Fungsi Kepemimpinan Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan

15

1.5.1.2. Fungsi Kepemimpinan

Sebagai seorang pimpinan yang kompeten, pemimpin tersebut tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan keputusannya, tetapi juga harus ikut dalam proses pelaksanaannya, namun harus dalam batas tidak menggeser dan mengganti petugas yang bertanggungjawab pada pelaksanaan tugas tersebut. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. Menurut Rivai 2004:53 fungsi adalah jabatan pekerjaan yang dilakukan atau kegunaan dari sesuatu hal atau kerja dari suatu bagian tubuh. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya bawahannya. Menurut Kartono 2005:93 fungi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, memimpin, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang telah ditetapkan. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi 2005 terdiri dari dua dimensi yaitu : 1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalm tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin. Berdasarkan dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :

a. Fungsi Intruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi sebagai komunikator untuk menentukan apa isi perintah, Universitas Sumatera Utara 16 bagaimana cara mengerjakan perintah, kapan waktu pelaksanaannya dan dimana tempat mengerjakan perintah tersebut agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Dalam hal ini fungsi bawahan hanyalah sebagai pelaksana perintah.

b. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik feed back berupa gagasan, inspirasi, saran yang kontruktif bagi pengembangan kepemimpinannya, yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara pimpinan dengan bawahannya dalam keikutsertaan pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Sekalipun memiliki kesempatan yang sama bukan berarti setiap orang bertindak semaunya, tetapi harus dilakukan dan dikerjakan secara terkendali dan terarah yang merupakan kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Pemimpin harus dapat mempercayai bawahannya sesuai dengan posisijabatannya, apabila dia member pelimpihan wewenang. Sedangkan penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Universitas Sumatera Utara 17

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian merupakan funsi control. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif dan mengikutsertakan anggota organisasinya untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Jadi dari kelima fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir serta memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk mengeluarkan pendapat. Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, saran, dan kritik anggotanya sebagai wujud dari partisipasinya, pemimpin harus mampu membina anggotanya agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dengan tidak terlalu ketergantungan kepada pemimpin atau sesama kerja tim serta bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya.

1.5.1.3. Tipe Kepemimpinan a. Tipe Otokratik

Kepemimpinan otokratik dideskripsikan sebagai pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasikan partisipasi karyawan. Seorang pemimpin yang otokratik adalah sesorang yang sangat egois, otoriter dengan menunjukkan sikap yang menonjolkan “keangkuhan”, antara lain dalam bentuk : 1. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. 2. Pengabdian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan. 3. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya. Universitas Sumatera Utara 18

b. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu cirri utama masyarakat tradisional adalah rasa hormat yang tinggi yang ditunjukkan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.

c. Tipe Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literature yang ada tentang criteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristi yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak terlalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

d. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan sendirinya, karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran- sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikm oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

e. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan didi sendiri Rivai, 2006 : 61. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku coordinator dan integrator dari berbagai unsure dan komponen organisasi. Ciri-cirinya : 1. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya. Universitas Sumatera Utara 19 2. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia. 3. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

f. Tipe Instruktif

Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, dimana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanan pekerjaan diawasi secara ketat oleh pemimpin. Ciri-cirinya : 1. Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah dukungan. 2. Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan. 3. Pemimpin memberikan bawahan tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaiamana bawahan melaksanakan tugasnya. 4. Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. 5. Pemecahn masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksaannya diawasi secara ketat oleh pemimpinnya.

