simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan
penonjolan realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapat alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek
lain. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
memahami suatu realitas Eriyanto, 2005:69-70.
2.6 Proses Framing
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju
pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing
yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi yang menekankan pada
bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan
dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu.
Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan
menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang.
Kedua, konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu
peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas.
Di sini tampak ada dua konsepsi yang agak berlainan mengenai framing. Di
satu sisi framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam pikiran seseorang,
di sisi lain framing dipahami sebagai perangkat yang melekat dalam wacana sosial
dan politik. Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat
frame semata-mata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat
frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan
memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan
konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses konstruksi itu juga
melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Kedua, ketika menulis
dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong.
Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari
wartawan Eriyanto, 2005:252-254.
2.7 Perangkat Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki