46 dan 2 siswa lebih mudah memahami pembelajaran dengan bantuan benda
konkret. Melalui penerapan media pembelajaran wayang kartun, siswa dapat
melatih keterampilan berbicara bahasa Jawa krama. Hal ini dikarenakan dalam penggunaannya, wayang kartun dioperasikan oleh siswa secara berkelompok
untuk melatih kemampuan berbicara dan keberanian siswa untuk berdialog menggunakan bahasa Jawa krama dengan orang lain. Selain itu, media wayang
kartun melatih siswa menggunakan imajinasinya untuk memahami karakter setiap tokoh yang dimainkan. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor yang
meningkatkan keterampilan berbicara, yaitu kemampuan kognisi dan imajinasi.
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dengan judul Pemanfaatan Media Permainan Wayang Kartun Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas II SD N Oro-Oro Dowo Malang Galuh Setyowati, 2013. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa. Pada siklus I nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa adalah 72, sedangkan pada siklus II
adalah 85. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, terdapat kesamaan variabel
dengan penelitian ini, yaitu variabel bebas dengan menggunakan media pembelajaran wayang kartun dan variabel terikat yaitu keterampilan berbicara.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah mata pelajaran yang diteliti dan subjek
47 penelitian. Pada penelitian yang relevan di atas, mata pelajaran yang diteliti
adalah bahasa Indonesia, sementara pada penelitian ini adalah bahasa Jawa.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis yaitu penerapan media pembelajaran wayang kartun
dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama pada siswa kelas IV SD N Sendowo III Pengkol, Nglipar, Gunungkidul.
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dan kolaboratif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta profesionalitas
guru secara berkelanjutan Epon Ningrum, 2014: 23. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian kolaboratif antara
peneliti dan guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dengan menerapkan media pembelajaran wayang kartun.
B. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis Taggart yang menggunakan model spiral refleksi diri yang dimulai dengan langkah
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi Epon Ningrum, 2014: 50. Dalam model penelitian tindakan kelas Kemmis Taggart, komponen
tindakan dan pengamatan dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan
tindakan dan pengamatan merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Kedua kegiatan tersebut harus dilakukan dalam satu kesatuan
waktu. Pada saat dilaksanakan tindakan, saat itu juga harus dilakukan pengamatan Wijaya dan Dedi, 2012: 20.