2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput laut
Rumput laut Seaweed merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput laut tersebut merupakan anggota dari
kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga Chapman dan Chapman, 1980. Sumberdaya ini biasanya ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan
ekosistem terumbu karang. Pembudidayaan rumput laut sangat baik untuk dikembangkan di wilayah
pesisir Indonesia. Salah satu spesies rumput laut yang mempunyai potensi untuk dikembangkan yaitu rumput laut spesies Euchema cotonnii sp. Pada kenyataannya
untuk rumput laut spesies Euchema cottonni sp. mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional yaitu sebagai penghasil ekstrak karaginan
sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi Istini dan Suhaemi, 1998. Secara umumnya rumput laut dapat tumbuh di daerah pantai bersubtrat
pasir dan karang mati. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari habitat rumput laut, antara lain : a dasar pasir yang tidak tercampur lumpur, b arus
yang cukup kuat, c suhu dan salinitas yang cukup tinggi, d rumput laut tumbuh pada kedalaman laut berkisar antara 20-30 meter Mubarak, 1999.
2.2. Kadar air
Air dalam suatu bahan berdasarkan keadaannya dapat dibedakan menjadi air bebas dan terikat. Air bebas adalah air yang terdapat pada permukaan bahan,
sedangkan untuk air yang terikat adalah air yang terdapat di dalam bahan tersebut.
3
Air merupakan kandungan penting pada bahan makanan dan semua bahan makanan yang mengandung air memiliki jumlah yang berbeda-beda. Banyaknya
air dalam suatu bahan akan menentukan kesegaran dan daya awet bahan sehingga air dalam bahan menentukan komposisi yang menentukan kualitas bahan tersebut.
Menurut Henderson dan Perry 1976, menyarankan agar kadar air bahan bisa dinyatakan dalam basis basah atau basis kering. Kadar air basis basah adalah
perbandingan antara bobot air dalam bahan terhadap bobot bahan, sedangkan kadar air basis kering adalah perbandingan antara berat air bahan terhadap berat
keringnya yaitu berat bahan dikurangi berat airnya. Bahan yang disimpan dalam suatu media akan menyerap air bila berada di
lingkungan yang kelembabannya tinggi dan akan melepaskan kandungan air bila RH lingkungannya rendah Hall dan Davis, 1979, sehingga kadar air bahan akan
ditentukan oleh RH lingkungannya. Proses penentuan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu metode pengeringan dengan oven biasa, metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus kromotografi nuclear magnetic reconanceNMR.
2.2.1. Kadar air keseimbangan
Kadar air keseimbangan di definisikan sebagai kadar air pada saat tekanan uap air dalam bahan seimbang dengan tekanan parsial uap air yang berada dalam
lingkungan Heldman et al, 1981, sedangkan RH pada saat tercapainya kadar air keseimbangan disebut kelembaban relatif keseimbangan. Oleh sebab itu kadar air
keseimbangan bisa dipengaruhi oleh RH dan suhu lingkungan. Hal tersebut yang akan menjadi suatu acuan untuk tercapainya tujuan penelitian ini sebagai mana
untuk membantu pencarian korelasi antara kadar air dengan RH.
Konsep dari kadar air keseimbangan sangat diperlukan dalam menganalisis sistem penyimpanan dan pengeringan, karena kadar air keseimbangan merupakan
faktor yang menentukan tingkat kadar air minimum dari tercapainya suatu kondisi pengeringan tertentu. Dengan demikian kadar air keseimbangan dipengaruhi oleh
kelembaban relatif RH dan suhu lingkungan. Menurut Broker et al, 1981 bahwa ada dua cara atau metode untuk dapat
menentukan kadar air keseimbangan yaitu metode statis dan dinamis. Dalam uji metode statis biasanya mempergunakan larutan kimia untuk menjaga kemantapan
RH lingkungannya. Sedangkan metode dinamis mempergunakan dari pergerakan udara karena lebih cepat tapi kendalanya adalah untuk pengendalian RHnya. Pada
umumnya metode dinamis dipakai untuk analisis sistem pengeringan. 2.2.2.
