. 2001. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Cetakan kedelapan. Tanpa penerbit.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

West, Richard & Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Edisi Ketiga. Terjemahan dari Maria Natalia. Jakarta: Salemba Humanika. SUMBER LAIN :

Damayanti, Putri. 2011. Gambaran Tipe Prasangka Etnis Tionghoa Terhadap Etnis Pribumi Di Kota Medan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(40)

118

Harahap, Susi Mariani. 2013. Perbedaan Motivasi Berprestasi Pada India Tamil dan Punjabi di Kota Medan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara

Rizandy R, Ahmad. 2012. Stereotip Suku Mandar Di Kota Makassar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Rohmiati. Januari 2011. Stereotip dan Prasangka dalam Komunikasi Antar Etnis. Jurnal. Volume X, No. 1. Jakarta: Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.

INTERNET :

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63386-Makalah-Konflik%20Budaya%20di%20Indonesia.html (diakses pada 18 Mei 2015) http://klinikbk.blogspot.com/2013/07/stereotipe-dan-prasangka.html (diakses pada

28 Mei 2015)

http://www.iisip.ac.id/content/stereotip-dan-prasangka-dalam-komunikasi-antar-etnis-suatu-tinjauan-teoritis-komunikasi-anta (diakses pada 18 Mei 2015) http://z-tentang.blogspot.com/2013/03/tentang-stereotip-etnis.html (diakses pada


(41)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian dapat didefinisikan sebagai proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawaban dari masalah tersebut. Dengan kata lain metode penelitian adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. (Kriyantono, 2012: 55). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat menggambarkan sedalam-dalamnya suatu fenomena yang akan diteliti. Secara sederhana, dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya. Untuk itu, para peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya (Idrus, 2009: 23). Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami situasi, peristiwa, atau interaksi sosial tertentu. Penelitian ini dapat diartikan sebagai proses investigatif yang didalamnya peneliti secara perlahan memaknai suatu fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, menggandakan, dan mengklasifikasikan objek penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu pendekatan yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2012: 66). Dalam pendekatan studi kasus, biasanya peneliti akan meneliti satu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam. Peneliti berusaha menemukan semua variabel penting yang terkait dengan diri subjek yang diteliti (Idrus, 2009: 57).

3.2 Objek Penelitian

Objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang teliti. Adapun objek dalam penelitian ini adalah stereotip Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil dalam interaksi komunikasi antarbudaya.


(42)

33

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lainnya adalah informan, yaitu orang-orang yang memberi respons atau suatu perlakuan yang diberikan kepadanya (Idrus, 2009: 91). Untuk penelitian dengan pendekatan studi kasus, jumlah informan ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Informan dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian yang sebelumnya telah ditentukan.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil yang telah bermukim di Kel. Madras Hulu, Kec. Medan Polonia, Kota Medan selama kurang lebih 3 tahun. Informan kunci dalam penelitian ini Aidila Fitrah salah seorang warga yang tinggal di lingkungan lokasi penelitian. Pemilihan informan kunci didasarkan pada pengetahuan dan wawasan informan mengenai kondisi sosial dan geografis pada lokasi pelaksanaan penelitian yang hendak diteliti.

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis merupakan hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40). Kerangka analisis juga dipahami sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis keseluruhan data sehingga dapat dengan mudah untuk menganalisisnya. Data yang diperoleh oleh peneliti dari lapangan kemudian akan direduksi. Langkah reduksi data akan menghasilkan data yang memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga dapat membantu peneliti dalam pengumpulan informasi yang jelas dan selanjutnya akan mencari data lain jika diperlukan. 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu :


(43)

34

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dan tangan pertama di lapangan. Adapun cara untuk mendapatkan data tersebut, yaitu :

a. Metode Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Tipe wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancacara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif berbeda. Dengan demikian keabsahan wawancara adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2008: 108).

b. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Kegiatan pengamatan secara langsung memiliki tujuan mengetahui kegiatan yang dilakukan objek yang hendak diteliti (Ruslan, 2003: 138).

2. Data Sekunder

Pada umumnya bahwa data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan mencari, melihat, membuka dokumen, situs-situs (internet research) atau buku-buku bersifat ilmiah yang berhubungan dengan penelitian (Kriyantono, 2012: 91).

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moeloeng, 2009: 248).

Berdasarkan model teknik analisis data lapangan Miles dan Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(44)

35

1. Melakukan Reduksi Data

Mereduksi artinya ialah merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan hal yang dianggap penting untuk penelitian. Data yang diperoleh di lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga diperlukan analisis data melalui teknik reduksi. Dengan demikian akan terlihat jelas gambaran dari penelitian yang bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang didapatkan dari pengamatan dan metode lainnya akan disajikan dalam bentuk berupa teks naratif, grafik (chart), dan lain sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan yang telah didapat harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten yang ditemukan di lapangan. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan mengumpulkan data kemudian dilanjutkan dengan menelaah dan memverifikasi data yang telah terkumpul, baik itu data primer maupun data sekunder. Hasil data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data akan disusun ke dalam bentuk laporan yang sistematis (Sugiyono, 2007: 92).


