-Nanan Nurdjannah, 2007-
1. Minyak Atsiri
Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan biji pala, sedangkan minyak fuli dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari biji
pala maupun fuli mempunyai susunan kimiawi dan warna yang sama, yaitu jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat. Minyak fuli baunya
lebih tajam daripada minyak biji pala. Rendemen minyak biji pala berkisar antara 2–15 rata-rata 12, sedangkan minyak fuli antara
7-18 rata-rata 11. Bahan baku biji dan fuli pala yang digunakan biasanya berasal dari biji pala muda dan biji pala tua yang rusak pecah.
Rendemen dan mutu minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor
pra panen meliputi jenis varietas tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen. Faktor pascapanen meliputi cara penanganan bahan,
cara penyulingan, pengemasan dan transportasi. Biji pala yang akan disuling minyaknya sebaiknya dipetik pada saat menjelang terbentuknya
tempurung yaitu berusia sekitar 4 - 5 bulan. Pada umur tersebut warna fuli masih keputih-putihan dan daging buahnya masih lunak. Fuli yang
tua dan sudah merah warnanya, kandungan minyak atsirinya relatif rendah dan dimanfaatkan untuk ekspor Somaatmaja, 1984. Penyulingan dapat
dilakukan dengan cara penyulingan uap kohobasi pada tekanan rendah, sedangkan penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
terbawanya minyak lemak sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri Guenther dalam Djubaedah et al. 1986. Hasil analisis biji dan minyak
pala yang berasal dari berbagai daerah dapat dilihat pada Tabel 7.
-Teknologi Pengolahan Pala-
2. Komponen Minyak Pala
Minyak pala biasa diperoleh dengan cara destilasi uap dari biji atau fuli pala. Minyaknya tidak berwarna atau kuning dengan odor dan
rasa seperti pala, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol dan mempunyai bobot jenis pada 25
o
C antara 0,859 – 0,924, refraktif indeks pada 20
o
C antara 1,470–1,488 dan putaran optik pada 20
o
C sekitar +10
o
-+45
o
Marcelle, 1975. Sedangkan karakteristik minyak pala dan fuli menurut Furia dan Bellanga dalam Rismunandar 1990 disajikan
pada Tabel 8.
Keterangan. L
= Leuwiliang BT
= Bukit Tinggi PI
= Padang I PII
= Padang II
Tabel 7. Hasil analisis biji dan minyak pala dari berbagai daerah
Sumber : Furia dan Bellanga dalam Rismunandar, 1990 Tabel 8. Karakteristik minyak atsiri biji dan fuli pala
No Jenis Contoh
Jenis PengujianPemeriksaan Hasil Pengujian Pemeriksaan
No. Contoh kode L
BT PI
PII 1
Biji pala Kadar minyak atsiri,
12 5,25
11 6,08
Kadar air, 8
10 11,95
9 2
Minyak pala Bobot Jenis 25
o
25
o
C 0,9090
0,8981 0,8893
0,9035 Indeka bias 25
o
C 1,4833
1,4776 1,4763
1,4784 Putaran Optik
23
o
24’ 13
o
54’ 22
o
24’ 24
o
30’ Kelarutan dalam Alkohol
1 : 1 larut jernih
1 : 1 larut jernih
1 : 2 larut jernih
1 : 1 larut jernih
Karakteristik Minyak Pala
Minyak Fuli India Timur
India Barat
Bobot jenis 20
o
20
o
0,866 – 0,929 0,883 – 0,917
0,862 – 0,882 Indeks refraksi 20
o
1,475 – 1,479 1,474 – 1,488
1,469 – 1,480 Putaran optik
-9
o
– +41
o
+20
o
– +30
o
+20
o
– +45
o
Kelarutan dalam etanol 90 -
1 : 3 1 : 4
-Nanan Nurdjannah, 2007-
Aroma minyak pala yang khas merupakan akibat dari kandungan beberapa komponen-komponen kimiawi, seperti monoterpen hidrokarbon
± 88 dengan komponen utama camphene dan pinene, myristicin, dan
monoterpen alcohol seperti geraniol, lonalool, terpineol, serta komponen lain seperti eugenol dan metil eugenol Rismunandar, 1990. Menurut
Dorman et al dalam Jukic et al 2006 komponen utama minyak biji pala
adalah terpen, terpen alcohol dan fenolik eter. Komponen monoterpen
hidrokarbon yang merupakan komponen utama minyak pala terdiri atas β-pinene 23,9, α-pinene 17,2, dan limonene 7,5. Sedangkan
komponen fenolik eter terutama adalah myristicin 16,2, diikuti safrole 3,9 dan metil eugenol 1,8. Selanjutnya Dorman et al., 2004
menyatakan terdapat 25 komponen yang teridentiikasi dalam minyak pala sejumlah 92,1 dari total minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan hydrodistillation menggunakan sebuah alat penyuling minyak menurut British Pharmacopeia. Pada prinsipnya komponen
minyak tersebut teridentiikasi sebagai α-pinen 22,0 dan β– pinen 21,5, sabinen 15,4, myristicin 9,4, dan terpinen–4-ol5,7. Minyak
fuli mengandung lebih banyak myristicin daripada minyak pala.
Produksi minyak pala per tahun sekitar 300 ton, produsen utamanya adalah Indonesia dan Sri Lanka, dengan pasar terbesar adalah
USA sekitar 75. Beberapa minyak pala yang diekspor ke Eropa didestilasi dari pala Grenada dengan cara penyulingan uap pada umumnya
rendemennya sebesar 11. Hasil analisis minyak tersebut dengan GC MS menunjukkan minyak tersebut terdiri dari α-pinen, sabinen, β-pinen,
myrcen, limonen, α- terpinen dan terpinen–4–ol Lancashire, 2002.
-Teknologi Pengolahan Pala-
Tabel 9. Komponen minyak pala asal negara berbeda
Sumber : Lancashire 2002
Hasil penelitian baru-baru ini terhadap minyak pala dari St Catherine, Jamaica dan West Indian lain menunjukkan adanya perbedaan jumlah
komponen yang nyata yang dapat digunakan untuk membedakan asal dari minyak tersebut Tabel 9.
3. Desain Alat dan Pedoman Penyulingan Minyak Pala