Pengalaman Auditor Penyimpangan Perilaku Audit Dysfunctional Audit Behavior

11 Seksi 220: Par 01 mengemukakan bahwa “Seorang auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pend apatnya” Payamta 2002 menyatakan bahwa berdasarkan “Pedoman Etika” IFAC, maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang mengatur perilaku seorang Akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah 1 integritas, 2obyektifitas, 3 independen, 4 kepercayaan, 5 standar-standar teknis, 6 kemampuan professional, dan 7 perilaku etika. Independensi merupakan salah satu nilai etis yang dijabarkan secara tertulis bagi seorang auditor sebagai panduan agar dapat selalu berperilaku etis.

2.1.4 Pengalaman Auditor

Gusnardi 2003:8 mengemukakan bahwa pengalaman audit audit experience dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Universitas Sumatera Utara 12 Menurut Mulyadi 2002:25: “Jika seorang memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Di samping itu, pelatihan teknis yang cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurangkurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik SK Menteri Keuangan No.43KMK.0171997 tanggal 27 Januari 1997 ”. Selain itu menyebutkan ada tiga faktor pengalaman auditor diantaranya adalah: 1. Pelatihan Profesi; 2. Pendidikan; 3.Lama kerja. Pengalaman personel audit akan meningkatkan kompetensi mereka dalam menjalankan setiap penugasan. Personel audit berpengalaman memakai analisis yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi gejala kekeliuran dibandingkan dengan analisi yang tidak berpengalaman.

2.1.5 Penyimpangan Perilaku Audit Dysfunctional Audit Behavior

“Penyimpangan perilaku audit Dysfunctional Audit Behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan, seperti terhadap sistem pengendalian” Donnelly et al, 2003. Implikasinya adalah bahwa auditor cenderung menghasilkan audit yang kurang berkualitas dan dapat menyesatkan para pengguna laporan tersebut. Beberapa penyimpangan perilaku dalam audit yang membahayakan kualitas audit: Universitas Sumatera Utara 13 1. Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada waktu yang sebenarnya underreporting of audit time. Perilaku ini dapat menyebabkan adanya gambaran yang salah mengenai kebutuhan waktu yang sebenarnya, sehingga proses perencanaan untuk audit di masa yang akan dating menjadi terhambat dan tidak akurat, dan juga berpengaruh terhadap pelaksanaan audit selanjutnya, yaitu berkaitan dengan rencana penugasan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan meghasilkan time pressure untuk audit di masa yang akan datang 2. Merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan replacing and altering original audit procedures. Perilaku ini dapat merubah rencana dan arah dari pekerjaan audit, sehingga auditor tidak dapat menemukan hal-hal yang material sebelumnya telah diperkirakan. Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur premature sign-off of audit steps without completion of the procedure.

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalaman Auditor terhadap tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit

1 7 160

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Independen Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku Dalam Audit

4 55 54

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT

0 5 50

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR DAN RISIKO AUDIT TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT

0 2 75

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 1 10

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 0 2

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 0 8

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 0 10

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 1 2

Hubungan Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalam Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan

0 0 27