(45)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil dan pembahasan yang telah didapatkan selama proses penelitian dilapangan. Adapun hasil yang diperoleh peneliti adalah informasi yang didapatkan dari para informan dengan cara wawancara secara mendalam. Penjabaran hasil dan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya, stereotip yang berkembang dalam interaksi komunikasi antarbudaya dan faktor-faktor pembentuknya, serta faktor-faktor yang mendukung terjalinnya hubungan yang harmonis antara masyarakat Etnis Pribumi dan India Tamil di lingkungan Kampung Madras, Kota Medan. Hasil dan pembahasan itu nantinya akan dirangkai dalam bentuk tulisan panjang atau narasi.

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Madras, yang terletak di Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan. Pada masa kolonial, bangsa Tamil umumnya bermukim di lokasi-lokasi sekitar perkebunan yang berada di Kota Medan dan Sumatera Timur. Namun semenjak kemerdekaan, mereka kebanyakan bermukim di wilayah pusat kota. Komunitas Tamil terbanyak dapat ditemukan di kota Medan, kota Binjai, kota Lubuk Pakam, serta kota Tebing Tinggi. Kampung Madras adalah salah satu pemukiman warga etnis Tamil yang tertua di Kota Medan. Kampung Madras terletak pada kawasan bisnis Jl. K.H. Zainul Arifin, yang pada zaman dahulu bernama Jl. Calcutta. Lokasi dari perkampungan etnis India ini berada di pinggiran Sungai Babura, yakni sungai yang membelah kota Medan, serta merupakan jalur utama transportasi air pada masa lampau. Perkampungan dengan luas kurang lebih 10 hektar ini lebih akbrab di masyarakat kota Medan dengan sebutan “Kampung Keling”.

Dahulunya Kampung Madras ini merupakan lahan liar yang tidak berpenghuni. Namun seiiring dengan berkembang pesatnya perkembangan perkebunan tembakau di Tanah Deli, maka di kota Medan pun turut dibuka beberapa daerah perkebunan baru, sehingga munculnya


(46)

perkampungan-37

perkampungan baru di sekitar daerah perkebunan tersebut. Kampung Madras mulai terbentuk ketika pemerintah Belanda merasa puas dengan hasil kerja para kuli Tamil dengan dibangunnya Kuil Shri Mahriamman sebagai tempat ibadah bagi kuli-kuli Tamil yang beragama Hindu. Kuil inilah yang menjadi kuil hindu pertama di kota Medan. Selain itu, pemerintah Belanda juga menghadiahkan sebidang tanah di sekitar kuil kepada kuli Tamil yang menikah sebagai tempat tinggalnya. Dan akhirnya kawasan ini pun berkembang menjadi perkampungan bagi warga etnis Tamil, yang pada akhirnya di kenal dengan nama “Kampung Keling”.

Setelah kemerdekaan, banyak warga Tamil yang kembali ke kampung halamannya, dan menjual tanah mereka kepada orang-orang pribumi. Namun, juga masih banyak warga Tamil yang bertahan, karena alasan ekonomi yang maju, dan juga adanya ikatan pernikahan. Sejak saat itu, mulailah terjadi pembauran etnis di Kampung Madras. Kampung Madras yang sampai saat ini masih bertahan antara lain yang terletak pada Jl. K.H. Zainul Arifin dan juga sekitar Jalan Teuku Umar. Kampung Madras ini memiliki akses langsung dengan pusat kota Medan, yakni kawasan Kesawan, yang hanya berjarak 1 km. Batas akhir dari Kampung Madras adalah Sungai Babura. Kampung Madras ini termasuk kedalam Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia. Pada tahun 2008 Pemko Medan resmi mengesahkan nama “Kampung Madras” menggantikan “Kampung Keling”. Hal ini disebabkan oleh kata “keling” yang berkonotasi menghina dan ditujukan kepada orang yang memiliki kulit gelap. 4.1.2 Deskripsi Proses Penelitian

Penelitian berupa wawancara mendalam terhadap informan dilaksanakan pada bulan Februari 2016 hingga Maret 2016. Proses penelitian pertama kali peneliti lakukan untuk melakukan survey lapangan yang mana peneliti mencoba untuk menemui informan kunci yaitu Pak M. Magnoren atau yang akrab disapa Pak Mano. Sebelumnya peneliti mengenal Pak Mano melalui seorang senior yang juga pernah melakukan penelitian di daerah Kampung Madras. Awalnya peneliti mencoba menghubungi beliau via telepon dan mendapatkan respon yang baik dari beliau. Namun karena beliau sedang berada diluar kota untuk waktu yang lama


(47)

38

akhirnya peneliti mencoba untuk memulai penelitian secara langsung tanpa ada informan kunci.

