Deskripsi Hasil Penelitian HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

tahun 2002, yaitu dari 98,48 menjadi 98,45 ini menunjukkan bahwa penduduk perempuan di Kabupaten Gresik lebih banyak daripada penduduk laki-laki, dengan perbandingan setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 laki-laki. Dari Dinas Kabupaten Gresik diperoleh data pencari kerja tahun 2003 sebesar 8.762, terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2002 sebesar 9.432, atau naik 7,10 persen.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Pendapatan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Gresik sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Tenaga Kerja Petani Tambak, Luas Lahan Tambak, Modal Petani Tambak, dan Jumlah Produksi.

4.2.1. Pendapatan Petani Tambak

Perkembangan Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Gresik menurut Responden dapat disajikan sebagai berikut : Tabel. 1 : Pendapatan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Gresik Responden Pendapatan Petani Tambak Rp Responden Pendapatan Petani Tambak Rp 1 15.000.000 16 35.000.000 2 30.000.000 17 30.000.000 3 32.000.000 18 7.000.000 4 17.000.000 19 12.000.000 5 15.000.000 20 5.000.000 6 4.000.000 21 45.000.000 7 15.000.000 22 15.000.000 8 18.000.000 23 10.000.000 9 27.000.000 24 9.000.000 10 35.000.000 25 26.000.000 11 50.000.000 26 25.000.000 12 10.000.000 27 20.000.000 13 45.000.000 28 13.000.000 14 10.000.000 29 8.000.000 15 40.000.000 Rata - rata 21.482.758,62 Sumber : Data Responden Petani Tambak bandeng di Gresik Dalam tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 29 dari 40 popuasi petani tambak bandeng yang ada di Kabupaten Gresik. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sample random sampling. Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Gresik menurut data responden berbeda–beda tetapi rata–rata pendapatan Petani Tambak Bandeng di Gresik sebesar Rp. 21.482.758,62. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah Gresik mengeluarkan peraturan dalam bentuk memberikan program-program serta penyuluhan bagi para petani yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan pendapatan Petani Tambak pada umumnya dan Petani Tambak bandeng di Gresik pada khususnya. Dari keterangan diatas diketahui bahwa pendapatan tertinggi pendapatan Petani Tambak bandeng di Gresik terbesar sebesar Rp. 50.000.000 dan pendapatan terendah yaitu sebesar Rp. 4.000.000.

4.2.2. Tenaga Kerja Petani Tambak

Tenaga Kerja adalah banyaknya orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan dari usahanya. Berikut adalah jumlah tenaga kerja petani tambak bandeng yang ada di Kabupaten Gresik. Tabel. 2 : Jumlah Tenaga Kerja Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Gresik Responden Tenaga Kerja Petani Tambak Orang Responden Tenaga Kerja Petani Tambak Orang 1 2 16 3 2 2 17 3 3 3 18 1 4 2 19 2 5 2 20 1 6 1 21 4 7 2 22 1 8 2 23 3 9 2 24 2 10 3 25 2 11 5 26 3 12 1 27 2 13 4 28 2 14 2 29 2 15 3 Rata - rata 2,31 Sumber: Data Responden Petani Tambak di Gresik Dari data tersebut diatas dapat diketahui bahwa rata–rata Jumlah Tenaga Kerja Petani Tambak Bandeng di Gresik sebesar 2,31 di bulatkan menjadi 2 orang .perkembangan tertinggi sebesar 5 orang, hal ini disebabkan karena besarnya atau luasnya lahan yang dimiliki oleh masing-masing responden sehingga membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak, sedangkan perkembangan terendah menurut data responden sebesar 1 orang.

4.2.3. Luas Lahan Petani Tambak

Perkembangan Jumlah Luas lahan Tambak menurut data reponden dapat dilihat dibawah ini : Tabel 3 : Luas lahan petani Tambak Bandeng Responden Luas lahan Ha Responden Luas lahan Ha 1 3 16 4 2 4 17 4 3 5 18 1 4 3 19 2 5 3 20 1 6 1 21 6 7 2 22 3 8 2 23 2 9 4 24 3 10 5 25 4 11 8 26 4 12 2 27 3 13 5 28 3 14 2 29 3 15 6 Rata - rata 3,37 Sumber: Data Responden Petani Tambak di Gresik Perkembangan Jumlah Luas lahan Tambak diatas rata–rata sebesar 3,37 Ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa Jumlah Luas Lahan Tambak terbesar sebesar 8 Ha. Hal ini disebabkan karena area pertambakan yang dimiliki responden sangat luas, dan Jumlah Luas lahan Tambak yang terendah sebesar 1 Ha.

