PENGARUH KEBIASAAN MENGGUNAKAN BAHASA JAWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PURNAMA 2 BANYUMAS
PENGARUH KEBIASAAN MENGGUNAKAN
BAHASA JAWA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA SMK PURNAMA 2 BANYUMAS
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Ninik Puji Lestari NIM : 2601410076
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
(3)
(4)
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul
Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Purnama 2 Banyumas ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Semarang, 30 Januari 2015
Ninik Puji Lestari NIM 2601410076
(5)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. “Janganlah kau anggap kesalahan itu adalah keterpurukan, tetapi anggaplah dari kesalahan itu kamu dapat menjadi orang yang lebih baik lagi.” (Ninik) 2. “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi
orang lain.” (Ninik)
Persembahan:
Skripsi ini penulis persembahkan kepada
seluruh pendidik maupun calon pendidik
dalam bidang bahasa. Skripsi ini dapat
digunakan sebagai acuan atau refrensi dalam
aktivitasnya di dunia kependidikan.
(6)
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji syukur penulis panjatkan bagi
Allah SWT yang telah melimpahkah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Purnama 2 Banyumas”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari doa, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
saya sebut di bawah ini.
1. Drs. Hardyanto, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan sabar dan ketulusan
hatinya membimbing penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Widodo, M.Pd.,sebagai penguji I dan Dra. Endang Kurniati, M. Pd.,
sebagai penguji II skripsi atas semua saran dan masukkannya.
3. Bapak, Ibu yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran
penyusunan skripsi ini.
4. Sabahatku yang senantiasa menyemangati, membantu, dan menghibur.
5. Teman-teman kostku yang mewarnai hidupku dengan canda tawa dan suka
duka bersama.
6. Teman seperjuanganku angkatan 2010 Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
Universitas Negeri Semarang yang memberikan berbagai dukungan, bantuan,
dan motivasi .
7. Seluruh pejabat Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni,
dan Universitas Negeri Semarang.
(7)
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Atas semua doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari pihak-pihak di
atas semoga menjadi sebuah darma yang akan terus membawa manfaat.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan demikian,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2015 Penulis
(8)
Lestari, Ninik Puji. 2015. Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Drs. Hardyanto, M.Pd.
Kata kunci : kebiasaan, bahasa Jawa, prestasi
Kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang- ulang. Kebiasaan berbahasa Jawa memjadikan kemampuan berbahasa Jawanya akan semakin baik. Kebiasaan berbahasa Jawa diduga berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Jawa siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Rumusan masalah penelitian ini yaitu adakah pengaruh kebiasaan dalam menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan positif antara kebiasaan menggunakan bahasa Jawa dengan prestasi siswa SMK Purnama 2 Banyumas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun langkah- langkah penelitian ini yaitu menentukan variabel, menetapkan populasi, menetapkan sampel, dan pengumpulan data. Sasaran penelitian ini siswa kelas x dan xi sejumlah 63 siswa. Instrumen penelitian ini berupa angket, pedoman dokumen dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik angket, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara. Teknik analisi data yang digunakan penelitian ini adalah kolerasi product moment dan regresi sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil dari angket mendapatkan skor rata-rata 55,11 dan berdasarkan nilai siswa yang diperoleh dalam ujian semesteran mendapatkan 79,90. Kedua hasil tersebut membuktikan bahwa kebiasaan menggunakan bahasa Jawa mendapatkan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis statistik dengan menggunakan komputer diperoleh harga rxy sebesar 0,0888 dan rtabel 0,0086 pada N=63 serta harga koefisien determinasi (r2xy) sebesar 0,0078. Setelah dilakukan uji t diperoleh thitung sebesar 0,4470 dan ttabel sebesar 0,4924 pada taraf signifikasi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan menggunakan bahasa Jawa tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Berdasarkan kedua uji di atas terdapat perbedaan yang menunjukkan hasil yang tidak normal dan tidak linier. Uji normalitas memperoleh hasil yang tidak normal, karena variabel hasil belajar siswa memperoleh x2 hitung sebesar 2,04119 dengan db 61, sehingga diperoleh x2 tabel dengan taraf signifikasi 5% adalah 0,111626. Dengan demikian x2 hitung lebih besar dari x2 tabel, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas, datanya berdistribusi tidak normal. Uji Linieritas memperoleh hasil yang tidak linier. Karena nilai P 8,94 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa mempunyai hubungan yang tidak linier dengan hasil belajar siswa.
(9)
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu (1) Bagi siswa perlu meningkatkan hasil belajar; (2) Bagi guru bisa menjadi masukan untuk mengarahkan siswa; (3) bagi peneliti lain di harapkan sebagai rujukan untuk membuat penelitian yang sejenis.
(10)
Lestari, Ninik Puji. 2015. Pengaruh Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Drs. Hardyanto, M.Pd.
Tembung prangunut: pakulinan, hasil belajar
Pakulinan yaiku kagiyatan sing asering ditindakake bola-bali saben dina. Pakulinan nggunakake basa Jawa bisa ndadekake keprigelan basa dadi tambah apik. Pakulinan nggunakake basa Jawa siswa SMK kira-kira ana pengaruhe marang asil pasinaone basa Jawa. Perkara ing panaliten iki yaiku apa ana pengaruhe pakulinan nggunakake basa Jawa tumrap asil sinau siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Tujuan panaliten iki yaiku ngerteni hubungan positif antarane pakulinan nggunakake basa Jawa karo asil sinau siswa SMK Purnama 2 Banyumas.
Panaliten iki nggunakake pendhekatan korelasional. Kagiyatan sing ditindakake yaiku netepake variabel, netepake populasi, netepake sampel, lan njupuk dhata. Sasaran panaliten iki siswa kelas x lan xi, kanthi 63 siswa dipilih dadi sampel. Instrumen panalitene iku angket, pedhoman dokumen lan pedhoman wawancara. Teknik ngumpulake dhata panaliten iki yaiku teknik angket, teknik wawancara, lan teknik dokumentasi. Teknik analisis dhata panaliten yaiku kolerasi product moment lan regresi sederhana.
Asiling panaliten iki nuduhake skor angket 55,11 lan adhedhasar biji ujian siswa yaiku 79,90. Saka angket lan ujian semester mbuktekake yen pakulinan nggunakake basa Jawa siswa ana pengaruh positif. Asil statistik komputer nuduhake rxy= 0,0888 lan rtabel 0,0086 ing N=63 koefisien determinasi (r2xy) 0,0078. Sakbanjure, nalika di uji t asile thitung 0,4470 lan ttabel 0,4924 ing signifikasi 5%. Iki nuduhake yen thitung lewih gedhe tinimbang ttabel dadi bisa disimpulake yen pakulinan nggunakake basa Jawa ora ana pengaruh positif lan signifikan karo asil sinaune siswa SMK Purnama 2 Banyumas. Adhedhasar uji kasebut ana bedane sing nuduhake asil ora normal utawa ora linear. Uji normalitas nuduhake asil ora normal, amarga variabel asile sinau siswa entuk x2hitung 2,04119 kanthi db 61, asil x2 tabel kanthi signifikasi 5% yaiku 0,111626. Kanthi asil kaya iku x2 hitung lewih gedhe saka x2 tabel, dadi bisa disimpulake asile siswa SMK Purama 2 Banyumas, distribusi dhatane ora normal. Uji linearitas ndadekake asil ora linear. Amarga biji P 8,94 lewih gedhe saka 0,005. Asil iku ndadekake variabel kebiasaan nggunakake basa Jawa nduweni hubungan ora linear karo asil sinaune siswa.
Andhehdasar asiling panaliten, pamrayoga kang bisa diaturake yaiku (1) kanggo siswa bisa ningkatake sinau lan sregep nggunakake basa Jawa saben dinane; (2) kanggo guru sing ngajar muga-muga bisa dadi saran kanggo ngajar;
(11)
(3) kanggo panaliten liya muga-muga bisa dadi rujukan kanggo panaliten sing padha.
(12)
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
SARI ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah ... 8
1.4 Rumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.2 Landasan Teoretis ... 13
2.2.1 Berbahasa ... 14
2.2.2 Hasil Belajar Siswa ... 18
2.3 Kerangka Berpikir ... 19
2.4 Hipotesis... 21
(13)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ... 22
3.2 Variabel Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3.3.1 Populasi Penelitian ... 23
3.3.2 Sampel Penelitian ... 24
3.3.2.1 Penentuan Besarnya Sampel ... 24
3.3.2.2 Teknik Sampling ... 25
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4.1 Metode Angket ... 26
3.4.2 Metode Dokumentasi ... 27
3.4.3 Metode Wawancara ... 27
3.5 Instrumen Penelitian... 28
3.6 Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 30
3.6.1 Uji Validitas Instrumen ... 30
3.6.2 Uji Realibilitas Instrumen ... 31
3.7 Teknik Analisis Data ... 32
3.7.1 Pengujian Normalitas ... 32
3.7.2 Uji Linieritas ... 33
3.8 Pengujian Hipotesis ... 34
3.8.1 Kolerasi Product Moment ... 34
3.8.2 Analisis Regresi Sederhana ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38
4.1.1 Gambaran Umum SMK Purnama 2 Banyumas ... 38
4.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 40
4.1.2.1 Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa ... 40
4.1.2.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 44
4.1.3 Uji Prasyarat ... 48
(14)
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ... 50
4.1.5 Pembahasan ... 52
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 57
5.2 Saran... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN... 62
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa
... 41
4.2 Kategori Kecendrungan Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa ... 43
4.3 Distribusi Prestasi Siswa ... 45
4.4 Karegori Kecendrungan Prestasi Siswa... 47
4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 48
4.6 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 50
4.7 Rangkuman Hasil Analisis Sederhana ... 51
(16)
4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa
... 42
4.2 Kategori Kecendrungan Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa ... 44
4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Siswa ... 46
4.4 Pie-chart Hasil Belajar Siswa ... ` 47
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Angket Penelitian Bahasa Jawa ... 62
2. Skor Angket Penelitian ... 66
3. Tabel Nilai Siswa ... 68
4. Uji Normalitas ... 70
5. Uji Linieritas ... 73
6. Uji Validitas ... 76
7. Uji Rehabilitas... 79
8.. Soal Ujian Siswa ... 86
9. SK Dosbing ... 96
10. Surat Keterangan Penelitian Skripsi dari Sekolah ... 97
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang
disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki makna,
maka setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Bahasa merupakan sarana
komunikasi yang paling penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, kedudukan
yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak akan lepas dari kehidupan
masyarakat. Dalam setiap aktivitas bahasa biasa digunakan untuk berbicara.
Dengan berbicara masyarakat dapat melakukan aktivitas dan berkomunikasi
dengan masyarakat lain.
Bahasa juga berperan penting dalam kegiatan pengajaran, khusunya dalam
kegiatan mengajar perlu menggunakan bahasa. Guru memerlukan bahasa dalam
pengajaran untuk menerangkan sesuatu hal atau materi yang akan disampaikan
kepada muridnya atau siswanya. Tanpa adanya bahasa kegiatan pembelajaran juga
tidak dapat berjalan dengan baik semestinya. Tidak hanya guru yang
membutuhkan bahasa tetapi siswa juga membutuhkan bahasa untuk melakukan
pembelajaran yang mereka pelajari. Siswa juga dituntut dalam kegiatan
pembelajaran dengan meningkatkan keterampilan berbahasa yang baik dan benar.
(19)
2
Adapun kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum
di sekolah mencakup empat aspek, yaitu :
a. keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills),
b. keterampilan berbicara (speaking skills),
c. keterampilan membaca (reading skills),
d. keterampilan Menulis (writing skills).
Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat
erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya
dapat mendengar, dan menyimak apa yang di katakan orang di sekitarnya.
Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan
menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara.
Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal
huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan
menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan
kalimat.
Kebiasaan seseorang menggunakan bahasa dalam melakukan kegiatan
sehari-hari, seperti mendengarkan berita berbahasa Jawa, berbicara menggunakan
bahasa Jawa, membaca buku berbahasa Jawa, dan dalam kegiatan menulis
menggunakan bahasa Jawa. Dengan terbiasanya menggunakan bahasa Jawa, maka
kemampuan berbahasa setiap orang berbeda-beda. Hal ini juga dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam akademiknya. Khusunya dalam mata
(20)
yang mencakup kompetensi dasar mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
Kegiatan mendengarkan merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dalam berita atau percakapan yang dimana siswa tersebut
diharapkan dapat memahami isi percakapan atau berita yang diperdengarkan
secara maksimal. Ada 6 (enam) aspek yang terdapat dalam suatu percakapan atau
berita. Enam aspek tersebut biasa kita kenal dengan istilah 5W+1H. Aspek
tersebut terdiri atas what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why
(kapan), dan yang terakhir yaitu how (bagaimana). Dalam kegiatan ini, yang
melibatkan indera pendengaran. Maka dari itu konsentrasi sangat diperlukan
untuk menemukan 6 aspek tersebut.
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang bersifat aktivitas berbahasa
yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan berbicara
sesungguhnya terjadi interaksi antara pembicara dengan pendengar, dan dikatakan
reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi
komunikasi antara penulis dengan pembaca yang bersifat langsung. Berbicara
tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja.
Namun berbicara juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui berbicara
dengan seseorang yang lebih paham dengan sesuatu yang ingin dipelajarinya.
Kegiatan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
(21)
4
meliputi 3 keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording
merujuk pada kata-kata dan kalimat yang diasosiakan dengan bunyi-bunyinya
sesuai dengan sistem tulisan. Decoding merujuk pada proses penerjemahan
rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Meaning merupakan proses memahami
makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman, kreatif, dan evaluasi. Dalam
kegiatan membaca juga diimbangi dengan kegiatan menulis.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca grafik-grafik tersebut. Kalau seseorang dapat
memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut, maka seseorang akan ikut
mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk
tulisan, bukan dalam bentuk tutur. Kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisah antara satu dengan
yang lain. Kegiatan ini adalah kegiatan yang bersinambungan antara satu dengan
yang lain. Kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis merupakan
kompetensi dasar yang terintegerasi dalam kurikulum sekolah. Hal ini membuat
para siswa harus memahami kata atau bahasa yang mereka dapatkan dalam
pembelajaran.
Mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis merupakan kegiatan
yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Kegiatan tersebut saling terkait dan
saling melengkapi dalam kegiatan berbahasa. Begitu pula dalam pembelajaran
bahasa Jawa, kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis juga
(22)
Empat kegiatan tersebut menjadi empat aspek yang tidak bisa dilepaskan, baik
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis menjadi materi yang bergantian
diajarkan oleh pengajar kepada muridnya. Maka itu keempat aspek tersebut sangat
diperhatikan dalam pembelajaran.
Dengan adanya empat aspek tersebut, maka kebiasaan menggunakan
bahasa Jawa dapat berlangsung secara baik. Bila seseorang melakukan empat
kegiatan tersebut dengan menggunakan bahasa Jawa, akan berpengaruh terhadap
penguasaan bahasa. Kebiasaan dalam menggunakan bahasa Jawa sejak sedini
mungkin harus diajarkan pada anak. Jadikanlah kebiasaan menggunakan bahasa
Jawa sebagai kebutuhan dan sesuatu kegiatan yang menyenangkan dalam
melestarikan bahasa Jawa. Dengan adanya motivator tersebut, akan membuat
siswa untuk biasa dalam kegiatan sehari-hari menggunakan bahasa Jawa.
Lemahnya penguasaan bahasa akan dapat menggangu dalam studi
akademik mereka. Maka perlu dikaji lebih lanjut bagaimana pengaruh
menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar belajar siswa. Maka itu, menarik
untuk diteliti yang berkaitan dengan pengaruh kebiasaan menggunakan bahasa
Jawa terhadap hasil belajar siswa. Adakah pengaruh kebiasaan menggunakan
bahasa siswa terhadap hasil belajar yang diperoleh, khususnya hasil belajar dalam
bidang bahasa Jawa.
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kebiasaan menggunakan bahasa Jawa
terhadap hasil belajar siswa, yang mengambil tempat di Sekolah Menengah
Kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipilih karena peneliti
(23)
6
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah lain. Di Sekolah Menengah
Kejuruan juga terdapat siswa yang lebih komplek kemampuannya, karena siswa
lebih banyak dan jurusan juga lebih banyak dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
Khususnya dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Purnama 2 Banyumas
yang memiliki banyak siswa dibandingkan sekolah swasta lainnya. Di sekolah
SMK Purnama 2 Banyumas juga dituntut dalam kemampuan berbahasa yang baik.
Siswa di sekolah ini dalam keseharian di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat selalu menggunakan bahasa Jawa. Bahkan setiap berbicara dengan
guru maupun teman mereka juga menggunakan bahasa Jawa yang baik.
Selain itu, siswa-siswi SMK Purnama 2 Banyumas juga dituntut agar lebih
bisa menguasai semua mata pelajaran umum dan khususnya mata pelajaran
jurusan yang dipilih. Pada hakekatnya siswa-siswi yang bersekolah di SMK
Purnama 2 Banyumas adalah siswa-siswa yang saat lulus siap masuk dunia kerja.
Tidak hanya kemampuan sekil saja, tetapi kemampuan berbahasa siswa juga
diutamakan.
