8
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kualitas insulin, sekresi insulin ataupun keduanya Munadi dan Ardinata, 2008. Diabetes melitus tipe 2 umumnya bersifat asimptomatik. Pada
diabetes melitus tipe 2 juga terjadi gangguan metabolisme lipid yang menyebabkan peningkatan berat badan hingga obesitas Kurniawan, 2010.
Terjadinya diabetes melitus terkait pada tiga kelainan yaitu 1 terjadi resistensi insulin di jaringan perifer terutama pada otot, liver dan lemak, 2
adanya kelainan pada sekresi insulin terutama dalam merespon rangsangan glukosa dan 3 meningkatnya produksi glukosa oleh liver Sargowo dan
Andarini, 2011. Diabetes melitus juga dapat terjadi akibat kerja glukagon yang
abnormal serta terjadinya defisiensi kerja insulin. Gangguan metabolik ini terjadi akibat dari derajat penurunan kerja insulin. Ketidak seimbangan kerja glukagon
dan insulin atau rasio glukagon-insulin yang tinggi mengakibatkan terjadinya kondisi yang tidak dapat mempertahankan homeostatis dari bahan bakar normal
pada tubuh Munadi dan Ardinata, 2008.
B.
Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang disebabkan adanya kelebihan lemak dalam tubuh. Penimbunan lemak dapat terjadi di seluruh tubuh atau hanya pada
tempat –tempat tertentu misalnya pada daerah perut Jalal, dkk., 2006. Menurut
Haris dan Tambunan 2009, obesitas terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan gizi dan luaran energi. Karena asupan energi yang tinggi serta luaran
energi yang rendah maka kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas dapat diukur oleh indeks yang disebut indeks masa tubuh IMT
atau
Body mass index
BMI. Seseorang dikatakan obesitas apabila BMInya lebih besar atau sama dengan 30 WHO, 2008. Obesitas terbagi menjadi dua tipe yaitu:
1. Obesitas sentral
Obesitas sentral disebut juga obesitas tipe buah apel Retnaningsih, 2010. Pada obesitas sentral terjadi penumpukan lemak yang berlebih di daerah
perut yang disebut sebagai lemak viseral atau sering disebut dengan penumpukan lemak di daerah abdominal. Penumpukan lemak di dareah abdominal berisiko
mengalami sindroma metabolik Haris dan Tambunan, 2009. Obesitas sentral berhubungan dengan faktor resiko yang disebabkan oleh obesitas yaitu hipertensi,
penyakit jantung koroner dan diabetes melitus Janghorbani,
et al
., 2008. 2.
Obesitas perifer Obesitas perifer sering disebut obesitas general atau obesitas tipe buah
pear. Pada obesitas perifer terjadi penumpukan lemak yang menumpuk pada pinggul dan paha atau disebut daerah
gluteo-femoral
. Penumpukan jaringan lemak pada daerah abdominal maupun viseral berkaitan erat dengan risiko
terjadinya sindroma metabolik dan penyakit kardiovaskular Retnaningsih, 2010. Sebagian kasus obesitas dilaporkan berkaitan dengan resistensi leptin.
Leptin merupakan suatu hormon yang esensial bagi regulasi berat tubuh normal.
Leptin menekan nafsu makan sehingga menurunkan konsumsi makanan dan mendorong penurunan berat badan. Pada orang yang mengalami obesitas, pusat
pusat di hipotalamus yang be rperan dalam homestatis energi “disetel lebih tinggi”.
Defek reseptor leptin yang tidak berespon terhadap tingginya kadar leptin di darah yang berasal dari jaringan lemak yang banyak. Karena itu otak tidak mendeksi
leptin sebagai sinyal untuk menurunkan nafsu makan. Hal ini yang menyebabkan orang dengan kelebihan berat badan cenderung mempertahankan berat badannya
tetapi dengan tingkat yang lebih tinggi daripada orang normal Sherwood, 2007.
C. Antropometri