Pada tanggal 18 Februari 2016, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk pertama kalinya. Awalnya peneliti sempat bingung dan hanya berjalan berkeliling di daerah tersebut sambil melihat-lihat bagaimana aktivitas di kawasan tersebut. Dengan bermodalkan bertanya-tanya terhadap warga yang berada disekitar situ akhirnya peneliti berhasil menemui salah seorang penjual jamu dan berbincang banyak mengenai Kampung Madras. Ketika peneliti mencoba untuk meminta Bapak penjual jamu tersebut untuk diwawancarai, beliau menolak dikarenakan tidak mau nama dan identitasnya dituliskan dalam data begitu juga dengan rekaman. Beliau tidak ingin ada rekaman, akhirnya setelah setengah jam berbincang dan membujuk dan beliau tetap tidak mau diwawancarai. Akhirnya peneliti berpamitan dan memutuskan untuk mencoba bertanya kepada warga lain yang ada disekitar kawasan itu.

Sama seperti sebelumnya banyak dari warga yang tidak bersedia untuk diwawancarai. Beberapa warga menolak wawancara setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan wawancara, salah satu dari mereka mengatakan :

“Tidak ada hal yang seperti stereotip itu, disini aman-aman saja dan nggak ada yang kayak gitu itu disini.”

Beberapa kali mendapat penolakan akhirnya peneliti memutuskan untuk pergi dari kawasan Kampung Madras.

Setelah sebelumnya mendapat penolakan dari beberapa calon informan akhirnya selang beberapa hari peneliti menemukan salah seorang informan kunci yang bernama Aidila Fitrah, beliau adalah salah seorang alumni dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Beliau juga salah seorang penjual pulsa di kawasan tersebut yang juga merupakan kenalan dari teman peneliti. Pada tanggal 20 Februari 2016 peneliti bersama salah seorang teman menemuinya lalu kami mulai berkenalan dan berbincang-bincang mengenai masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Madras. Setelah lama berbincang akhirnya beliau bersedia untuk membantu peneliti dalam proses wawancara. Tak lama kemudian beliau mengenalkan peneliti dengan informan pertama, yaitu Kak Mila yang merupakan


(1)

ABSTRACT

This research entitled Stereotypes of Native Ethnic and Indian Tamil Ethnic in Intercultural Communication Interaction. This study aims to determine how the stereotypes developed and the factors that support the establishment of a harmonious relationship between Native Ethnic and Indian Tamil Ethnic in Kel. Madras Hulu, Kec. Medan Polonia, Medan. The method used in this research is qualitative analysis in the form of case studies with interpretive paradigm that focuses on the theory of stereotypes and intercultural communication. These research subjects are four persons from Native Ethnic and Indian Tamil Ethnic as an informant. Selection of research subjects was done by using snowball sampling or sample snowball. Collecting data is conducted by depth interviews with the informants. The results showed there are some stereotypes that developed between the two ethnic groups. The developing stereotype had a positive direction and negative. The contents of the stereotypes that developing in Native Ethnic against Indian Tamil Ethnic, among others are tolerant, drunks, abusive, and liar. Whereas the stereotypes that developed in Ethnic Indian Tamil against Native Ethnic, among others are tolerant, helpful, have the high solidarity and racism behavior. Ask for the influence factors of the stereotypes include information from the closest person in a social environment and a personal experience that the informants gained from the direct interaction. For conditions of communication and intercultural relations, researchers assessed it has been effective. It is marked by a harmonious relations between the two ethnic groups. There are several factors supporting the establishment of a harmonious relationship, among others

are (1)tolerance attitude between people with different culture, (2)togetherness,

(3)the absence of discriminative behavior, (4)formal and informal activities that

involves the interaction between ethnic, (5)instilling the values of pluralism.

These five supporting factors are a real factor that occurred in the neighborhood of Kampung Madras and assessed been able to realize a harmonious multiethnic society life until now.

Keywords: Intercultural communication, stereotypes, Native Ethnic, Indian Tamil Ethnic.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ... 7

2.1.1 Paradigma Interpretatif ... 7

2.2 Kajian Pustaka ... 8

2.2.1 Komunikasi ... 9

2.2.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Sosial ... 10

2.2.2 Komunikasi Antarbudaya ... 11

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Antarbudaya ... 11

2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Antarbudaya ... 17

2.2.2.3 Hambatan Komunikasi Antarbudaya ... 17


(3)

2.2.4 Stereotip ... 22

2.2.5 Etnis Pribumi ... 27

2.2.6 Etnis India Tamil ... 28

2.3 Penelitian Terdahulu ... 30

2.3.1 Penelitian Ahmad Rizandy R ... 30

2.4 Model Teoritis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 32

3.2 Objek Penelitian ... 32

3.3 Subjek Penelitian ... 33

3.4 Kerangka Analisis ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

4.1.2 Deskripsi Proses Penelitian ... 37

4.1.3 Hasil Wawancara dan Pengamatan ... 44

4.2 Pembahasan ... 104

4.2.1 Perkembangan Stereotip ... 104

4.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Stereotip .. ... ... 111

4.2.3 Faktor-faktor yang Mendukung Terjalinnya Hubungaan Harmonis antara Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil ... ... 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 114


(4)

5.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(5)

DAFTAR TABEL


(6)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Komunikasi Antarbudaya Samovar dan Porter ... 13 2.4 Model Teoritis ... 31