Hal tersebut dibuktikan dengan dipilihnya SMK Purnam 2 Banyumas yang
menjadi salah satu sekolah yang diminati masyarakat. Letak yang strategis
membuat sekolah ini tetap memiliki banyak siswa. Sekolah ini tidak kalah dengan
sekolah SMK Negeri yang ada di dekatnya. Banyaknya siswa yang sekolah di
SMK Purnama 2 Banyumas, membuat kemampuan berbahasa antara anak satu
(24)
1.2 Identifikasi Masalah
Bahasa memiliki empat aspek keterampilan, yaitu mendengarkan atau
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kebiasaan seseorang menggunakan
bahasa Jawa dalam kegiatan sehari-hari. Kebiasaan tersebut yang harus dibiasakan
sejak dini mungkin. Kebiasaan mendengarkan berita yang memakai bahasa Jawa,
berbicara dengan orang lain menggunakan bahasa Jawa, membaca buku yang
ditulis menggunakan bahasa Jawa, dan menulis sesuatu tentang apapun dengan
menggunakan bahasa Jawa.
Kebiasaan menggunakan bahasa Jawa akan membuat orang semakin banyak
memiliki kosakata. Kosakata tersebut bisa merupakan sebuah kata yang berguna
maupun hanya kata yang tak bermakna. Di dalam kegiatan sehari-hari bahasa
Jawa akan sering digunakan, hal itu dapat terjadi kalau seseorang memiliki
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa. Bahkan bahasa Jawa sendiri merupakan
salah satu bahasa pertama yang diajarkan kepada seseorang di daerah tertentu.
Banyak siswa yang kesulitan dalam pembelajaran bahasa Jawa, diantaranya
siswa SMK Purnama 2 Banyumas yang kesulitan dalam menggunakan bahasa
Jawa. Karena hal itu yang membuat siswa untuk membolos dalam pembelajaran
bahasa Jawa. Tuntutan kompetensi dalam pembelajaran bahasa Jawa yang
mengharuskan siswa untuk menguasai empat aspek bahasa. Keempat aspek
bahasa tersebut memiliki dampak positif dan negatif terhadap siswa. Dampak
positifnya adalah siswa akan semakin baik dalam berbahasa, sedangkan dampak
(25)
8
Kemampuan berbahasa antarindividu pun berbeda-beda. Hal tersebut
dikarenakan kemampuan antarindividu yang juga berbeda-beda. Dengan
kemampuan berbahasa, apakah hal tersebut mempengaruhi hasil belajar dalam
mata pelajaran bahasa Jawa.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah apakah kebiasaan menggunakan bahasa
Jawa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Jawa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas terdapat rumusan masalah penelitian
ini yaitu adakah pengaruh kebiasaan dalam menggunakan bahasa Jawa terhadap
hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditemukan tujuan penelitian ini
yaitu mengetahui hubungan positif antara kebiasaan menggunakan Bahasa Jawa
(26)
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis. Secara
teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan yang
dimiliki, yaitu pada pendidikan pada umumnya dan untuk calon guru bahasa Jawa
pada khususnya, sehingga calon guru bahasa Jawa dapat memberi arahan tentang
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa adalah kebiasaan yang menyenangkan dan
bermanfaat bagi diri sendiri dalam penguasaan bahasa itu sendiri. Secara praktis
hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa, yaitu membuat siswa mengerti
pengaruh kebiasaan menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Jawa. Manfaat bagi guru yaitu hasil penelitian ini dapat
dijadikan refrensi bagi guru untuk memperoleh gambaran tentang kebiasaan
menggunakan bahasa Jawa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Manfaat bagi
peneliti lain yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau
(27)
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian dalam dunia pendidikan sudah sering dilakukan. Namun,
penelitian pendidikan ini masih tetap menarik untuk dilakukakan. Hal tersebut
dikarenakan penelitian pendidikan sangat banyak jenisnya. Jenis-jenis penelitian
pendidikan misalnya penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian pengembangan
baik itu pengembangan media maupun bahan ajar, dan ada pula penelitian
korelasi. Pada kesempatan ini, peneliti akan membuat penelitian pendidikan
berjenis penelitian korelasi. Penelitian korelasi masuk pada jenis penelitian
deskriptif kuantitatif. Dengan kata lain, penelitian ini dalam pembahasanya
menggunakan angka atau bilangan.
Penelitian yang pernah dilakukan, yang memiliki objek yang sama dengan
penelitian ini, yaitu dilakukan oleh Roida (1995), Sandberg (1998), Burgess
(2002), Arifin (2012), dan Rafika (2013).
Penelitian Roida (1995) ini meneliti tentang pengaruh minat dan kebiasaan
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematik. Penelitian ini menghasilkan
jawaban bahwa minat dan kebiasaan belajar siswa dapat mempengaruhi hasil
prestasi matematik siswa. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
(28)
yang akan dilakukan. Persamaan terletak pada jenis penelitian, yaitu penelitian
kolerasi. Perbedaannya terletak pada variabelnya, yaitu pengaruh minat dan
kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar matematik.
Penelitian Sandberd (1998) ini meneliti tentang pengalaman dan media
cetak telah dianggap berkontribusi dalam pengembangan membaca. Penelitian ini
menghasilkan jawaban bahwa pengalaman di kelompok belajar memiliki
pengaruh terhadap perkembangan membaca yang baik. Penelitian ini memiliki
persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan terletak pada jenis
penelitian, yaitu penelitian kolerasi. Perbedaannya terletak pada variabelnya, yaitu
pengaruh lingkungan dan sekolah lingkungan keaksaraan.
Penelitian Burgess (2002) ini meneliti tentang pengaruh persepsi ujaran,
kemampuan bahasa lisan di lingkungan rumah dan membaca pengetahuan tentang
perkembangan fonologis. Penelitian ini menghasilkan jawaban bahwa persepsi
ujaran, kemampuan bahasa lisan di lingkungan rumah dan membaca memiliki
hubungan signifikan terhadap perkembangan fonologi anak. Setelah di analisis
penelitian ini mendapatkan hasil bahwa kemampuan bahasa lisan di lingkungan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan fonologis anak.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Persamaan terletak pada jenis penelitian, yaitu penelitian korelasi. Perbedaannya
terletak pada variabelnya, yaitu pengaruh persepsi ujaran, kemampuan bahasa
lisan di lingkungan rumah dan membaca pengetahuan tentang perkembangan
(29)
12
Penelitian Arifin (2012) membahas tentang kebiasaan belajar dengan hasil
belajar belajar siswa. Melalui penelitian tersebut dapat diketahui bahwa siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik di
rumah dengan persentase 76,3% dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah
dengan persentase 78,7%. Hasil belajar belajar siswa kelas VII B Negeri 13
Malang menunjukkan kriteria baik dengan Persentase 51%. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakikan oleh peneliti adalah salah satu
variabelnya sama, yaitu hasil belajar. Jenis penelitian sama, yaitu korelasi.
Penelitian ini akan berupa deskripsi berbentuk angka. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah salah satu variabelnya,
yaitu kebiasaan belajar dan obyeknya ialah siswa kelas VII B SMP.
Rafika (2013) membahas tentang kebiasaan membaca dengan hasil belajar
siswa. Melalui penelitian tersebut dapat diketahui bahwa siswa kelas X SMK
Negeri 3 Bintan memiliki kebiasaan membaca yang sedang dengan persentase
76,19%. Hasil belajar belajar bahasa Indonesia yang diraih oleh siswa
menunjukkan bahwa siswa memiliki nilai hasil belajar belajar yang tinggi dengan
rata-rata nilai rapor sebesar 100%. Persamaan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian korelasi. Penelitian ini akan berupa deskripsi berbentuk angka.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah salah satu variabelnya, yaitu kebiasaan membaca. Penelitian yang
dilakukan Roida (1995), Sandberg (1998), Burgess (2002), Arifin (2012), dan
Rafika (2013) dapat memberikan insprirasi bagi penelitian ini yaitu penelitian
(30)
Purnama 2 Banyumas. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengunakan
penelitian korelasi.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian mengenai kebiasaan menggunakan bahasa Jawa menarik untuk dikaji.
Penelitian tentang kebiasaan menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar
siswa belum pernah dilakukan. Berdasarkan kajian pustaka sebelumnya,
penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2012) dan Rafika (2013) adalah penelitian-
penelitian yang paling relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan
Arifin meneliti tentang kebiasaan belajar siswa yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Kemudian penelitian yang dilakukan Rafika meneliti tentang kebiasaan
membaca yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian yang akan dilakukan
memiliki persamaan dengan penelitian dari Arifin dan Rafika, penelitian di bidang
pendidikan. Dalam penelitian ini siswa menjadi sasaran penelitian. Tetapi
penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan variabel dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arifin dan Rafika. Penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian kebiasaan menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar.
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berbahasa dan
(31)
14
2.2.1 Berbahasa
Menurut Sumadi (dalam buku Muhyono 2001:12), kebiasaan adalah hal-
hal yang dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam melakukannya tanpa
memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh.
