3.3.1 Pengambilan dan preparasi sampel
Ikan  kakap  merah  diperoleh  di  Pasar  Pagi  Bintaro  Jaya,  Tangerang Selatan, Banten.
Preparasi sampel diawali dengan pencucian ikan menggunakan air bersih.  Hal  ini  dilakukan  untuk  membersihkan  kotoran  yang  melekat  pada  ikan.
Kemudian dilakukan identifikasi, pengukuran terhadap panjang total dan panjang baku  ikan,  serta  perhitungan  rendemen  ikan.
Metode  yang  digunakan  untuk perhitungan  rendemen  ini  berdasarkan  persentase  bobot  bagian  tubuh  contoh  ikan
dari bobot ikan total. Rendemen ikan kakap dihitung sebagai berikut:
3.3.2 Proses pengukusan
Ikan  kakap  merah  disiangi  dengan  dipisahkan  bagian  kepala  dan jeroannya,  lalu  dikukus  selama  10  menit  pada  suhu  100  °C.  Ikan  diangkat  dan
ditiriskan  kemudian  dagingnya  dipisahkan  dan  dimasukkan  ke  dalam  aluminium foil
dan plastik yang telah diberi kode untuk analisis proksimat, asam lemak dan kolesterol. Sebagian kecil daging beserta kulitnya dipisahkan dan dimasukkan ke
dalam botol untuk analisis jaringan.
3.4  Metode Analisis
Metode  analisis  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  meliputi  analisis proksimat,  analisis  asam  lemak,  analisis  kolesterol  serta  analisis  jaringan  pada  ikan
kakap merah segar dan kukus.
3.4.1 Analisis proksimat AOAC 2005
Komposisi  kimia  berupa  kandungan  gizi  ikan  dapat  diketahui  dengan melakukan  uji  proksimat.  Uji  proksimat  yang  dilakukan  terhadap  produk
perikanan  umumnya  meliputi  analisis  kadar  air,  protein,  lemak  dan  abu. Komposisi  kimia  dapat  bervariasi  tergantung  dari  musim,  lokasi  penangkapan,
tingkat  kematangan  seksual  dan  ukuran,  sehingga  sangat  penting  untuk menyeragamkan sampel yang akan diuji untuk memperoleh hasil komposisi kimia
yang akurat Nollet dan Toldra 2010. a Analisis kadar air
Tahap  pertama  yang  dilakukan  untuk  menganalisis  kadar  air  adalah mengeringkan  cawan  porselen  dalam  oven  pada  suhu  102-
105  ˚C  selama  30
menit.  Cawan  tersebut  diletakkan  ke  dalam  desikator  kurang  lebih  30  menit hingga  dingin  dan  ditimbang  hingga  beratnya  konstan,  kemudian  cawan  dan
sampel  seberat  5  gram  ditimbang  setelah  terlebih  dahulu  dihomogenkan.  Cawan dimasukkan  ke  dalam  oven  dengan  suhu  102-
105  ˚C  selama  6  jam.  Cawan tersebut  dimasukkan  ke  dalam  desikator  dan  dibiarkan  hingga  suhu  ruang
kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air:
Keterangan :   A  = Berat cawan kosong gram B  = Berat cawan dengan sampel gram
C  = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan gram b Analisis kadar abu
Cawan  abu  porselen  dikeringkan  di  dalam  oven  selama  30  menit  dengan suhu  105  ˚C,  lalu  didinginkan  dalam  desikator  kemudian  ditimbang.  Sampel
sebanyak  5  gram  yang  telah  dihomogenkan  dimasukkan  ke  dalam  cawan  abu porselen. Cawan abu porselen dipijarkan dalam tungku pengabuan bersuhu sekitar
105  ˚C  sampai  tidak  berasap,  selanjutnya  cawan  tersebut  dimasukkan  ke  dalam tanur pada suhu 600 ˚C selama 2-3 jam. Proses pengabuan dilakukan sampai abu
berwarna putih kemudian cawan abu porselen didinginkan hingga mencapai suhu ruang dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang beratnya.
