member makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya, selain itu SQ dapat membuat orang
mampu menyadari siapa dirinya dan bagaimana orang memberi makna terhadap kehidupannya. Pemberian makna yang positif akan
mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Kecerdasan Spiritual merupakan inti dari kesadaran
manusia. Manusia membutuhkan perkembangan SQ untuk mencapai perkembangan diri yang lebih baik.
Ary Ginanjar 2006: 45 berpendapat bahwa IQ, EQ, dan SQ adalah satu kesatuan yang integral dan transcendental. Berarti seorang
auditor yang professional adalah auditor yang tidak hanya memiliki intelejensi, kompetensi, dan kematangan emosi, namun juga memiliki
kecerdasan spiritual. Auditor yang sukses pasti memiliki IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya sebagai satu kesatuan yang selalu dia terapkan
dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya.
b. Indikator Kecerdasan SpiritualSpiritual Quotient SQ
Menurut Fabiola 2005 indikator-indikator dalam SQ, yaitu:
1 Mutlak jujur dalam arti berkata benar dan konsisten akan
kebenaran. 2 Keterbukaan ialah bersikap fair atau terbuka.
3 Pengetahuan diri.
4 Fokus pada kontribusi yang mengutamakan member daripada
menerima.
5 Spiritual non dogmatis yang di dalamnya terdapat tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan serta kualitas hidup yang diilhami oleh
visi dan nilai. 4.
Tekanan KlienClient Pressure a.
Pengertian Tekanan KlienClient Pressure
Tekanan klien adalah ketika adanya pengaruh dari klien saat proses pemeriksaan serta tuntutan-tuntutan yang diinginkan klien
mempengaruhi opini auditor, yang sifatnya cenderung melanggar. Tekanan dari klien merupakan suatu hal yang sudah menjadi risiko
profesi akuntan publik, maka pertimbangan professional seorang auditor yang berlandaskan moral dan keyakinan diri sangat penting
dan memiliki peranan.
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen
mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk
menciptakan penghargaan.
Goldman dan Barlev 1974 dalam Harhinto 2004 berpendapat bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang
melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan
kliennya. Klien dapat dengan mudah mengganti auditornya
dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber lain Nichols dan Price, 1976 dalam Harhinto,
2004. Menurut De Angelo 1981, bagi KAP keberadaan klien sangat penting, selain sebagai sumber pendapatan klien juga sebagai tolak
ukur perkembangan karir, tetapi klien bagi KAP kecil yang belum banyak memiliki klien dan hanya memiliki satu klien besar sebagai
sumber pendapatan akan sangat mudah untuk ditekan daripada KAP
besar yang memiliki banyak klien.
Kondisi keuangan klien juga berpengaruh terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien Knapp, 1985 dalam Harhinto,
2004. Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan
fasilitas yang baik bagi auditor. Pada situasi ini auditor menjadi puas
diri sehingga kurang teliti dalam melakukan audit.
Kemungkinan auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi
auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang
besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan
menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kualitas audit yang baik dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa, auditor harus berpedoman pada kode etik, standar profesi
dan akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan
tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak
tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya Khomsiyah dan Indriantoro, 1998.
b. Indikator Tekanan KlienClient Pressure