Teori Kognitif Neo-Asosiasionis Teori model umum afektif agresi atau GAAM General

a. Teori Kognitif Neo-Asosiasionis

Teori Kognitif Neo-Asosiasionis merupakan perkembangan dari hipotesis frustasi-agresi oleh Berkowitz, 1993. Teori ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan akan membangkitkan perasaan negatif afek negatif Clarke, 2003. Kemudian, perasan negatif akan menstimulasi secara otomatis keberbagai pikiran, ingatan, respon fisiologis, dan reaksi motorik. Reaksi ini yang kemudian berasosiasi dengan reasi melawan atau menyerang. Asosasi yang terjadi ini dapat menimbulkan perasaan marah emosi dan takut Berkowitz, 2006. Perasan negatif dapat dikurangi dengan beberapa cara dan dua pilihan yang dapat dipilih oleh seorang individu yaitu berperilaku agresi atau lari dari situasi dengan menarik diri withdrawal. Pilihan seseorang dalam memilih tergantung pada bagaimana orang menilai situasi dengan mempertimbangkan norma-norma sosial yang berlaku dan jenis atribusi yang diterapkan pada rangsangan permusuhan. Hal ini berarti individu telah belajar untuk menggunakan agresi sebagai salah satu sarana untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan Clarke, 2003. Skema 1. Teori Kognitif Neo-asosiasionis dalam memandang agresi dalam Clarke 2003

b. Teori model umum afektif agresi atau GAAM General

Affective Aggression Model Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 dalam Baron dan Byrne, 2005 membuat suatu model pembentukan perilaku agresi yang lebih terperinci dimana teori ini menyediakan gambaran yang baik mengenai kedalaman dan kecanggihan dari pandangan-pandangan baru tersebut. Teori ini kemudian dikenal dengan GAAM General Affective Aggression Model Model Umum Afektif Agresi. Teori ini menyatakan bahwa agresi dipicu oleh berbagai faktor seperti provokasi, frustasi, Peristiwa yang tidak menyenang kan Afek negatif Pertimbangan untuk berperilaku agresi Pertimbangan untuk berperilaku menarik diri Pemrosesan yang lebih tinggi dengan penilaian dan norma-norma sosial, atribusi pada situasi, dan perilaku yang dipelajari. Perilaku aktual : agresi atau menarik diri withdrawal. afektivitas negatif, sifat yang mudah marah, kepercayan mengenai agresi, bias atribusi hostile, pola perilaku tipe A, dan lain-lain. Keseluruhan faktor-faktor tersebut terbagi kedalam dua kelompok besar, yaitu faktor perbedaan individu dan faktor situasional. Faktor-faktor perbedaan individual antara lain : 1. Sifat yang mendorong seorang individu untuk melakukan agresi seperti mudah marah. 2. Adanya perasaan negatif dalam diri. 3. Sikap dan kepercayaan tertentu terhadap agresi seperti mempercayai hal tersebut diterima atau layak. 4. Nilai mengenai agresi seperti pandangan bahwa agresi merupakan hal yang baik. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri untuk menunjukkan sikap maskulin. 5. Ketrampilan spesifik terkait agresi seperti mengetahui cara berkelahi atau menggunakan senjata. Faktor-faktor situasional antara lain : 1. Perasaan frutasi yang dialami. 2. Adanya bentuk penyerangan tertentu dari orang lain seperti penghinaan provokasi. 3. Tanda-tanda yang berhubungan dengan agresi seperti senapan atau senjata lainnya. 4. Semua hal yang membuat seorang individu merasa tidak nyaman seperti suhu udara yang tinggi, rasa sakit, kebosanan, polusi udara, dan lain sebagainya. Faktor-faktor inilah yang dapat mempengaruhi keterangsangan yang mengarah pada tahap afektif dan kognisi seseorang. Selain faktor-faktor ini, Anderson juga menjelaskan tiga proses pembentukan agresi dalam diri seorang individu. Tiga proses tersebut antaralain : 1. Keterangsangan Arousal : faktor-faktor tersebut membangkitkan keterangsangan fisiologis atau antusiasme. 2. Keadaan afektif Affective states : faktor-faktor tersebut membangkitkan perasaan bermusuhan hostile dan tanda- tanda yang tampak seperti ekpresi wajah marah. 3. Kognisi cognitions : faktor-faktor tersebut membangkitkan pikiran hostile dan membawa ingatan hostile kedalam pikiran. Pada saat faktor-faktor perbedaan individual dan situasional mempengaruhi proses pembentukan perilaku agresi maka akan terjadi perilaku agresi terbuka. Akan tetapi, perilaku agresi juga tergantung interpretasi individu atas situasi saat kejadian berlangsung bedasarkan faktor-faktor peringatan yang ada. Skema 2. Teori General Affective Aggression Model GAAM Bushman danAderson 2002 dalam Baron, Byrne, dan Branscombe, 2006. FAKTOR PEMICU FAKTOR SITUASI  Provokasi  Frustasi  Tanda-tanda yang berhubungan dengan agresi  Semua hal yang membuat seorang individu merasa tidak nyaman FAKTOR INDIVIDU  Adanya perasaan negatif dalam diri  Sifat mudah marah  Adanya kepercayaan mengenai agresi  Nilai yang mendukung agresi adalah hal yang baik  Perilaku Tipe A  KONDISI INTERNAL SESAAT Afeksi Kognisi Keterangsangan Proses penilaian dan pengambilan keputusan Aksi yang disengaja atau tertuju Respon implusif seperti agresi

c. Teori Belajar : Modelling