Perhitungan kadar abu:
Keterangan :  A  =  Berat cawan abu porselen kosong gram B  =  Berat cawan abu porselen dengan sampel gram
C  =  Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan gram
c Analisis kadar protein Prinsip  dari  analisis  protein  yaitu  untuk  mengetahui  kandungan  protein
kasar  crude  protein  pada  suatu  bahan.  Tahap-tahap  yang  dilakukan  dalam analisis protein terdiri tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
1 Tahap destruksi
Sampel  ditimbang  seberat  0,5  gram,  kemudian  dimasukkan  ke  dalam tabung kjeltec. Satu butir tablet kjeltab dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan
ditambahkan  10  ml  H
2
SO
4
.  Tabung  yang  berisi  larutan  tersebut  dimasukkan  ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 ˚C ditambahkan 10 ml air. Proses destruksi
dilakukan sampai larutan menjadi bening. 2
Tahap destilasi Isi  labu  dituangkan  ke  dalam  labu  destilasi,  kemudian  ditambah  aquades
50  ml.  Air  bilasan  juga  dimasukkan  ke  dalam  alat  destilasi  dan  ditambahkan larutan NaOH 40  sebanyak 20 ml.
Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlenmenyer 125 ml berisi larutan H
3
BO
3
dan 3 tetes indikator cairan methyl red dan brom cresol green
yang  ada  di  bawah  kondensor.  Destilasi  dilakukan  sampai  diperoleh  200 ml destilat yang bercampur dengan H
3
BO
3
dan indikator dalam erlenmenyer. 3
Tahap titrasi Titrasi  dilakukan  dengan  menggunakan  HCl  0,1  N  sampai  warna  larutan
erlenmenyer berubah warna menjadi pink.
Perhitungan kadar protein:
FP = Faktor pengenceran d Analisis kadar lemak
Sampel  seberat  5  gram  W1  dimasukkan  ke  dalam  kertas  saring  dan dimasukkan  ke  dalam  selongsong  lemak,  kemudian  ke  dalam  labu  lemak  yang
sudah  ditimbang  berat  tetapnya  W2  dan  disambungkan  dengan  tabung  sokhlet. Selongsong  lemak  dimasukkan  ke  dalam  ruang  ekstraktor  tabung  sokhlet  dan
disiram  dengan  pelarut  lemak.  Tabung  ekstraksi  dipasang  pada  alat  destilasi sokhlet,  lalu  dipanaskan  pada  s
uhu 40 ˚C dengan menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua
pelarut  lemak  menguap.  Pada  saat  destilasi  pelarut  akan  tertampung  di  ruang ekstraktor,  pelarut  dikeluarkan  sehingga  tidak  kembali  ke  dalam  labu  lemak,
selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C, setelah itu labu dimasukkan ke dalam desikator sampai beratnya konstan W3.
Perhitungan kadar lemak:
Keterangan :   W1 =  Berat sampel daging ikan kakap merah gram
W2 =  Berat labu lemak tanpa lemak gram
W3 =  Berat labu lemak dengan lemak gram
3.4.2
Analisis asam lemak AOAC 2005
Metode  analisis  yang  digunakan  memiliki  prinsip  mengubah  asam  lemak menjadi  turunannya,  yaitu  metil  ester  sehingga  dapat  terdeteksi  oleh  alat
kromatografi. Kromatografi gas memiliki prinsip kerja pemisahan antara gas dan lapisan  tipis  cairan  berdasarkan  perbedaan  jenis  bahan  Rohman  2012
. Hasil
analisis akan terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan rekorder dan ditunjukkan  melalui  beberapa  puncak  pada  waktu  retensi  tertentu  sesuai  dengan
karakter  masing-masing  asam  lemak.  Sebelum  melakukan  injeksi  metil  ester, terlebih  dahulu  lemak  diekstraksi  dari  bahan  lalu  melakukan  metilasi  sehingga
terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat. a. Tahap ekstraksi
Terlebih  dahulu  diperoleh  asam  lemak  dengan  sokhletasi  dan  ditimbang sebanyak 0,02 g lemak dalam bentuk minyak.
