BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cepogo Boyolali kelas VIIIA.
Pemilihan kelas ini berdasarkan pada perimbangan dari perolehan nilai rata-rata kelas VIIIA pada mata pelajaran IPS Geografi sangat rendah di tiap tahun ajaran
sekolah dan diharapkan guru dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan minat dan prestasi
hasil belajar siswa serta sebagai motivasi bagi teman-teman seprofesi untuk juga ikut menggembangkan inovasi dalam proses pembelajaran dikelas.
2. Waktu Penelitian Waktu pengajuan judul penelitian hingga penyusunan laporan penelitian
dilaksanakan mulai bulan Februari 2008 hingga Januari 2009. Adapun secara operasional penelitian ini dibagi kedalam beberapa tahap yang dilihat dalam
lampiran 1.
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas PTK, atau yang sering disebut dengan Classroom Action
Research. Menurut Hopkins dalam Sukidin, dkk 2002: 16, PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi
56
praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari adanya penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki pengajaran secara praktis dan
secara langsung serta memusatkan perhatian pada masalah yang spesifik dan konseptual. Tujuan tersebut akan dapat tercapai bila seorang pengajar mampu
melakukan suatu tindakan refleksi pada kegiatan belajar mengajar yang telah dilalui untuk kemudian mencoba berbagai tindakan alternatif untuk memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran yang sedang dihadapi. Fungsi penelitian tindakan, sebagaimana dikemukakan oleh Lonen dan
Manion dalam Rianto 2001:55, bahwa penelitian tindakan memiliki 5 kategori fungsi, yaitu:
1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis dalam situasi tertentu.
2. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan, sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan ketrampilan, metode dan teknik mengajar yang baru,
mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
3. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan yang inovatif pada pengajaran.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, dan memperbaiki kegagalan tradisional.
5. Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah
di dalam kelas.
57
Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya mampu memberikan alternatif pemecahan masalah serta dalam peningkatan pemahaman terhadap
unsur fisik wilayah Indonesia. Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh sejumlah pakar antara lain seperti model Kemmis dan Mc.
Taggart, model Elliot, Model Ebbut. Model-model penelitian tindakan tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt Lewin, dialah orang pertama yang
menciptakan model penelitian tindakan kelas. Kurt Lewin dalam Arikunto 2002: 83, mengemukakan bahwa penelitian
tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk siklus. Bentuk siklus ini dalam setiap langkah memiliki suatu tahapan yaitu perencanan planning,
tindakan acting, pengamatan observasi, dan refleksi reflecting. Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 3 berikut ini:
PLANNING
REFLECTING ACTING
OBSERVING
Gambar 3. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin dalam
Arikunto 2002: 84
58
Dari tahapan dalam siklus diatas dilanjutkan ke dalam siklus berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang
dicapai pada siklus sebelumnya dan jumlah siklus dalam suatu penelitian ini bergantung pada bagaimana permasalahan yang dihadapi sudah dapat dipecahkan
melalui refleksi yang dilakukan. Selain itu model penelitian tindakan juga dikembangkan oleh Kemmis dan
M.C. Taggart. Model ini merupakan perkembangan dari model penelitian tindakan Kurt Lewin, dimana dalam model penelitian tindakan oleh Kemmis dan
M.C. Taggart mampu memberikan suatu pemikiran dalam siklus selanjutnya. Jika ternyata, permasalahan belum dapat diatasi maka perlu diberikan
perbaikan terhadap perencanaan yang telah ada serta perlu dilakukannya tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus berikutnya dan demikian seterusnya. Model
penelitian tindakan yang diusulkan oleh Kemmis dan M.C Taggart dalam Kasbolah 2001: 63 dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.
PLAN
REVIS ED
PLAN
REF LEC
T
OB SERVE
A C
T
REF LEC
T
OB SERVE
A C
T
Gambar 4. Model Penelitian Tindakan Kemmis dan M.C.Taggart
dalam Kasbolah, 2001: 63.
59
Siklus II
Belum Terselesaikan
nnnnnn
Alternatif Pemecahan
Rencana Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II Analisis Data II
Observasi
Terselesaika
n n
Secara rinci urutan masing-masing tahap dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 5. Skema pelaksanaan prosedur penelitian tindakan kelas.
Tim PGSM, 1999: 70.
Permasalahan nnnnnnn
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I Analisis Data I
Observasi Terselesaikan
Belum Terselesaikan
Siklus I
dst
60
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data