171
• Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan permulaan intial set tidak boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah
hydrostatic preasure tidak boleh waterproofer yang mengandung garam stearate. ]bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan
iklim tropis dan memenuhi persyaratan AS. 1478 dan ASTM C.494 dan type B dan type D sekaligus sebagai pengurangan air adukan dan
penunda pengerasan awal. • Penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik dan
dimasukkan kedalam mesin pengaduk bersamaan dengan air adukan yang terakhir dituangkan kedalam mesin pengaduk. Pemakaian
additive tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen dalam adukan.
e. Lapisan pelindung beton Untuk lapisan pelindung plat lantai beton harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. f. Semua bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.dalam keadaan maka Konsultan Pengawas berhak minta pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
2. Macam pekerjaan
Konstruksi beton untuk pekerjaan : -
Kolom -
Plat -
Balok Rib
172
- Pondasi
3. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Rencana adukan beton Mix Design • Test Laboratorium
1. Contoh split, pasir dan PC yang akan dipergunakan harus dikirim olejh rekanan dan dikirim ke laratorium yang telah disetujui oleh
Direksi Lapangan untuk dianalisis dan hasil test contoh tersebut, laboratorium akan merencanakan suatau campuran beton untuk
ememnuhi setiap kekuatan yang dikehendaki dan memenuhi slump yang disyaratkan.
2. Laboratorium juga akan menyediakan 2 dua kubus percobaan dari setiap adukan yang direncanakan dari contoh split dan pasir
yang telah diperiksa, 1 satu kubus ditest pada umur 7 hari dan sebuah lagi pada umur 28 hari.
3. Rekanan harus menyerahkan 3 tiga rangkap hasil test dan rencana adukan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui sebelum
pengecoran beton dilakukan. 4. Seluruh biaya pembuatan contoh, renewa adukan dan test
laboratorium ditanggung oleh Rekanan. • Ukuran campuran PC dan bahan adukan lain termasuk air
Jumlah PC dan bahan adukan sebelum diadduk harius ditetapkan langsung dengan alat pengukur yang disediakan oleh rekanan dan di
setujui oleh Direksi Lapangan.
173
b. Test Kekuatan Beton • Rekanan harus melakukan test kekuatan beton, test bisa dilakukan di
labortorium yang independent yang ditentukan atau disetujui oleh Direksi Pengawas. Pembuatan beton uji dan jumlah harus memenuhi
ketentuan dalam SKSNI T-15-03. tahun 1990 dan 1991 atau PBI’71 • 1 satu lembar asli dan 2 dua lembar copy laporan hasil test
diserahkan kepada Direksi Pengawas. • Bila beton yang berumur 7 hari kekuatannya kurang dari 70
kekuatan beto umur 28 hari, maka Direksi berhak dengan segera memerintahkan Rekanan untuk menambah jumlah PC kedalam
campuran beton atau merubah perbandingan campuran beton bila dianggap perlu.
• Biaya tambahan akibat perubahan campuran tadi dan biya kekuatan beton, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rekanan.
c. Persiapan Pengecoran Beton • Pemeriksaan dan Persetujuan Direksi
Beton tidak diperbolehkan dicor bila seluruh pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting dan pekerjaan instalasi tiap bagian yang telah
dipasang serta persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
1. Seluruh permukaan bekisting, besi tulang dan instalasi-instalasi bila ada yang tertanam dalam beton harus dibersihkan terlebih
174
dahulu dari segala macam kotoran termasuk kerak beton sisa pekerjaan pengecoran sebelumnya.
2. Permukaan bekisting, lantai kerja atau tanah dibagian yang akan dicor harus berada dalam kedaan lembab pada saat pencoran beton
yang dilakukn, untuk itu, permukaan tersebut harus dibasahi dengan air terlebih dahulu. Tetapi permukaan-permukaan tersebut
tidak boleh tergenang air. Setiap genangan air di bagian yang akan dicor harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan
pencoran. • Persiapan Permukaan yang akan dicor beton
• Persiapan Instalasi-instalasi yang ditanam dalam beton Instalasi-instalasi yang ditanam dalam beton bila ada seperti pipa
instalasi mekanikal elektrikal, plumbing sanitasi dan sebagainya harus telah terpasang dengan kokoh dalam bekisting.