Kadar air bahan pangan
Kadar air bahan merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen . Kadar air termasuk salah satu karakteristik
penting pada bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citra rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan termasuk yang
menentukan kesegaran daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan Winarno, 1997. Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas pangan dan
daya simpan dari bahan pangan tersebut. Bahwa dalam penentuan kadar air dari bahan pangan sangat penting dalam proses pengolahan maupun produksi sehingga
harus mendapatkan penanganan yang tepat. Secara umum untuk penentuan kadar air bahan dapat diperoleh dengan metode pengovenan, dimana terdapat perbedaan
antara berat bahan contoh sebelum dan sesudah dikeringkan. Kegiatan penelitian ini yang termasuk mempergunakan salah satu cara dengan metode pengovenan
yang dilakukan laboratorium, untuk memperoleh nilai kadar air sebenarnya. Prosedur metode pengovenan pada laboratorium adalah sebagai berikut,
cawan porselin sebagai tempat bahan contoh sample, pada awalnya dikeringkan terlebih dahulu diperkirakan ± 5 jam pada suhu 105˚C, kemudian di dinginkan
dalam wadah desikator selama ± 30 menit dan ditimbang hingga beratnya tetap. Bahan contoh ditimbang terlebih dahulu sebesar ± 2 g Wc dan disimpan kembali
dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 100-105˚C selama ± 5 jam atau beratnya tetap Wb. Cawan yang berisi bahan contoh di dinginkan
dalam desikator selama ± 30 menit kemudian ditimbang hingga beratnya tetap Wa, perumusan kadar air dapat dihitung dengan persamaan :
Kadar air =
X
100 .……1
dimana : Kadar air : Kandungan air dalam bentuk persen ,
Wa : Berat sampel akhir,
Wb : Berat sampel pengeringan,
Wc : Berat sampel awal.
2.3. Kelembaban udara
Brock and Richardson 2001 menyatakan bahwa RH merupakan rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual e terhadap tekanan
uap jenuh e
s
pada suhu udara T tertentu, sementara menurut Zamacona 2004 menyatakan bahwa RH adalah nilai persentase tekanan uap air jenuh yang dapat
menggambarkan tekanan uap sebenarnya, dengan pengertian lain bahwa rasio
kelembaban udara di atmosfer pada saat ini dengan kelembaban maksimum yang mampu ditampung oleh atmosfer. Kelembaban relatif RH menggunakan satuan
persen dan dihitung dengan cara persamaan berikut : RH =
…….2
dimana : RH : Kelembaban relatif campuran udara-air ,
pH
2
O : Tekanan parsial uap air dalam campuran,
pH
2
O : Tekanan uap jenuh air pada temperature tersebut dalam campuran.
Menurut Wexler 1970 dalam Brock dan Richardson 2001, ada 6 cara mengukur kelembaban berdasarkan prinsip-prinsip fisika, yaitu : 1 penghilangan
uap air dari udara basah, 2 penambahan uap air kedalam udara basah, 3 RH kesetimbangan penyerapan dari uap air, 4 pencapaian kesetimbangan dari uap
menjadi cairan atau uap benda padat, 5 pengukuran parameter fisika dari uap air, dan 6 melalui reaksi kimia. Sehingga untuk mempermudah dalam pengukuran
dirancang suatu alat kelembaban biasa yang disebut hydrometer, alat pengukur ini sering dipergunakan dalam pengukuran kelembaban udara di lingkungan. Dimana
Hydrometer tersebut dikembangkan melalui metode kesetimbangan penyerapan
dari uap air, dimana kandungan uap air yang diserap menyebabkan perubahan nilai parameter elektris seperti hambatan atau kapasitansi.
Konsep dari alat hydrometer akan dipergunakan dalam penelitian ini dengan memodifikasi dari bentuk aplikasi sebelumnya dan perumusan masalah yang telah
direncanakan akan menjadi persoalan yang perlu dipecahkan. Sehingga harapan dari kegiatan penelitian ini untuk dapat mengurangi kekurangannya.
2.4. Suhu udara