76 karena susunan kata-kata yang diucapkan siswa kurang lengkap.
Terdapat beberapa kalimat yang seharusnya dapat digunakan untuk melengkapi cerita yang disampaikan siswa di depan kelas. Pada
aspek tata bahasa, DLA mendapat skor 2, karena intonasi siswa kurang baik. Kosakata yang digunakan ada yang kurang sesuai.
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa DLA di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa
DLA belum memenuhi nilai KKM. Nilai siswa DLA sebesar 65,62 masih di bawah nilai KKM yaitu 75. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai siswa DLA mengalami penuruan dari tahap pratindakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penuruan nilai tersebut
berkaitan dengan sikap percaya diri siswa DLA. Pada saat proses pembelajaran menggunakan wayang kartun Punakawan, siswa DLA
terlihat kesulitan untuk bekerja sama dengan kelompok dan kurang percaya diri. Selain itu, faktor psikologis siswa DLA juga dapat
mempengaruhi pencapaian nilai keterampilan berbicaranya. Hal ini juga dikarenakan siswa DLA perlu menyesuaikan diri dengan
peneliti yang bertindak sebagai guru baru. Oleh karena itu, diperlukan tindakan siklus II untuk meningkatkan keterampilan
berbicara bahasa Jawa krama siswa DLA.
d. Refleksi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I sudah berjalan cukup baik. Namun, masih terjadi banyak kekurangan-kekurangan yang dihadapi. Hal
77 ini ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara
bahasa Jawa krama yang masih rendah dan belum mencapai KKM. Kekurangan-kekurangan yang dialami adalah sebagai berikut.
1 Kerjasama dalam kelompok masih rendah. Siswa cenderung berlatih
sendiri tentang dialog tokoh yang diperankannya. Hal ini mengakibatkan penampilan kelompok ketika maju menjadi kurang
kompak. 2
Siswa kurang serius ketika melakukan peragaan cerita menggunakan wayang kartun.
3 Suasana di dalam kelas kurang kondusif karena masing-masing
kelompok sibuk dengan dialognya masing-masing, sehingga membuat gaduh ketika kelompok lain maju untuk memperagakan
cerita. 4
Siswa masih terlihat malu dan kurang percaya diri untuk berbicara sesuai dengan cerita yang dimainkan.
5 Waktu yang diberikan kepada siswa untuk memahami cerita dan
mencoba berdialog dengan kelompoknya masih kurang. 6
Guru belum menjelaskan aspek-aspek yang dinilai dalam tes keterampilan berbicara bahasa Jawa krama pada akhir kegiatan
pembelajaran. Pada siklus I, terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan
berbicara bahasa Jawa krama. Peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara hanya sebesar 1,88 dari kondisi awal yaitu 53,12 meningkat
78 menjadi 55. Selain itu, pada siklus I belum ada siswa yang telah mencapai
nilai KKM. Hal ini menjadi dasar untuk dilaksanakannya tindakan siklus II. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dari
pratindakan sampai siklus I dapat disajikan secara rinci dalam tabel di bawah ini.
Tabel 10 Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa krama dari Pratindakan sampai Tindakan Siklus I
No Nama
Pratindakan Siklus I
Nilai Nilai
1 DLA
78,12 65,62
2 EFN
46,87 43,75
3 IM
59,37 71,87
4 ODP
46,87 62,50
5 RS
43,75 46,87
6 RAE
59,37 59,37
7 SZN
46,87 50,00
8 SN
46,87 37,50
9 DMC
53,12 59,37
10 FS
50,00 53,12
Rata-rata kelas 53,12
55,00
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II