4.2.4. Modal Petani Tambak

Perkembangan Modal petani tambak di Gresik menurut data reponden dapat dilihat dibawah ini : Tabel. 4 : Modal Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik Responden Modal Sendiri Rp Responden Modal Sendiri Rp 1 4.000.000 16 5.000.000 2 18.000.000 17 4.000.000 3 15.000.000 18 2.000.000 4 7.000.000 19 8.000.000 5 9.000.000 20 2.000.000 6 2.000.000 21 20.000.000 7 5.000.000 22 8.000.000 8 4.000.000 23 3.000.000 9 8.000.000 24 4.000.000 10 10.000.000 25 5.000.000 11 30.000.000 26 9.000.000 12 6.000.000 27 11.500.000 13 25.000.000 28 4.000.000 14 3.000.000 29 3.000.000 15 19.000.000 Rata - rata 8.741.379,31 Sumber: Data Responden Petani Tambak bandeng di Gresik Perkembangan Modal Petani Tambak Bandeng diatas rata–rata sebesar Rp.8.741.379,31 di bulatkan menjadi Rp. 8.741.379. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa Modal Petani Tambak di Gresik terbesar sebesar Rp.30.000.000 dan Modal Petani Tambak di Gresik yang teredah sebesar Rp.2.000.000, Modal disini berbeda-beda karena Luas Lahan tambak yang dimiliki responsden bervariasi sehingga modal yang dibutuhkan juga mempengaruhi Luas Lahan yang ada.

4.2.5. Jumlah Produksi

Perkembangan Jumlah Produksi menurut data reponden dapat dilihat dibawah ini : Tabel 5 : Jumlah Produksi Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik Responden Jumlah Produksi Ton Responden Jumlah Produksi Ton 1 1,5 16 3 2 3 17 3 3 4 18 0,8 4 2 19 1,5 5 1,5 20 1 6 0,8 21 5 7 1 22 2 8 2 23 1,5 9 3 24 1 10 4 25 2 11 6 26 3 12 1 27 2 13 5 28 1 14 1 29 0,7 15 4 Rata - rata 2,32 Sumber: Data Responden Petani Tambak di Gresik Perkembangan Jumlah Produksi diatas rata–rata sebesar 2,32 ton. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 yang menjelaskan bahwa jumlah Produksi Tambak terbesar sebesar 6 ton dan Jumlah Produksi Tambak yang teredah sebesar 0,7 ton. Hal ini disebabkan karena perbedaan Luas Lahan Tambak dan Modal yang dimiliki oleh responden, Sehingga Jumlah Produksi yang dihasilkan Petani Tambak berbeda-beda. 4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi Klasik Best Linear Unbiassed Estimator Sebelum kita uji persamaan Regresi Linier Berganda sesuai dengan pengujian secara simultan maupun parsial, maka kita lihat terlebih dahulu apakah Y = 4 4 3 3 2 2 1 1 X X X X          yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas atau regresi bersifat BLUE Best Linear Unbiassed Estimator, artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut benar-benar linear tidak bias.

1. Pengujian Autokorelasi

Asumsi pertama dari regresi linier adalah ada atau tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Dalam analisis nilai Durbin Watson adalah sebesar 2,540. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi, maka perlu dilihat tabel Durbin Watson. Jumlah variabel bebas adalah empat buah K=4 dan ,jumlah data adalah sebanyak 29 Responden n=29 maka diperoleh D L = 1,124 dan D U = 1,743. Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke dalam kurva Durbin Watson. Berdasarkan kurva Durbin Watson maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi berada pada daerah keragu-raguan. Gambar 7 : Kurva Durbin Watson Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho 0 d L = 1,124 d U = 1,743 4-d U = 2,257 4-d L = 2,876 d 1,930 Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal : 216 dan Lampiran 2 dan 7 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai DW berada pada daerah tidak ada autokorelasi hal itu disebabkan karena tidak terjadi korelasi antara komponen pengganggu ke-t dengan komponen pengganggu ke t-1.