Berbeda dengan pendapat Djaali (2011:128), kebiasaan adalah suatu cara
bertindak yang sifatnya optimis untuk suatu kegiatan atau aktivitas tertentu yang
sering dilakukan, tingkah laku tersebut sering berulang-ulang yang menjadi
kebiasaan tidak memerlukan fungsi berfikir yang cukup tinggi karena sifatnya
sudah relatif manutup atau dapat dilakukan dengan tidak kesengajaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:146), tertulis bahwa
kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan. Respon yang terjadi secara
otomatis pada situasi-situasi tertentu yang bisa diperoleh sebagai hasil dari
pengulangan dan belajar. Kegiatan yang tidak disengaja yang menjadikan
kesengajaan dalam bertingkah laku dalam aktivitas yang berulang-ulang dalam
bentuk yang sama, sehingga menjadikan kegiatan yang secara otomatis dapat
dilakukan tanpa perintah.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan merupakan perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat
dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
(32)
perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang
oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Kebiasaan itu dapat dibentuk dengan cara: (1) mulai dengan kebiasaan
baru dengan segala ikhtiar yang dapat dilakukan; (2) tidak kembali pada kebiasaan
yang tidak dikehendaki; (3) melatih kebiasaan baru dengan kemauan dan lakukan
hal tertentu sesering mungkin; (4) mencoba menggubah kebiasaan yang tidak
disengaja dengan praktik yang disengaja; (5) mengganti respon lama dengan
respon baru melalui metode respon; dan (6) memuat perincian yang tegas untuk
kebiasaan baru.
Kebiasaan berbahasa merupakan kegiatan atau perbuatan manusia yang
sering dilakukan berulang-ulang dan berhubungan tentang keempat aspek
berbahasa. Keempat aspek tersebut mencakup; keterampilan menyimak atau
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.
Menurut Tarigan (1983:13), mendengarkan atau menyimak adalah proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, mengenai
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dalam kebiasaan berbahasa yang mencakup kegiatan menyimak atau
mendengarkan, misalnya; mendengarkan berita, mendengarkan lagu-lagu,
(33)
16
mendengarkan yang dapat ditangkap dengan indra pendengar. Hal ini yang
dimaksud kebiasaan berbahasa dalam kegiatan menyimak atau mendengarkan
adalah kegiatan dimana seseorang sering melakukan kegiatan menyimak atau
mendengarkan berita di radio maupun di televisi yang menggunakan bahasa Jawa,
pitado secara langsung atau melalui rekaman yang menggunakan bahasa Jawa,
dan lagu-lagu yang menggunakan bahasa Jawa.
Secara garis besar keterampilan berbicara mempunyai tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi berbicara interaktif,
misalnya berbicara secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya pergantuan antara pembicara dan pendengar. Ada pula
situasi berbicara semiaktif, misalnya berpidato dihadapan umum secara langsung.
Situasi berbicara noninteraktif, misalnya berbicara di radio atau televisi. Dalam
kebiasaan berbahasa yang mencakup kegiatan berbicara dengan siapa saja yang
menggunakan bahasa Jawa. Berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan
bahasa Jawa krama, sedangkan kalau berbicara dengan orang yang lebih muda
menggunakan bahasa Jawa ngoko.
Depdikdud (1985:11), memberi batasan membaca adalah proses
pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang becaan itu, dan
penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Membaca
adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan dengan sendirinya, terpisah dengan keterampilan berbicara dan
(34)
Dalam kebiasaan berbahasa yang mencakup kegiatan membaca buku atau
apa saja yang dapat dibaca oleh pembaca, yang dibaca bukan buku atau tulisan
yang menggunakan bahasa Indonesia tetapi buku yang menggunakan bahasa
Jawa. Kebiasaan seseorang yang sering membaca buku berbahasaa Jawa,
misalnya novel yang menggunakan bahasa Jawa, surat yang menggunakan bahasa
Jawa, dan buku apa saja yang menggunakan bahasa Jawa dalam penulisanya.
Menurut Djibran (2008: 17), menulis adalah mengungkapkan pikiran,
perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam
bentuk tutur. Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan
tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit
diantara keterampilan berbahasa yang lainnya.
Dalam kebiasaan berbahasa juga mencakup kegiatan menulis. Dalam
kegiatan menulis, sipenulis menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan menulis,
misalnya menulis catatan sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, menulis surat
yang menggunakan bahasa Jawa, menulis buku yang menggunakan bahasa Jawa,
dan masih banyak lagi kegiatan menulis yang menggunakan bahasa Jawa.
Menurut Saussure (1966:16), bahasa merupakan bentuk pikiran yang
paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Berbeda dengan
pendapat Sudaryono bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun
tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai komunikasi menjadi
(35)
18
Menurut Kentjono (1982:32), bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat dilihat bahwa pengertian bahasa
bermacam-macam. Pendapat para ahli tersebut berbeda-beda bergantung pada
penekanan yang dilakukan oleh para ahli tersebut. Namun, dari pendapat-pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan sarana komunikasi yang
paling efektif yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran yang digunakan
untuk berkomunikasi antar individu oleh kelompok manusia.
Bahasa juga merupakan sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem
bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan
sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu
memiliki makna, maka setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
2.2.2 Hasil belajar Siswa
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar adalah hal yang
dapat dipandang dari dua sisi. Dua sisi tersebut adalah sisi siswa yang
menjelaskan bahwa hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan, terselesaikanya
(36)
Berbeda dengan pendapat Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Ada pula pendapat Sudjana (2004:22), hasil belajar adalah kemampuan
ketrampilan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil dari penilaian akhir yang diperoleh siswa dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang. Siswa akan merubah tingkah laku yang
berbeda dan semakin baik dalam kesehariannya, hal itu akan menjadikan siswa
memperoleh hasil yang baik. Semua itu berkat kerja keras siswa dalam usaha
penguasaan pengetahuan yang diterima dalam pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari hasil belajar siswa. Untuk
mendapatkan hasil belajar maksimal tidak bisa didapatkan dengan cara yang
instan. Hasil belajar diperoleh dengan cara belajar secara terus menerus dan
dilakukan dengan cara bertahap. Seseorang tidak akan bisa berhasil belajar dengan
(37)
20
Bahasa harus dilakukan terus menerus tanpa kenal lelah. Begitu pula
dalam pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran bahasa siswa dituntut untuk
belajar sekaligus menerapkan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin sering bahasa digunakan tentu saja hasilnya yang akan diperoleh
berbanding lurus dengan sesuatu yang akan di pelajari dan terapkan.
Bahasa yang digunakan siswa juga dapat mempengaruhi dalam
pembelajaran yang diterima. Dengan penguasaan bahasa yang baik, maka
pembelajaran bahasa yang diajarkan juga dapat diterima dengan baik pula.
Adanya perbedaan antara siswa satu dengan siswa lain, hal itu membuktikan
bahwa siswa satu dengan siswa lain memiliki berbedaan yang siknifian dalam
menerima materi. Maka dari itu dengan sering atau tidak sering menggunakan
bahasa Jawa juga dapat mempengaruhi hasil hasil belajar siswa.
Hal tersebut juga berlaku untuk pembelajaran bahasa Jawa. Jika seseorang
ingin berhasil belajar maka orang tersebut harus sering menggunakan bahasa
Jawa. Dengan terbiasanya menggunakan bahasa Jawa diharapkan agar siswa
semakin paham dan bisa menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar. Untuk
itu, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kebiasaan menggunakan
(38)
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Adakah hubungan dan pengaruh menggunakan bahasa Jawa terhadap hasil belajar
(39)
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Pendekatan Penelitian
Menurut Ali (1985:81), pendekatan merupakan keseluruhan cara atau kegiatan
yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian dimulai dari perumusan
masalah sampai penarikan kesimpulan. Pendekatan penelitian dapat dibedakan
atas beberapa jenis tergantung sudut pandangnya. Pendapat ini sejalan dengan
Sudarsono (1988:4), yang mengemukakan behwa pendekatan penelitian ada dua
macam yaitu : pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif, artinya semua informasi atau data diwujudkan dalam bentuk angka,
analisisnya berdasarkan angka tersebut dengan analisis statistik. Adapun
pendekatan kualitatif, yaitu informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud
angka-angka, analisisnya dengan prinsip angka.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan maksud untuk
memaknai hasil dari penelitian yang berupa angka. Dalam pendekatan ini
tindakan yang dilakukan untuk mencari hasil penelitian adalah membuat angket,
penetapan skor, pengambilan data, penghitungan skor, dan melakukan uji. Dengan
langkah-langkah tersebut maka dapat menunjukan hasil dari penelitian ini.
(40)
3.2 Variabel Penelitian
Salah satu syarat di dalam suatu penelitian adalah dengan adanya beberapa
variabel yang menjadi perhatian kegiatan penelitian. Seperti yang disampaikan
oleh Rahmat (1984:17), menyatakan bahwa variabel merupakan obyek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu kegiatan penelitian. Pendapat
lain disampaikan oleh Hadi (1984:84), menyatakan bahwa variabel merupakan
gejala yang bervariasi baik dalam jenis atau tingkatan yang menjadi obyek
penelitian. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu : variabel penggunakan
bahasa Jawa dan variabel hasil belajar siswa.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi penelitian
Menurut Arikunto (1996 : 115), populasi penelitian adalah keseluruhan
obyek penelitian. Sedangkan Hadi (1987 : 220), menjelaskan bahwa populasi
adalah keseluruhan subyek yang diselidiki dan sebagai wilayah generalisasi.