1.5.1.4. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan cirri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Pendekatan perilaku, gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, Universitas Sumatera Utara 20 keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan mempunyai tiga pola dasar yaitu yang mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerja sama, dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai. Ketiga pola tersebut tidak terpisah satu sama lain, saling mendukung, namun kecenderungan atau titik beratnya berbeda. Sehingga kombinasi dari ketiga pola dasar tersebut akan menghasilkan tipe utama, yaitu : 1 Kepemimpinan otokratis menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. 2 Kepemimpinan yang demokratis ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpina demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. 3 Kepemimpinan kendali bebas memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyelenggarakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan. Perlu diketahui bahwa gaya kepemimpinan otokratis dapat menjurus kepada dictator. Sejarah menunjukkan bahwa Hitler dan Mussolini tampil menuruti kehendak hatinya saja impulsive, dan bersifat emosional, perasa, mudah tersinggung dan akhirnya dapat menjurus kepada tindakan kejam dan sadis. Pada tahun 1930-an ada yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan sebagai suatu rangkaian kesatuan yang didasarkan pada derajat pembagian kekuasaan dan pengaruh antara pimpinan dan bawahan. Dalam rangkaian tersebut dapat diidentifikasikan empat gaya kepemimpinan dasar yaitu mengatakan, menjual, konsultasi, dan bergabung. Mengatakan adalah gaya kepemimpinan otokratis, sedangkan bergabung adalah gaya kepemimpinan demokratis. Menurut pendapat ini Universitas Sumatera Utara 21 gaya kepemimpinan demokratis bukannlah pendekatan kepemimpinan yang terbaik dalam semua situasi, mereka lebih menyarankan penggunaan semua gaya, mulai dari mengatakan sampai bergabung. Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu, maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsure yaitu diri pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Pada tahun 1960-an berkembang teori kepemimpinan yang dinamakan “pola manajerial”. Kepemimpinan dipengaruhi oleh dua perhatian manajerial yang mendasar yaitu perhatian yang terhadap produksitugas dan perhatian terhadap manusia. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan, yaitu : 1 Gaya manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap produksi, tetapi rendah terhadap manusia. 2 Gaya manjemen country club, pemimpin memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap manusia, tetapi perhatian rendah terhadap produksi. 3 Gaya manajemen miskin, pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik terhadap produksi maupun manusia. 4 Gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi, baik terhadap produksi maupun manusia. Menurut teori ini gaya manajemen tim, yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam segala situasi. Sementara itu menurut Contingecy Theory Leadership menyatakan bahwa ada kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan. Menurut teori ini seorang pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini maka kemungkinan akan melahirkan empat gaya kepemimpinan yaitu : 1 Mengarahkan, gaya kepemimpinan ini perilaku tugas tinggi, perilaku hubungan rendah. 2 Menjual, perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama tinggi. Universitas Sumatera Utara 22 3 Ikut serta, perilaku tugas rendah sedangkan perilaku hubungan tinggi. 4 Mendelegasikan, baik perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama rendah. Sedangkan pakar manajemen modern berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang tepat adalah suatu gaya yang dapat menyatukan tiga variable situasional, yaitu hubungan pimpinan dan anggota, struktur tugas, serta posisi kekuasaan, sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang terbaik adalah jika posisi kekuasaan itu moderat. Path-Goal Model sepaham dengan pendapat diatas, bahwa suksesnya seorang pemimpin tergantung pada kemampuannya dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan lingkungan dan karakteristik individual bawahannya. Sedangkan pengembangan baru teori ini yang dapat dikatakan sebagai kalangan moderat, menggambarkan bahwa ada empat tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu : 1 Mengarahkan, gaya ini sama dengan gaya otokratis. Jadi bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari mereka. 2 Mendukung, pemimpin bersifat ramah terhadap bawahan. 3 Berpartisipasi, pemimpin bertanya dan menggunakan saran bawahan. 4 Berorientasi pada tugas, pemimpin menyusun serangkaian tujuan yang menantang untuk bawahannya. Meskipun demikian diakui bahwa dalam manajemen modern, gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk dikembangkan adalah gaya kepemimpinan yang partisipatif atau fasilitatif, serta involvement-oriented style yang terpusat pada komitmen dan keterlibatan pegawai. Akhirnya, gaya kepemimpinan dibagi dalam dua dimensi yaitu dimensi tugas dan dimensi manusia. Dimensi tugas disebut “mengarahkan”, berorientasi pada produk dan berujung pada gaya kepemimpinan otokratis, sedangkan dimensi “manusia”, berhubungan dengan istilah “mendukung” berorientasi pada bawahan dan berujung pada tipe kepemimpinan bebas kendali. Universitas Sumatera Utara 23 1.5.2. Camat 1.5.2.1. Pengertian Camat