• Lantai kerja Semua pekerjaan beton, terutama pekerjana pondasi, yang
berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya, harus diberi pasir dan lantai kerja dari beton tumbuk 1:3:5.
d. Pembuatan Adukan Beton • Alat Pembuatan Adukan Beton
1. Bila tidak ditentukan lain, adukan beton harus dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton atau beton molen. Penentuan
jenis dan ukuran beton molen harus ada sepengetahuan Direksi.
175
2. Permukaan bagain dalam molen harus selalu bersih, tidak diperbolehkan ada kerak-kerak beton sisa adukan yang dibuat
sebelumnya. • Campuran Adukan Beton
Campuran adukan beton harus dibuat sesuai dengan Rencana Campuran Beton yang disetujui Direksi sebelumnya, kecuali bila
Direksi menetapkan lain. Sehubungan dengan hal itu, jumlah PC, bahan-bahan adukan dan air untuk membuat adukan beton harus
ditakar dengan alat-alat penakar yang disediakan oleh Rekanan dan disetujui oleh Direksi.
• Waktu Pengadukan 1. Lamanya waktu yang digunakan untuk mengaduk semua campuran
betonadalah paling sedikit 1 ½ menit untuk 1 m3 beton dihitung dari saat sesudah semua bahan, kecuali air, dimasukkan ke dalam
molen. 2. Lamanya waktu pengadukan harus ditambah bila kapasitas mesin
mengaduk lebih besar dari 1 m3. Contoh : untuk 2 m3, waktu pengadukan adalah : 1 ½ menit + 1 menit = 2 ½ menit dan
seterusnya. • Kekentalan Adukan Beton
1. Kekentalan adukan beton harus diperiksa, sesuai dengan SKSNI T-15-1990-03.
176
2. Pemeriksaan kekentalan ini harus disaksikan oleh Direksi Pengawas.
3. untuk memenuhi persyaratan kekentalan adukan beton ini, jumlah air yang digunakan dapat dirubah, disesuaikan perubahan keadaan
cuaca atau kelembapan bahan-bahan adukan. e. Pengecoran Beton
• Pelaksanaan pengecoran beton harus disaksikan oleh Direksi Pengawas.
• Pengecoran beton tidakboleh dilaksanakan bila cuaca buruk dan bila pada lokasi yang sama sedang dilaksanakan pekerjaan pemancangan
tiang pancang. • Adukan beton yang tidsak memenuhi syarat tidak boleh dijatuhkan
dengan tinggi jatuh lebih dari 1.5 m. bila tinggi jatuh adukan beton lebih dari1,5 m maka kerikil akan terpisah dari adukan dan akan
membentuk sarang-sarang kerikil yang berongga. • Untuk pengecoran dalam tinggi, dapat menggunakan saluran vertical
dan atau corong yang licin agar adukan beton yang melaluinya tetap homogen.
• Pengecoran harus dilakukan dengan merata, adukan beton yang telah dicorkan, tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 dua
meter dalam arah datar. • Bagian strujtru yang pengecorannya harus dilakukan lapis demi lapis,
tiap lapis harus mempunyai tinggi yang merata seragam dan berbentuk
177
miring. Pengecoran la[pisan yang berikutnya harus dilakukan pada waktu lapisan sebelumnya masih lunak.
• Pemakaian conveyor belt untuk mengangkut adukan beton harus seijin Direksi.
• Dalam cuaca panas, Rekanan harus melakukan langkah-langkah pengamanan agar adukan beton tidak terlalu cepat mongering,
misalnya dengan cara melindunginya dari panas matahari secara langsung.
f. Pemadatan Adukan Beton • Adukan beton yang telah dicor ke dalam bekisting atau galian pondasi,
harus digetarkan dengan alat penggetar vibrator type Immersion agar diperoleh beton yang padat dan homogen serta tidak terjadi sarang-
sarang kerikil. • Pada waktu digunakan, jarum penggetar tidak boleh menyentuh
bekisting atau tulangan. • Pencelupan jarum penggetar ke dalam adukan beton tidak boleh terlalu
lama sebab bisa mengakibatkan pemisahan unsure-unsur adukan beton. • Ukuran diameter jarum penggetar yang digunakan harus disesuaikan
dengan keadaan dimensi bagian yang harus dicor. g. Perawatan Selama Proses Pengerasan Beton
• Beton yang telah dicor harus dijaga tetap basah sekurang-kurangnya selama 14 empat belas hari setelah dicor, dengan cara disirami air,
178
atau ditutup dengan karung goni yang dibasahi atau dengan cara lain yang dapat dibenarkan.
