1. Lembar Kerja Persiapan Tes Akhir
12
Pembelajaran 1
memahami setiap kejadian yang telah dilewati serta melihatnya dari sudut pandang yang berbeda Tate, S. Sills, M., 2004.
Refleksi tidak hanya dapat diarahkan untuk mengetahui hal-hal yang sifatnya rutin, tetapi juga dapat diarahkan untuk penggalian informasi yang lebih kaya. Refleksi
dapat diarahkan untuk penggalian informasi tentang kualitas interaksi guru dengan siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, pengembangan sikap siswa,
penguasaan pengetahuan dan keterampilan oleh siswa, situasi balajar, hasil belajar, dan lain-lain.
Keluasan dimensi refleksi ini bergantung pada kebutuhan dan urgensi informasi yang diperlukan untuk mendukung perbaikan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan. Refleksi pembelajaran juga dapat digunakan sebagai bagian dari proses pengembangan profesionalisme keberlanjutan guru.
Dengan demikian refleksi pembelajaran merupakan tindakan guru untuk me-review dan introspeksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan, meliputi
perencanaan, keterlaksanaan, dan hasil pembelajaran yang dikelolanya. Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran tersebut guru dapat memunculkan
perubahan-perubahan baik dalam tataran paradigma, konsep, strategi, dan pendekatan yang lebih edukatif, perubahan kurikulum, maupun perubahan
kebijakan. Tindakan reflektif merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap usaha meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.
2. Prinsip Refleksi Pembelajaran a.
Berkelanjutan Refleksi pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan, yaitu refleksi
pembelajaran dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Temuan pada suatu refleksi perlu ditindaklanjuti untuk melakukan perbaikan
pembelajaran selanjutnya. b. Komprehensif
Refleksi pembelajaran dilaksanakan untuk seluruh dimensi pembelajaran, baik perencanaan, pelaksanaan, maupun hasil pembelajaran. Refleksi terhadap
praktik pembelajaran seharusnya dilakukan karena disitulah potret sesungguhnya keterlaksanaan pembelajaran, baik kinerja guru maupun siswa,
SD Kelas Awal KK J
13
situasi pembelajaran, maupun dimensi lain pelaksanan pembelajaran. Namun tentu aspek perencanaan dan hasil pembelajaran yang dicapai tidak boleh luput
direfleksikan, karena keberhasilan praktik tidak lepas dari perencanaan serta keberhasilan pembelajaran di lihat dari hasil yang diperoleh.
c. Terintegrasi
Refleksi pembelajaran dilakukan secara terintegrasi antar aspek pembelajaran. Refleksi terhadap praktik pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari
pencermatan kembali ketepatan perencanaan pembelajaran. Demikian pula, praktik dan perencanaan pembelajaran juga harus dikaitkan dengan hasil
pembelajaran yang dicapai siswa. Dengan refleksi yang terintergasi demikian memungkinkan guru mendapatkan gambaran utuh tentang pelaksanaan tugas
profesinya. d. Jujur
Refleksi pembelajaran dilakukan secara jujur dan profesional untuk mendapatkan hasil yang sesungguhnya. Guru yang melakukan refleksi tidak
perlu menutup-nutupi fakta yang ditemukan hanya karena takut akan menyebabkan jatuh harga dirinya. Tidak ada hubungan antara refleksi
pembelajaran dengan harga diri guru. Jika memang ditemukan kekurangan dalam praktik yang telah dilaksanakan, guru hanya perlu memperbaikinya,
bukan merisaukan tentang harga dirinya. e.
Sistematis Refleksi pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah yang jelas dan
terencana. Refleksi pembelajaran yang dilakukan hanya spontanitas, tanpa rencana dan langkah yang jelas, kurang memberikan hasil refleksi yang
memadai bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. f.
Kontekstual Refleksi pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan situasi atau konteks
bagaimana pembelajaran yang direfleksikan berlangsung.
Refleksi pembelajaran tidak seharusnya dilakukan dengan hanya berdasar pada
sumberdaya yang digunakan menurut teori dan ahli pendidikan, tetapi juga harus memperhatikan dengan tanggung jawab dan sungguh-sungguh situasi