Aspek Pendidikan TRANSMIGRASI JAWA DALAM PERKEMBANGAN DI DESA SUKA

51 3 pintu. Dari ke 13 usaha ini milik para transmigran yang memiliki keahlian lebih di bidang usaha jual beli. Ada juga tanaman yang ditanam untuk kebutuhan sehari- hari para transmigran guna menyambung hidup, pemberian dari pemerintah yang tidak cukup untuk kebutuhan transmigran selama kurun waktu tuga tahun dari 1987-1999, oleh karena itu transmigran menanam kacang panjang, cabe, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam.

5.2 Aspek Pendidikan

Pemerintah melalui bermacam-macam programnya telah berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak kepada seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah menyadari bahwa rendahnya kualitas hidup dan rendahnya tenaga kerja terampil yang tersedia yang pada akhirnya akan mengakibatkan produktivitas negara menjadi rendah pula. Meskipun tanggungjawab pendidikan terutama terletak di tangan keluarga di samping masyarakat dan pemerintah, tetapi pemerintah selalu tampil paling depan dalam hal pelaksanaan pembangunan pendidikan. Di Indonesia tingkat pendidikan masyarakat pedesaan umumnya masih rendah. Untuk menggairahkan keikutsertaan masyarakat pedesaan dalam pelaksanaan program pendidikan, di setiap sekolah dibentuk semacam lembaga kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat yaitu: Badan Pembantu Pelaksanaan Pendidikan BP3. Badan ini sangat besar manfaatnya dalam menampung segala masalah yang timbul dari arus hubungan sekolah dan Universitas Sumatera Utara 52 masyarakat. Dalam kenyataannya badan ini ada yang bisa aktif jalannya, ada pula yang tersendat-sendat. Ini semua tergantung dari tinggi rendahnya pengertian masyarakat pentingnya pendidikan. Di samping itu pemerintah juga sangat mengharap adanya kelompok-kelompok masyarakat yang dapat menciptakan situasi pendidikan di luar pendidikan dalam sekolah. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para transmigrasi yang ikut serta ke daerah Suka Damai dapat dilihat tingkat pendidikan formal yang telah tercapainya. Berdasarkan hasil yang didapat dari kantor camat Geureudong Pase kabupaten Aceh Utara, dapat dilihat tingkat pendidikan yang dimiliki mereka. Ada yang tamat Sekolah Dasar dan ada yang tidak tamat Sekolah Dasar dan ada juga yang tamat SLTP dan ada juga yang tidak tamat, begitu juga dengan SLTA. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah mereka tetap berusaha untuk bisa bekerja dan para transmigran yang ikut program transmigrasi dapat menampung mereka, hal ini disebabkan program transmigrasi mengikutsertakan mereka bukan mengharapkan atau karena skillnya, melainkan kemampuan fisik dan sedikit keterampilan dan keuletan mereka di pertanian. Tidak semua orang tua mereka mampu memberi pendidikan lebih dan tidak semua anak mereka mau sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena mereka beranggapan bahwa akhirnya mereka juga seperti orang tuanya menjadi petani, tamat SD juga tidak menjadi masalah bagi mereka. Universitas Sumatera Utara 53 Ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anak-anaknya, menyebabkan mereka akhirnya bekerja. Di samping orang tua mereka kurang mampu, menurut kepala desa Suka Damai, penduduk disana pada saat itu kurang memperhatikan tingkat pendidikan anak-anaknya. Orang tua mereka belum menyadari perlunya pendidikan anak, tidak berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua mereka masih beranggapan anak- anaknya cukup hanya bisa menulis, membaca dan mengitung dalam istilahnya tidak buta huruf. Tingkat pendidikan masih rendah ini diakibatkan terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan di desa, dan juga minimnya tenaga pengajar yang berkualitas, disebabkan para tenaga pengajar yang berkualitas kurang berminat mengabdikan diri di desa tersebut. Hal ini dikarenakan menurut para pengajar untuk jenjang karir kedepannya kurang menjanjikan jika mengajar di pedesaan.

5.3 Aspek Budaya