2. Pengujian Heterokedastisitas

Heterokedatisitas di identifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0,05 5. Tabel 6 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas Variabel Taraf Signifikasi Dari Korelasi Rank Spearman Taraf Uji  Kesimpulan Tenaga Kerja X 1 0,838 0,05 Homoskedastisitas Luas Lahan X 2 0,695 0,05 Homoskedastisitas Modal Petani Tambak X 3 0,625 0,05 Homoskedastisitas Jumlah Produksi X 4 0,700 0,05 Homoskedastisitas Sumber : Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat signifikansi dari korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan yaitu 5 0,05.

3. Pengujian Multikolinieritas

Asumsi klasik ketiga dari regresi linier berganda adalah ada atau tidaknya multikolineritas antara sesama variabel bebas yang ada dalam model dengan kata lain tidak adanya hubungan sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF, dengan rumus sebagai berikut : VIF = Lampiran 4 toleransi 1 Rj 1 1 2   Algifari, 1997;79 VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih kecil dari 10 hal ini berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7 : Uji Multikolinearitas T i Variabel olerans VIF Tenaga Kerja Petani TambakX 1 0,234 4,268 Luas Lahan TambakX 2 0,139 7,173 Modal Petani Tambak X 3 0,221 4,528 Jumlah Produksi X 4 0,125 8,012 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan tabel uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF untuk Tenaga Kerja Petani Tambak X 1 sebesar 4,268, nilai VIF untuk Luas Lahan Tambak X 2 sebesar 7,173, nilai V1F untuk Modal Petani Tambak X 3 sebesar 4,528 dan nilai VIF untuk Jumlah Produksi X 4 sebesar 8,012. Hal ini berarti nilai VIF pada keempat variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 dan X 4 lebih kecil dari 10, sehingga keempat variabel bebas nearitas. 4.3.2. tatistical Program For Social Science versi 13.0. Dari sebagai berikut : Tabel 8 : Hubungan Antar Var as D erikat Koe Simpa tersebut pada penelitian ini tidak ada gejala multikoli Analisis Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS S hasil pengolahan penelitian tersebut dapat diambil suatu rumus persamaan iabel Beb engan Variabel T Variabel Bebas fisien Regresi ngan Baku t hitung t tabel Ten 1281200 0,013 2,064 aga Kerja Petani TambakX 1 17033,914 Luas Lahan TambakX 2 2203933 982967,3 2,242 2,064 Modal Petani Tambak X 3 0,155 0,175 0,886 2,064 Jumlah Produksi X 4 7143894 1301334 5,490 2,064 Sumber : Lampiran 2 dan Lampiran 4 17033,914 X 1 + 2203933 X 2 + 0,155 X 3 + 7143894 X 4 s dapat diuraikan dalam suatu persamaan b a. Y = 1146757 + Dari persamaan di ata se agai berikut : Konstanta βo = 1146757 anggap konstan atau sama dengan nol, maka engalami kenaikan b. Menunjukkan besarnya pengaruh berbagai faktor diluar model, artinya jika variabel bebas di diprediksikan Pendapatan Petani Tambak Bandeng m sebesar Rp 1.146.757 Koefisien regresi X,  1 = 17033,914 Menunjukkan apabila Tenaga Kerja Petani Tambak bertamba h 1 orang, ak diprediksikan bertambah c. maka Pendapatan Petani Tamb Rp.17.033,914 dengan asumsi X 2 , X 3 dan X 4 adalah konstan. Koefisien regresi X 2 2  = 2203933 Menunjukkan apabila Luas Lahan Tambak bertambah 1 Ha, maka k diprediksikan naik Rp.2.203.933 d. jumlah Pendapatan Petani Tamba dengan asumsi X 1 , X 3 dan X4 adalah konstan. Koefisien regresi X3 3  = 0,155 Menunjukkan apabila Modal Petani Tambak bertambah 1 juta rupiah, ediksikan bertambah Rp.155.000 e. maka Pendapatan Petani Tambak dipr dengan asumsi X 1 X 2 dan X 4 adalah konstan. Koefisien regresi X4 4  = 7143894 Menunjukkan apabila Jumlah Produksi bert ambah 1 Kwintal, maka Pendapatan Petani Tambak diprediksikan akan naik Rp.7.143.894 i X 1 ,X 2 dan X 3 adalah konstan.

4.4. Uji