Menurut Sangarimbun (1989 : 108), populasi adalah jumlah keseluruhan unit atau
analisis yang ciri – cirinya akan didata. Dari ketiga definisi tersebut disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek dari semua unit observasi atau yang
diteliti dan selanjutnya hasil penelitian itu digeneralisasikan. Dalam penelitian ini
(41)
24
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1991 : 102), penelitian sampel adalah penelitian yang
apabila peneliti hanya akan meneliti sebagiann dari populasi. Penelitian ini
merupakan penelitian sampel atau studying yaitu penelitian yang tidak meneliti
seluruh subyek yang ada dalam populasi. Sampel itu sebagai individu yang
diselidiki.
3.3.2.1 Penentuan Besarnya Sampel
Sudjana (1987 : 73), mengatakan bahwa pengambilan sampel terhadap
populasi kurang dari 100 bisa mengambil 20-50% dan di atas 100 dapat diambil
10%. Berbeda dengan pendapat Rachmat (1975), menyatakan bahwa populasi di
bawah 100 dapat digunakan sampel 50% dan di atas 100 sebesar 15%. Vockell
(1983), menyatakan bahawa pengambilan sampel harus berdasarkan interval
kepercayaan. Peneliti menggunakan pendapat dari vockell untuk menentukan
besarnya sampel. Sehingga, besarnya sampel penelitian ini sebanyak 63 sampel
(42)
3.3.2.2 Teknik Sampling
Menurut Arikunto (1990 : 81), pengambilan sampel dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1) Teknik sampling untuk populasi homogen rendom samping adalah
pengambilan sampel acak.
2) Teknik sampling untuk populasi tidak homogen atau bervariasi, antara
lain :
- Sampel berstrata atau stratified sample
- Sampel wilayah atau area sample
- Sampel proporsi atau proporsional sample
- Sampel bertujuan atau purposive sample
- Sampel kuota atau quota sample
- Sampel kembar atau double sample
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
berstrata. Dimana semua siswa memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode angket, metode
dokumentasi dan metode wawancara sebagai metode pengumpulan data. Ketiga
metode digunakan sebagai alat untuk mengungkap penggunaan bahasa Jawa
(43)
26
3.4.1 Metode Angket
Menurut Sugihartono (1989:34), angket adalah alat pengumpul data yang
berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh subyek yang
diselidiki atau disebut dengan responden, Arikunto (1996:130), berpendapat
bahwa angket adalah sejumlah pertanyaan yang ditulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal
yang diketahuinya. Djumhur (1975:35), berpendapat lain, bahwa angket adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi
dengan sumber data. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket
adalah alat untuk menggumpulkan data berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
disampaikan pada subyek untuk memberikan jawaban secara tertulis.
Dalam penelitian angket yang digunakan adalah angket tertutup, sebab
responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Alasan yang mendasar
digunakan angket pada penelitian ini, karena angket digunakan sebagai
pengumpul data memiliki beberapa kelebihan sebagaimana dikemukakan dalam
uji coba sehingga mendapatkan angket yang benar–benar valid dan reliabel. Untuk mengatasi teknik waktu pengumpulan data dan ketelitian. Peneliti
memberikan petunjuk yang jelas dan mengadakan pendekatan yang persuasive
dalam meminta responden mengerjakan angket, sehingga responden dapat
memberikan jawaban dengan tidak tergesa-gesa dan tidak mengalami kesulitan,
(44)
telah menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari responden yang di teliti dan
dapat dipercaya. Metode angket digunakan untuk mengambil data kebiasaan
berbahasa siswa yang menggunakan bahasa Jawa dalam sehari-hari.
3.4.2 Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan memperoleh data nontes berupa nilai yang
dihasilkan selama pembelajara berlangsung. Dokumentasi nilai akan memperkuat
analisis. Selain itu, data yang diambil melalui dokumentasi nilai juga memperjelas
data yang lain yang hanya dipaparkan melalui tulisan atau angka. Sebagai data
penelitian, hasil dokumentasi nilai dari guru yang mengajar selanjutnya
dideskripsikan sesuai keadaan yang ada dan dipadukan dengan data-data yang
lain. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sifatnya
dokumenter dari instasi terkait. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas
dalam pembelajaran bahasa Jawa.
3.4.3 Metode Wawancara
Walaupun penelitian ini berpusat pada angket, tapi untuk memperkuat
penelitian juga menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan tanya-
jawab yang berkaitan dengan variabel penelitian. Pelaksanaan wawancara
(45)
28
bahan atau data yang akan ditanyakan dan membutuhkan jawaban yang panjang
dari narasumber. Sasaran wawancara adalah guru pengampu mata pelajaran
bahasa Jawa SMK Purnama 2 Banyumas. Metode wawancara digunakan untuk
penguat data yang diambil. Dengan wawancara peneliti mencari tahu tentang latar
belakang siswa serta bahasa yang digunakan dalam kesehariannya.
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen angket, pedoman dokumen dan
pedoman wawancara. Menurut Arikunto (1996 : 158), untuk menyusun suatu
instrumen penelitian baik ada beberapa syarat sebagai berikut : 1. Validitas yaitu
instrumen tersebut mampu mengukur apa saja yang akan diukur, 2. Reliabilitas,
yaitu instrumen tersebut menunjukkan ketepatan bila digunaka kapan saja.
Langkah-langkah penyusunan angket kebiasaan menggunakan bahasa Jawa
adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan membuat definisi konsep.
2) Membantu definisi operasional suatu variabel yang akan diteliti sesuai
dengan kerangka pekiran.
3) Menyebarkan variabel ke dalam indikator-indikato.
4) Membuat kisi-kisi.
5) Membuat item-item pertanyaan.
(46)
7) Mengadakan uji coba.
8) Merevisi dan menyusun pertanyaan.
Dalam tahap ini ditetapkan skor yang diberikan tiap item. Dalam
penelitian ini skor yang diberikan pada tiap variable menggunakan skala Likert,
yang disusun dengan tipe pilihan ganda empat pilihan, yang bertujuan untuk
menghindari pilihan netral atau tidak mempunyai sikap.
Penetapan sekor sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif pemberian skornya adalah :
Jawaban a ═ 4 Jawaban c ═ 2
Jawaban b ═ 3 Jawaban d ═ 1
b. Untuk pertanyaan negatif pemberian skornya adalah :
Jawaban a ═ 1 Jawaban c ═ 3
Jawaban b ═ 2 Jawaban d ═ 4
Setelah diadakan penskoran, maka langkah selanjutnya adalah mereproduksi
yaitu pengetikan angket sampai dengan penggandaan angket sebanyak yang
(47)
30
3.6 Validitas dan Realibilitas Instrumen
Untuk memperoleh hasil yang valid sebuah penelitian memerlukan uji coba
penelitian untuk mengetahui kualitas dari instrumen yang akan di berikan kepada
responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1996:158), yang
mengatakan bahwa uji coba instrumen dilakukan sebelum angket diberikan
kepada responden dalam penelitian yang sebenar-benarnya. Tujuan dari uji coba
secara umum adalah diperoleh informasi mengenai kualitas instrumen yang
digunakan, yaitu informasi persyaratan sudah atau belumnya instrumen memenuhi
persyaratan. Instrumen yang memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data
apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid atau releabel.
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2002:59), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dan variabel
yang diteliti secara tepat. Menurut Suryabrata (1990:2), validitas test adalah taraf
sejauh mana suatu test mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Hadi
(1987:101), validitas adalah tingkat kemampuan suatu instrumen untuk
mengungkapkan suatu yang jadi sasaran pokok pengamatan yang dilakukan
(48)
Hasil uji validitas instrumen membuktikan bahwa dari 27 soal yang ada
dinyatakan valid. Hal tersebut berdasarkan r tabel kevalidan sebesar 0,444,
sementara hasil dari uji validitas menunjukkan angka diatas 0,444.
3.6.2 Uji Realibilitas Instrumen
Menurut Sangarombun (1989:140), realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut
Suryadibrata (1990:29), realibilitas adalah sebagai keajegan alat ukur. Pendapat
yang senada juga disampaikan oleh Sudjana (1989 : 120), mengatakan reliabilitas
alat ukur sebagai ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang
hendak diukur. Berbeda dengan pendapat Arikunto (2002:168), reabilitas
instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam ukuran. Jika ri>rtabel maka tes
dikatakan reliabel. Reabilitas instrumen juga dapat diketahui dengan
menggunakan program iteman, yakni dengan cara mengkonsultasikan nilai alpha
(ri) dengan rtabel. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai alpha (ri) >rtabel.