b. Pembentukan lemak ester metilasi Tahap  metilasi  dimaksudkan  untuk  membentuk  senyawa  turunan  dari
asam lemak menjadi metil esternya. Asam-asam lemak diubah menjadi ester-ester metil  atau  alkil  yang  lainnya  sebelum  disuntikkan  ke  dalam  kromatografi  gas
Rohman 2012. Metilasi  dilakukan  dengan  merefluks  lemak  di  atas  penangas  air  dengan
pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N, BF
3
dan iso oktan. Sebanyak 0,02 g minyak  dari  sampel  dimasukkan  ke  dalam  tabung  reaksi  dan  ditambahkan  1  ml
NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit pada suhu 80 °C. Larutan kemudian didinginkan. Sebanyak 2 ml BF
3
ditambahkan ke dalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada waterbath dengan suhu 80 °C
selama  20  menit  dan  didinginkan  kemudian  ditambahkan  2  ml  NaCl  jenuh  dan dikocok lalu ditambahkan 1 ml iso oktan, kemudian dikocok dengan baik. Larutan
iso  oktan  bagian  atas  larutan  dipindahkan  dengan  bantuan  pipet  tetes  ke  dalam
tabung reaksi. Sebanyak 1 μl sampel diinjeksi ke dalam gas kromatografi. Asam lemak  yang  ada  di  dalam  metil  ester  akan  diidentifikasi  oleh  flame  ionization
detector FID  atau  detektor  ionisasi  nyala  dan  respon  yang  ada  akan  tercatat
melalui kromatogram peak. c. Identifikasi asam lemak
Identifikasi  asam  lemak  dilakukan  dengan  menginjeksi  metil  ester  pada alat  kromatografi  gas  dengan  kondisi  sebagai  berikut:  standar  asam  lemak  yang
digunakan  adalah  SupelcoTM  37  component  FAME  Mix.  Gas  yang  digunakan sebagai fase bergerak adalah nitrogen dengan aliran bertekanan 20 mLmenit dan
sebagai  gas  pembakar  adalah  hidrogen  dengan  aliran  30  mL  menit.  Kolom  yag digunakan  adalah  kolom  kapiler  Quadrex  fused  silica  capillary  column  007
cyanoprophyl methyl sil yang panjangnya 60 m dengan diameter dalam 0,25 mm.
Temperatur  terprogram  yang  digunakan  adalah  suhu  125  °C,  kemudian  suhu dinaikkan  5  °C  per  menit  hingga  suhu  akhir  225  °C.  Suhu  injektor  220
o
C  dan suhu detektor 240
o
C 3.4.3
Analisis kolesterol Metode Lieberman-Buchards
Analisis  kolesterol  daging  ikan  kakap  merah  menggunakan  metode Lieberman-Buchards. Metode ini merupakan analisis konsentrasi kolesterol secara
kimiawi.  Sebanyak  0,1  g  sampel  dimasukkan  ke  dalam  tabung  sentrifuse  dan ditambah  8  ml  alkohol  :  petroleum  benzen  3:1  lalu  aduk  sampai  homogen.
Pengaduk dibilas dengan 2 ml larutan alkohol : petroleum benzen 2:1 kemudian disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan dituangkan
ke  dalam  gelas  piala  untuk  diuapkan  di  atas  penangas  air.  Residu  yang  tersisa dilarutkan dengan menggunakan kloroform sedikit demi sedikit sambil dituangkan
dalam  tabung  berskala  sampai  volume  5  ml,  kemudian  ditambahkan  2  ml  acetic anhidrid
, 0,2 ml H
2
SO
4
pekat, divortek dan dibiarkan dalam ruang  gelap  selama 15  menit.  Warna  yang  dihasilkan  adalah  warna  hijau  kebiruan  yang  dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm. Besarnya absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi kolesterol.
3.4.4 Analisis jaringan