• Air tidak diperbolehkan mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan aliran yang bisa merusak permukaan beton
tersebut. • Sama sekali tidak diijinkan menaburkan semen kering dan pasir
dipermukaan beton yang masih basah. h. Pekerjaan Pembesian
• Persyaratan Besi Tulangan Beton Besi yang digunakan untuk penulangan beton adalah :
- U-24 polos untuk tulangan berdiameter
≤ 12 mm. fy = 240 MPa -
U-32 ulir untuk tulangan berdiameter 12 mm. fy = 320 MPa Ukuran yang dicantumkan dalam gambar-gambar adalah ukuran
Metric. Secara umum, besi penulangan beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 atau PBI’71.
• Daftar dan Gambar Detail penulangan Rekananharus membuat sendiri dan oleh karenanya bertanggung jawab
penuh atas daftar dan gambar detail penulangan konstruksi beton yang diperlukan, yang dalam proses penyusunannya telah memperhitungkan
cara-cara pelaksanaannya. • Pemsangan Besi Penulangan
Sebelum dipasang, besi penulangan beton harus bebas dari kotoran- kotoran tanah Lumpur ; minyak dan bahan-bahan lian yang bisa
179
mengandung atau mengurangi daya ikat besi penulangan dengan adukan beton.
Persyaratan-persyaratan pemasangan seperti pembengkokan- pembengkokan, tebal betondecking, kursi-kursi penumpu, toleransi
pemasangan, sambungan overlap dan lain-lain harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SKSNI T-15 1990-03.
• Persetujuan Direksi Pengawas terhadap Besi Penulangan Pemasangan besi penulangan harus diperiksa oleh Direksi pengawas
terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan sebelum pengecoran. Rekanan harus memberitahu Direksi Pengawas bila pemasangan besi
penulkangan telah siap untuk diperiksa. i. Pekerjaan Bekisting
• Pesrsyaratan Konstruksi Bekisting 1. Bekisting harus terbuat dari multiplex 18 mm dan rangka yang
kokoh terbuat dari kayu keras, sama sekali tidsak diijinkan memakai bambu sebagai rangka bekisting.
2. bekisting harus rapat dan kedap air, terutama pada sambungan- sambungan. Pada saat pengecoran beton, tidak boleh ada cairan
atau adukan beton yang mengalir keluar krena bocor. 3. untuk permukaan luar beton yang tidak akan di plester semi
exposed, permukaan dalam bekisting multiplex sebaiknya dilapisi bahan sejenis minyak yang disetujuioleh Direksi Pengawas untuk
180
memudahkan pembongkaran bekisting itu kelak. Penggunaan oli bekas tidak bisa dibenarkan dibenarkan.
4. penggunaan ulang dari bahan bekisting yang sudah pernah dipakai harus atas seijin Direksi Pengawas.
• Persetujuan Direksi Pengawas Terhadap Bekisting Bekisting yang sudah dipasang, harus diperiksa oleh Direksi
Pengawas terlebih dahulu sebelum pengecoran. Direksi berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran atau perbaikan terhadap
ekisting yang dianggapnya tidak memenuhi syarat baik kekuatan maupun ukuran-ukurannya.
• Pembukaan Bekisting Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi Pengawas, dalam keadaan
normal bekisting pelat dan balok hanya boleh dibongkar setelah beton berumur 28 hari, kecuali sisi vertical balok, kolom dan dinding atas
sudah dibongkar setelah beton berumur lebih dari 4 hari. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan tenaga statis tanpa
getaran, goncangan atau pukulan ynag bisa merusak beton.
Pasal III.20
PEKERJAAN PONDASI
1. PONDASI SUMURAN