Hasil uji reabilitas menghasilkan angkan 0,6. Angka tersebut menjadi tingkat
reabilitas instrumen tentang angket kebiasaan menggunakan bahasa Jawa. Jika
tingkat reliabilitas instrumen lebih dari 0,6 maka instrumen tersebut dikatakan
reliabel, tetapi jika lebih rendah dari 0,6 maka instrumen tersebut dikatakan tidak
reliabel. Angka dari ri sebesar 0,6, sedangkan angka dari rtabel sebesar 0,444. Maka
dengan ini menyatakan bahwa hasil dari uji reabilitas mendapatkan hasil yang
(49)
32
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah data didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah atau
menganalisis data tersebut. Untuk memperoleh data yang diperlukan suatu
rancangan analisis. Rancangan analisis ini menggunakan rumus – rumus statistik. Sebelum analisis data terlebih dahulu keadaan diuji persaratan analisis agar
kesimpulan yang diperoleh memenuhi persyaratan analisis.
3.7.1 Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi
normal atau tidak agar penelitian selanjutnya dapat dipertanggungyawabkan.
Adapun rumus yang digunakan menurut Hadi (1990:346), adalah Chi Kuadrat
yaitu :
X2 ═ ∑ ( fo – fh )2 Fh
Keterangan :
X2 = Nilai chi kuadrat
Fo = Frekuensi yang diobservasi dari sempel
(50)
Dalam penelitian ini untuk menguji signifikasi 5% dengan derajat kebebasan
kelas interval (k)dikurangi 1. apabila harga chi kuadrat diperoleh melalui
perhitungan lebih besar daripada harga chi kuadrat dalam tebel, maka data dari
variabel tersebut mempunyai distribusi normal. Sebaliknya jika harga chi kuadrat
lebih kecil perhitungannya dari harga chi kuadrat pada tabel, maka data tersebut
berdistribusi tidak normal.
3.7.2 Uji Linieritas
Penguji ini untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat itu bersifat linier atau tidak. Keberartian atau signifikan hubungan dicari
dengan harga F dan digunakan rumus sesuai pendapat Arikunto ( 1987:36), yaitu :
Freg = Rkreg
RKres
Keterangan :
Freg = Harga bilagan untuk garis regresi
Rkreg = Rerata kuadrat bilangan regresi
Rkreg = Rerata kuadrat garis residu
Taraf signifikan yang digunakan untuk uji Linieritas hubungan antara
(51)
34
adalah taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (db) adalah satu lawan N-M-
1. apabila harga F yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari harga F
pada tabel, maka dapat dikatakan variable tersebut berhubungan
signifikan.Uji linieritas diketahui dari perbedaan harga regresi pertama dan regresi
kedua. Kalau F beda itu lebih kecil dari tabel atau nmempunyai harga p lebih
besar dari 0,05 maka hubungannya linier. Sebaliknya apabila harga F beda yang
diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari harga F tabel atau mempunyai
harga p lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan hubungan tersebut tidak linier.
3.8 Pengujian Hipotesis
3.8.1 Kolerasi Product Moment
Analisis korelasi product moment digunakan untuk menguji hipotesis pertama
dan kedua. Adapun rumusnya sesuai dengan Hadi ( 1990:4), sebagai berikut :
rxy = ∑xy
√(∑x ) ( ∑y ) Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara x dan y
xy = Jumlah product moment x dan y
(52)
y2 = Jumlah kuadrat deviasi y
3.8.2 Analisis Regresi Sederhana
Regresi adalah pengukuran hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan
dengan bentuk hubungan atau fungsi. Analisis regresi digunakan untuk menguji
hipotesis ketiga, yaitu mencari hubungan antara variable bebas dengan variable
terikat. Oleh karena itu dengan analisis data ini Hadi (1990:12) berpendapat
bahwa tugas pokok analisis regresi adalah :
1) Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor dengan rumus
Y = a + bX
Keterangan :
Y =Variabel independent Y (terikat)
a = Predictor
b = Dependent Variabel
X = Variabel independent X(bebas)
2) Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak dengan rumus :
R2 ( N – M – 1 ) M ( 1 – R2 )
(53)
36
Keterangan :
F reg = Harga bilangan F untuk garis regresi
R2 = Koefisien korelasi antara kriterium dengan predictor
N = Cacah kasus
M = Cacah predictor
3) Menentukan sumbangan relatif dan sumbangan efektif
Y = a1 x1 + a2 x2 + K
Keterangan :
Y = Persamaan garis regresi
a1 = Koefisien predictor 1
a2 = Koefisien predictor 2
x1 = Predictor 1
x2 = Predictor 2
K = Konstanta
4) Menentukkan sumbangan relatif dan sumbangan efektif.
Sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing prodictor
terhadap kriterium :
(54)
R
2 Jreg
x 100%
(b) Sumbangan relatif predictor (x2)
SR% = a1∑x2y
x 100%
Jkreg
(c) Sumbangan efektif predictor pertama (x1)
SR% SR% x1 x 2
(d) Sumbangan efektif predictor kedua (x2)
(55)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan memaparkan gambaran umum sekolah, deskripsi data
penelitian, uji prasyarat, hasil uji hipotesis, dan pembahasan.
4.1.2 Gambaran Umum SMK Purnama 2 Banyumas
SMK Purnama 2 Banyumas merupakan salah satu SMK swasta yang
berbentuk yayasan di kabupaten Banyumas yang dipimpin oleh Kepala Sekolah
Drs. Yatnanto. SMK ini berlokasi di Jalan Karangsawah No.51 Kedunguter,
kabupaten Banyumas. Letak yang strategis, jarak kurang dari 500 meter dari alun-
alun Banyumas dan di kelilingi beberapa jenis bangunan permanen yaitu gereja
dan rumah warga. Sekolah ini juga berdekatan dengan sekolah lain, yaitu Sekolah
Dasar Negeri 1 Kedunguter dan SMP Negeri 2 Banyumas. Walaupun sekolah ini
bukan sekolah negeri, tetapi banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di
SMK Purnama 2 Banyumas ini. Khususnya dari kalangan tengah sampai kalangan
bawah yang memiliki alasan dana atau uang.
Walaupun sekolah swasta tapi sekolah SMK Purnama 2 Banyumas sangat
nyaman untuk belajar, karena ditunjang oleh sarana dan prasarana pembelajaran
(56)
yang cukup lengkap dengan 18 ruangan kelas, ruang laboratorium komputer,
bahasa, akutansi, dan administrasi perkantoran, ruang praktik Teknik Sepeda
Motor, ruang perpustakaan, ruang Bimbingan Konseling, ruang UKS, ruang guru,
ruang TU, ruang Kepala Sekolah, koperasi sekolah, ruang OSIS dan ruang
Pramuka. Dengan sarana dan prasarana yang terus menerus akan dilengkapi, agar
menjadi sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mengembangkan potensi
siswa secara optimal. Visi dan misi dari sekolah yang jelas sangat menjamin
kelangsungan sekolah tersebut.
Visi sekolah adalah bertakwa, berbudi pekerti luhur, komitmen pada diri
sendiri, orang lain dan pekerjaan. Sedangkan misi sekolah adalah sebagai lembaga
pendidikan dan pelatihan yang dapat mencetak sumber daya manusia yang
disiplin, komitmen, etos kerja tinggi lulusan terserap pada dunia kerja dan mandiri
untuk memenuhi tuntutan dunia kerja dalam negeri maupun luar negeri maupun
berwirausaha dalam era globalisasi. Sehingga mengembangkan secara optimal
ssuai dengan potensi yang dimiliki, menumbuhkan semangat dan daya saing yang
kompetensi baik dalan bidang akademik maupun non akademik. Untuk
meningkatkan pemberdayaan guru, karyawan, siswa dan sumber daya yang
dimiliki, maka seluruh warga sekolah harus memiliki rasa milik dan
tanggungjawab atas kemajuan sekolah tersebut.
Berdasarkan keterangan dari guru mata pelajaran bahasa Jawa di SMK
Purnama 2 Banyumas, siswa cenderung kurang berminat untuk mengikuti
pelajaran dan enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, karena siswa
(57)
40
Jumlah guru bidang studi yang mengajar di SMK Purnama 2 Banyumas
hingga saat ini mencapai 25 guru, jumlah pegawai tata usaha sebanyak 5 orang
dan satu orang pegawai kebersihan dan satu orang satpam.
4.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan menggunakan
bahasa Jawa terhadap Hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas.
