Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh t
hitung
sebesar 4,348 t
tabel
sebesar 1,68, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki tingkat kesadaran sejarah yang
berbeda. Jadi, dapat dikatakan kelompok eksperimen memiliki tingkat kesadaran sejarah yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Hal ini
memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan museum lokal sebagai sumber belajar dalam pembelajaran materi sejarah lokal
dengan pokok bahasan Masyarakat Indonesia Masa Hindu-Buddha memberikan hasil lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah lokal tanpa
memanfaatkan museum sebagai sumber belajar.
C. Pembahasan
Sejarah sebagai mata pelajaran diartikan sebagai mata pelajaran yang didalamnya membahas tentang perkembangan dan perubahan yang terjadi di
belahan bumi yang menyangkut orang atau suatu zaman yang tidak akan terlepas dari konsep ruang dan waktu. Materi pelajaran sejarah di sekolah
menengah saat ini cenderung pada pembelajaran tematik dan teoristik sehingga terkesan hanya hafalan belaka dan membosankan. Berdasar kurikulum tahun
2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, untuk Sekolah Menengah Pertama pengemasan pendidikan sejarah diatur sebagai mata
pelajaran yang tergabung dalam rumpun IPS Terpadu, yaitu Sejarah, Geografi,
Sosiologi Antropologi, dan Ekonomi. Jam pelajaran untuk IPS adalah 4 jam setiap minggunya, dan untuk jenjang SMP, 1 jam pelajaran adalah 40 menit.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini cenderung untuk pencapaian target materi dan kurang membimbing siswa
dalam konsep pemahaman, apalagi untuk mata pelajaran IPS Terpadu pada jenjang SMP, alokasi waktu yang hanya 4 jam pelajaran tidak seimbang
dengan jumlah materi yang begitu banyak. Akibatnya berdampak pada proses pembelajaran yang hanya berupa transfer informasi dari guru kepada siswa.
Proses pembelajaran terkesan pasif hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, tidak banyak
guru yang memanfaatkan sumber-sumber belajar diluar kelas atau sekolah, padahal jika gurupendidik dapat memanfaatkan sumber belajar dengan baik,
bukan tidak mungkin lagi proses belajar mengajar akan berlangsung dengan optimal dan menyenangkan.
Untuk pelajaran sejarah, jika disadari sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sangat beraneka ragam, seperti objek-objek sejarah,
museum, perpustakaan daerah, badan arsip, bangunan-bangunan bersejarah, dan lain-lain. Tidak optimalnya proses pembelajaran sejarah menjadikan
siswa bosan dan jenuh sehingga minatmotivasi siswa dalam belajar sejarah menjadi rendah. Rendahnya minat belajar siswa menjadikan tujuan
pembelajaran kesadaran sejarah siswa tidak tercapai. Salah satu indikator
tercapainya keberhasilan proses pembelajaran sejarah adalah tingginya kesadaran sejarah di kalangan peserta didik.
Kesadaran sejarah merupakan suatu sikap jiwa dan cara untuk menghadapkan dengan kenyataan, realitas sosial dalam perspektif hari kini,
hari lampau, juga hari depan. Kesadaran sejarah juga dapat diartikan keinsyafan seseorang menerima dari nenek moyangnya hasil kerja mereka
sebagai warisan yang harus dipelihara dan disempurnakan, agar pada gilirannya hasil karya itu diteruskan pada angkatan berikutnya. Berdasar
keterangan ini dapat diartikan bahwa kesadaran sejarah ada pada diri seseorang bilamana ia menginsyafi apa yang dimilikinya sekarang adalah
warisan dari nenek moyangnya yang berupa berbagai bentuk untuk budaya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum
Lokal di Grobogan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan, khususnya oleh sekolah-sekolah disekitarnya. Oleh karena itu
peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum dan menggabungkannya dalam pengajaran sejarah lokal dengan materi Hindu-Buddha untuk siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Purwodadi. Adapun pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di sekolah dalam
penelitian ini adalah dengan menyisipkan materi-materi sejarah lokal dalam pokok bahasan Hindu-Buddha. Tujuan pembelajaran sejarah lokal dengan
metode kunjungan ke museum antara lain: agar siswa lebih mengenal daerahnya sendiri, menumbuhkan kecintaan akan sejarah daerahnya,
menumbuhkan kesadaran sejarah yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa nasionalisme siswa. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
hasil belajar manakah yang lebih baik antara kelas yang menggunakan metode kunjungan ke museum dengan kelas yang tidak melakukan kunjungan ke
museum. Selain itu, tingkat kesadaran sejarah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan sehingga pada akhirnya ada tidaknya pengaruh
pemanfaatan museum lokal sebagai sumber belajar terhadap tingkat kesadaran sejarah siswa dapat diketahui.
Berdasar hasil penelitian pada kelas eksperimen, hasil uji t post test menunjukkan pembelajaran dengan metode kunjungan ke museum memberi
pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPS Sejarah bila dibandingkan dengan pembelajaran dikelas kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke
museum. Hal ini ditunjukkan oleh harga t
hitung
= 2,001 t
tabel
= 1,68 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasar hasil tersebut, maka secara
statistik hipotesis penelitian yang berbunyi pemanfaatan museum lokal dalam pembelajaran sejarah lokal dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa
diterima dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sejarah. Untuk perbedaan tingkat kesadaran sejarah siswa, berdasar hasil post test angket,
pada kelas eksperimen memiliki tingkat kesadaran sejarah yang lebih baik daripada kelas kontrol. Variabel X pemahaman materi sejarah lokal tanpa
kunjungan ke museum pada kelas kontrol yang tergolong kriteria tinggi 75 berpengaruh pada variabel Y kesadaran sejarah siswa sebesar 82
yang tergolong dalam kriteria tinggi, sedangkan untuk kelas eksperimen variabel X pemahaman materi sejarah lokal dengan kunjungan ke museum
yang tergolong kriteria tinggi 72 berpengaruh pada variabel Y kesadaran sejarah siswa sebesar 90 yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi.
Melalui pembelajaran dengan metode pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lokal pokok bahasan Hindu-
Buddha ternyata mampu menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan siswa. Berdasar data post test kelas eksperimen menggambarkan bahwa
pembelajaran sejarah dengan kunjungan ke museum lebih efektif daripada metode ceramah tanpa kunjungan ke museum. Hal ini ditunjukkan dengan
data post test dimana 70 siswa sependapat jika pendekatan penyajian materi sejarah yang dilakukan dengan pendekatan kontekstual mampu membangun
daya nalar dan tidak bersifat indoktrinasi. Selain itu, 81 siswa juga mengatakan bahwa pembelajaran model eksperimental dengan kunjungan ke
museum lokal dapat menambah wawasan tentang sejarah terutama kajian sejarah lokal di Grobogan.
BAB V PENUTUP