BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu HHBK mulai gencar dilakukan karena terjadi kecenderungan penurunan produktivitas hasil hutan kayu baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Jenis dan jumlah HHBK yang melimpah serta lebih kecilnya dampak kerusakan ekologi yang ditimbulkan dari pemanenan
HHBK dibandingkan dengan pemanenan hasil hutan kayu juga menjadi penyebab pengolahan hutan di masa yang akan datang diarahkan untuk lebih meningkatkan
pemanfaatan HHBK. Selain itu, HHBK juga memiliki peranan penting bagi masyarakat sekitar hutan karena dapat meningkatkan kesejahteraan mereka
Arnold Manuel 1998. Salah satu produk HHBK yang memiliki peluang besar untuk
dikembangkan di Indonesia adalah gondorukem. Indonesia menjadi negara ketiga terbesar produsen gondorukem setelah China dan Brazil, menyumbangkan lebih
dari 8 produksi gondorukem dunia ±55.000 ton. Produksi gondorukem Indonesia hampir seluruhnya berasal dari hutan pinus di pulau Jawa. Areal hutan
pinus sebagai penghasil getah yang menjadi bahan baku gondorukem di pulau Jawa adalah seluas ±476.000 Ha, namun yang baru disadap untuk diambil
getahnya adalah ±145.000 Ha. Dari luasan tersebut rata-rata dapat dihasilkan getah pinus sebanyak ±85.000 ton per tahun. Dari getah tersebut menghasilkan
produk gondorukem ±60.000 ton dan terpentin ±12.000 ton Perhutani 2006. Gondorukem yang merupakan residu penyulingan dari getah oleoresin
yang disadap dari pohon pinus Pinus merkusii dapat dimanfaatkan secara konvensional atau non modifikasi maupun modifikasi. Selama ini penggunaan
gondorukem non modifikasi atau gondorukem yang belum mengalami proses lanjutan lebih banyak dibandingkan dengan gondorukem yang telah dimodifikasi.
Penggunaan gondorukem non modifikasi diantaranya untuk bahan pengisi pada pembuatan kertas sizing agent, pabrik tinta cetak, dan perekat.
Perkembangan lebih lanjut ditemukan bahwa ternyata gondorukem non modifikasi mempunyai kelemahan dalam pemanfaatannya, dimana sifatnya yang
cenderung mengkristal bila dilarutkan, mudah teroksidasi dengan oksigen pada udara terbuka karena sifat ketidakjenuhannya, dan mudah bereaksi dengan logam-
logam berat seperti dalam pemanfaatannya untuk pernis Kirk Othmer 2007. Kelemahan-kelemahan gondorukem non modifikasi dapat diatasi dengan
memodifikasi ikatan rangkap dan gugus karboksil yang ada pada senyawa asam dalam gondorukem tersebut, sehingga sekarang gondorukem modifikasi lebih
banyak digunakan dari pada gondorukem non modifikasi. Salah satu proses modifikasi gondorukem yang dapat dilakukan yaitu
dengan proses hidrogenasi yang kemudian dilanjutkan dengan proses esterifikasi. Modifikasi gondorukem ini bertujuan untuk menurunkan bilangan asam yang
terdapat dalam gondorukem, menghasilkan warna gondorukem yang lebih pucat, memiliki titik lunak yang tinggi, tahan terhadap oksidasi dan memperluas
penggunaan produk sehingga dapat digunakan dalam industri makanan, misalnya industri minuman ringan dan permen karet.
1.2 Tujuan