Data dari hasil penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas yaitu
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa (X) dan variabel terikat yaitu hasil belajar
siswa (Y). Untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel bebas dan
variabel terikat dalam penelitian ini, maka pada bagian ini disajikan deskripsi data
dari masing-masin variabel berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pada
deskripsi data berikut ini disajikan informasi data meliputi mean, median, modus,
dan standar deviasi masing-masing variabel penelitian. Deskripsi data juga
menyajikan distribusi frekuensi dan histogram masing-masing variabel. Destribusi
data masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat dalam uraian berikut ini :
4.1.2.1 Kebiasaan Menggunakan Bahasa Jawa
Data kebiasaan menggunakan bahasa Jawa diperoleh dari angket kebiasaan
menggunakan bahasa Jawa dengan 27 butir pertanyaan dan jumlah responden
sebanyak 63 orang. Penilaiannya menggunakan skala bertingkat dengan 4
(58)
Hasil analisis data variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa yang diolah
menggunakan program Microsoft Exsel versi 2010 diperoleh skor tertinggi 76 dari
skor tertinggi yang mungkin dicapai sebesar 108 (4 x 27) dan skor terendah
sebesar 43 dari skor terendah yang mungkin dicapai sebesar 27 (1 x 27). Dari skor
tersebut diperoleh nilai rata-rata atau Mean (M) sebesar 55,11; Median (Me)
sebesar 57,5; Modus (Mo) sebesar 52;dan Standar Deviasi (SD) sebesar 8,66.
Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus Sturges, yaitu
jumlah kelas interval = 1+3,3 log n. Maka dapat diketahui jumlah kelas interval =
1+3,3 log 63 sebesar 7 (pembulatan). Rentang data sebesar 76-43=33. Dengan
diketahui rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval yaitu dengan
I=range/k=33/7=4,7 yang kemudian dibulatkan kebawah menjadi 4.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dibuat distribusi frekuensi variabel
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa sebagai berikut;
4.1 tabel distribusi frekuensi variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa (X).
No Kelas Interval Frekuensi
1. 42 – 46 12
2. 47 – 51 14
3. 52 – 56 13
4. 57 – 61 10
5. 62 – 66 5
6. 67 – 71 8
7. 72 – 76 1
(59)
42
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, dapat digambarkan dalam
bentuk histogram sebagai berikut;
4.1 Histogram distribusi frekuensi variabel kebiasaan menggunakan bahas Jawa
14 12 10 8
frekuensi 6
4 2 0
42-46 47-51 52-56 57-61 62-66 67-71 72-76
Gambar histogram distribusi frekuensi variabel kebiasaan menggunakan
bahasa Jawa.
Data kemudian digolongkan ke dalam kategori kecenderungan kebiasan
menggunakan bahasa Jawa. Untuk mengetahui kecenderungan masing-masing
skor variabel digunakan skor ideal dari subjek penelitian sebagai kriteria
perbandingan. Berdasarkan harga skor ideal tersebut dapatdikategorikan
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa, penggolongan variabel ada empat kategori
(60)
Kelompok sangat tinggi : X > (M + 1.SD)
Kelompok tinggi : M < X < (M + 1.SD)
Kelompok rendah : (M – 1.SD) < X < M
Kelompok sangat rendah : X < (M-1.SD)
Berdasarkan kategori di atas, maka dapat dibuat tabel identifikasi kategori
variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa sebagai berikut;
4.2 Tabel kategori kecenderungan kebiasaan menggunakan bahasa Jawa
No Kelas interval
Frekuensi
Kategori
Absolut Relatif
1. > 64,3 14 22,2 Selalu
2. 60,5 < X < 64,3 10 15,8 Sering
3. 56,7 < X < 60,5 13 20,7 Kadang-kadang
4. < 56,7 26 41,3 Tidak pernah
Total 63 100
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 14 siswa (22,2)
memiliki kebiasaan menggunakan bahasa Jawa dalam kategori Selalu, 10 siswa
(15,8) memiliki kebiasaan menggunakan bahasa Jawa dalam kategori Sering, 13
siswa (20,7) memiliki kebiasaan menggunakan bahasa Jawa dalam kategori
Kadang-kadang, dan 26 siswa (41,3) memiliki kebiasaan menggunakan bahasa
(61)
44
menggunakan bahasa Jawa disajikan dalam diagram pie (pie chart) sebagai
berikut;
selalu sering
kadang-kadang tidak pernah
4.1 Gambar pie-chart kecendrungan kebiasaan menggunakan bahasa Jawa.
4.1.2.2 Deskripsi Hasil Belajar Bahasa Jawa Siswa
Hasil belajar siswa adalah hasil pengukuran dan penilaian yang dimiliki
seseorang dari suatu proses belajar, yang hasilnya dapat dilihat secara nyata dan
dapat diukur dengan menggunakan alat yaitu tes. Nilai hasil belajar ini
ditunjukkan dalam rata-rata dua kali nilai ulangan harian dan nilai ujian tengah
semester atau UTS.
Hasil analisis data variabel hasil belajar siswa yang diolah menggunakan
program Microsoft Exsel versi 2010 diperoleh skor tertinggi 89 dan skor terendah
(62)
79,90; Median (Me) sebesar 57,5; Modus (Mo) sebesar 52;dan Standar Deviasi
(SD) sebesar 4,90.
Untuk mengetahui jumlah kelas interval digunakan rumus Sturges, yaitu
jumlah kelas interval = 1+3,3 log n. Maka dapat diketahui jumlah kelas interval =
1+3,3 log 63 sebesar 7 (pembulatan). Rentang data sebesar 89-70=19. Dengan
diketahui rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas interval masing-
masing kelompok 19/7=2,7 yang kemudian dibulatkan kebawah menjadi 3.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dibuat distribusi frekuensi variabel hasil
belajar siswa sebagai berikut;
4.3 Tabel distribusi hasil belajar siswa.
No Kelas Interval Frekuensi
1. 70-73 9
2. 74-77 9
3. 78-81 18
4. 82-85 20
5. 86-89 7
6. 90-93 0
7. 94-97 0
(63)
46
Berdasarkan tabel distribusi hasil belajar siswa dapat digambarkan histogram
sebagai berikut;
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
70-73 74-77 78-81 82-85 86-89 90-93 94-97
frekuensi
4.3 Gambar histogram distribusi frekuensi variabel hasil belajar siswa.
Berdasarkan data hasil belajar siswa, maka dapat diketahui pengkategorian
perolehan nilai yang dicapai siswa. Pengkategorian variabel hasil belajar siswa
berdasarkan kriteria ketuntasan minimal atau KKM siswa SMK Purnama 2
Banyumas yaitu tuntas untuk nilai > 70 dan belum tuntas untuk nilai < 70.
Berdasarkan kategori di atas, dapat dibuat tabel identifikasi kategori variabel
(64)
4.4 Tabel kategori kecenderungan hasil belajar siswa.
No Skor
Frekuensi
Kategori
Absolut Relatif
1. > 70 63 100 Tuntas
2. < 70 0 0 Belum tuntas
Total 63 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui hasil belajar siswa berkategori
tuntas (100%) untuk semua responden dalam penelitian ini.
tuntas belum tuntas
(65)
48
4.1 Uji Prasyarat
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas tiap variabel dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi
Kuadrat. Tujuan dilakukan normalitas yaitu untuk mengetahui kondisi masing-
masing variabel, apakah skornya berdistribusi normal atau tidak. Uji
signifikasikan nilai Chi kuadrat dalam penelitian ini menggunakan taraf
signifikasi 5%. Kriteria yang digunakan adalah jika apabila nilai Chi kuadrat
hitung (x2) lebih kecil dari Chi kuadrat tabel (x2 tabel), maka distribusi datanya
adalah sebarannya normal.
Setelah dilakukan penghitungan dengan bantuan microsoft excel 2010. Hasil
pengujian normalitas terangkum sebagai berikut;
4.5 Tabel Rangkuman hasil uji normalitas
No Variabel x2 hitung Db x2 tabel t.s 5% Kesimpulan
1. X 0,98920 61 0,1116255 Tidak
normal
2. Y 2,04119 61 0,111626 Tidak
normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan microsoft excel 2010 diketahui bahwa uji normalitas variabel
menggunakan bahasa Jawa memperoleh x2 hitung sebesar 0,98920 dengan db 61, sehingga diperoleh x2 tabel dengan taraf signifikasi 5% adalah 0,1116255. Dengan
(66)
demikian x2 hitung lebih besar dari x2 tabel, maka dapat disimpulkan kebiasaan menggunakan bahasa Jawa, datanya berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas variabel hasil belajar siswa memperoleh x2 hitung sebesar
2,04119 dengan db 61, sehingga diperoleh x2 tabel dengan taraf signifikasi 5%
adalah 0,111626. Dengan demikian x2 hitung sebesar 2,04119 lebih besar dari x2 tabel sebesar 0,111626, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa SMK
Purnama 2 Banyumas, datanya berdistribusi tidak normal. Hal ini disebabkan soal
ujian yang dipakai adalah soal hafalan bukan soal berbahasa. Dimana semua soal
terkait dengan materi yang diajarkan dan solnya tidak dapat dijawab sesuai logika.
4.1.2 Uji Linieritas
Uji liniearitas merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui
hubungan linier tidaknya suatu distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh
melalui uji linieritas akan menentukan teknis analisis regresi yang digunakan.
Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan kesimpulan bahwa distribusi data
penelitian dikategorikan linier maka penelitian harus diselesaikan dengan teknik
analisis regresilinier. Demikian sebaliknya apabila ternyata tidak linier maka
distribusi data penelitian harus dianalisis dengan teknik analisis regresi non linier.
Uji linieritas diketahui dengan menggunakan uji F. Kriterianya adalah apabila
nilai P > 0,05, maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier.
Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuankomputer program microsoft excel
(67)
50
4.6 Tabel rangkuman hasil uji linieritas
No
Variabel
Db F hitung F tabel P Kesimpulan
Bebas Terikat
1. X Y 61 3,099018 1,528833 8,94 Tidak
Linier
Tabel di atas menunjukkan bahwa uji linieritas data kebiasaan menggunakan
bahasa Jawa (X) terhadap hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas (Y).
Hasil analisi menunjukkan nilai P 8,94 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa mempunyai hubungan yang tidak
linier dengan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel
bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan yang tidak linier, karena akan
membentuk persamaan garis lurus dengan analisis regresi linier.
4.3 Hasil Uji Hipotesis
Di bawah ini ada ringkasan hasil uji regresi sederhana variabel kebiasaan
(68)
4.7 Tabel rangkuman hasil analisis sederhana
Varia
bel
Harga r Harga t Koef Konstan Keteranga
n
Rxy r2xy r tabel t hitung t tabel
X Y 0,0888 0,0078 0,0084 0,4770 0,4924 0,0504 77,1266 Positif dan
signifikasi
Koefisien kolerasi (rxy) menunjukkan hasil positif sebesar 0,0888 yang
berarti hubungan antara variabel kebiasaan menggunakan bahasa Jawa terhadap
hasil belajar siswa adalah positif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
semakin sering menggunakan bahasa Jawa dalam keseharian maka hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan microsoft excel 2010
menunjukkan koefisien determinasi (r2xy) sebesar 0,0078 berarti kebiasaan
menggunakan bahasa Jawa mampu mempengaruhi 0,78% perubahan pada hasil
belajar siswa. Hal ini menunjukkan, kebiasaan menggunakan bahasa Jawa
mempengaruhi cukup besar. Dikarenakan nilainya melebihi 0,5%, sedangkan
kebiasaan menggunakn bahasa Jawa dikatakan berpengaruh terhadap hasil belajar
kalau hasil dari presentasinya lebih dari 0 sampai 1%.
Hasil analisis signifikasi dengan uji t diperoleh nilai untuk variabel
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa harga thitung sebesar 0,4770 lebih besar dari
ttabel sebesar 0,4924 (pada taraf signifikasi 5%), yang berarti pengaruh kebiasaan
menggunakn bahasa Jawa terhadap hasil belajar adalah signifikasi.
Persamaan garis regresi linier sederhana yaitu Y=77,1266+0,0504X. nilai
(69)
52
bahasa Jawa ditingkatkan satu satuan maka nilai hasil belajar siswa akan
meningkatt sebesar 0,0504 poin.
Berdasarkan perhitungan koefisien kolerasi rxy sebesar 0,0888 lebih besar
dari rtabel sebesar 0,0089, sehingga hipotesis diterima. Dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan menggunakan bahasa Jawa berpengaruh positif dan signifikasi terhadap
hasil belajar siswa SMK Purnama 2 Banyumas.
4.3.1 Pembahasan
Penghitungan hasil angket penelitian yang disebarkan ke siswa menggunakan
rumus mencari rata-rata memperoleh skor rata-rata 55,11. Skor rata-rata tersebut
sudah lebih dari 50%, maka sebagian besar siswa banyak yang menggunakan
bahasa Jawa dalam keseharian. Melalui tes yang diselenggarakan tiap tahun, siswa
banyak yang mendapatkan nilai di atas 70. Berdasarkan semua nilai siswa yang
diperoleh dalam ujian semesteran mendapatkan rata-rata 79,90 (nilai dari guru
pengajar). Dilihat dari hasil dari nilai rata-rata siswa lebih dari 50%, membuktikan
bahwa kebiasaan menggunakan bahasa Jawa mendapatkan berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan komputer diperoleh harga rxy
sebesar 0,0888 dan rtabel 0,0086 pada N=63 serta harga koefisien determinasi
(r2xy) sebesar 0,0078. Setelah dilakukan uji t diperoleh thitung sebesar 0,4470 dan
ttabel sebesar 0,4924 pada taraf signifikasi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa thitung
(1)
e. Randa kempling
27. Bebasan kaya ngenteni udan ing mongso keliga
Unen – unen iku duweni teges ...
a. Ora modal b. Bakal kelakon c. Katiga kang suwe d. Tangeh lamun
e. Ngenteni mongsa ketiga
28. Campuran instrumen gamelan lan alat musik modern iku kawentar kanthi sesebutan....
a. Langgeran b. Campur sari c. Moca pat
d. Tembang dolanan e. Dandhang gula
Kanggo soal no 29 – 30 gatekna rerepen kalagan campur sari ing ngisor iki !!!
Sewu kutho wes takliwati , sewu ati taktakoni
Nanging kabeh padha rangerteni , lungmua nangendi Pirang tahun anggonka nggoleki
Seprene durung bisa nemoni
Wis tak coba nglalekake jenengamu saka atiku Satenane aku ora ngapusi isih tresna sliramu 29. Judul lelagon campur sari ing dhuwur , yaiku ...
a. Sewu ati b. Isih trisno c. Lungamu d. Sewu pitakhon e. Sewo kutho
30. Tembang campur sari ing dhuwur nduweni anggitane ... a. Gesang
b. Mantos
c. Sugino sisuro emito d. Didi kempot e. Ki anom suroto
(2)
a. Irama b. Cengkok c. Cakepan d. Laras e. Slendro
32. Wujudhe sandhangan taling tarung , yaiku ... a.
b. c. d. e.
33. Gajah , nek ditulis nganggo tulisan jawa , yaiku ... a.
b. c. d. e. 34.
tulisan aksara jawa iku unine .... a. Tratog
b. Kratag c. Kritag d. Tatag e. Kreteg
35. Aku trenyuh marang kowe , nek ditulis karo aksara jawa , yaiku... a.
b. c. d. 36.
(3)
a. Umurku enbelas tahun b. Dawa umurku gagah awaku c. Umurku isih dawa
d. Umurku pitulas tahun
e. Siki umurku ngenesih 17 tahun
37. Nulis Ismail Marzuki nganggo aksara jawa sing bener ... a.
b. c. d. e.
38. Cangkir wunga , wungune ketiban ndaru Wis pesthimu, kowe uwal karo aku
Unen – unen ing nduwur diarani ...
a. Parikan b. Bebagan c. Paribasan d. Wangsulan e. Cangkriman
39. Ing ngisor iki kang dadi paugerane parikan , yaiku .... a. Kedadean saka rong gatra
b. Migunaake purwakanthi
c. Saben gatra dumadi saka rong ukara d. Saben ukara kedadean saka rong gatra e. Gatra kapisan minangka pambuka gatra 40. Kembang alas , sumebar tepining alas
Batangane parikan ing nduwur , yaiku .... a. Tiwas alad ,slirana ora gagas b. Tiwas nggagas kowe blas ora eling c. Tiwas mampir kowe ora ana ngomah
d. Tiwas – tiwas nglabuhi wong ora nggagas
e. Tiwas bablas ora mampir 41. Sing kelebu parikan yaiku...
a. Kegedhen empyak kurang engak
b. Saya salah saleh , becik ketitik ala katara c. Jare kepengin pinter kok wegah sinau
(4)
d. Roning mlinjo sampun sayah pengin ngaso
e. Bal – balan klambine biru , ugal – ugalan aja ditiru
42. ... lungguh jejer go tamba kangen Ukara kang pas minangka gatra kapisan , yaiku...
a. Nyangking ember kiwa tengen b. Iwak gurameh enak temen c. Godhong genjer pada kelangen d. Iwak mujaher kawonganten e. Sore- sore mancing neng kalen
43. Mrica kecut sauni- unene , unen – unen iku diarani ....
a. Bebagan b. Cangkriman c. Wangsalan d. Parikan e. Paribasan
44. Bakung krambil , aja ethok – ethok ora ngerti, tembung enthok – enthok ing
wangsalan nduwur iku kedadeyan saka tembung .... a. Krambil
b. Klapa c. Balung d. Bathok e. Balung klapa
45. Kang trimo kok janur gunung , wangsalan iku tegese .. a. Kala mangsa
b. Terus – terusan
c. Ora tau d. Ora ngerti e. Kadi ngareu
46. Terangna apa kang diarani musyawarah iku! 47. Sebutna apa kang dadi tujuane pidhato!
48. Apa wae kang perlu digatekake supaya pamacane warta bisa cetha lan dimangerteni dening pamiyarsa
49. Tulisna 5 judul tembang campur sari !
50. Ukara ing ngisor iki tulisna kanggo aksara jawa ! Tuku klambi neng pasar swalayan
(5)
(6)